BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia) (edisi ke 10 Buku 2). Jakarta: Salemba.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORITIS

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA (Studi literatur dari hasil-hasil penelitian kuantitatif)

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Santrock, 2005). WHO (dalam Sarwono 2013) juga menetapkan batas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa-masa seseorang akan menemukan hal-hal baru yang menarik. Dimana pada masa-masa ini seseorang akan mulai mempelajari dunia kedewasaan, mulai mencari jati diri, dan dipenuhi oleh keingintahuan yang besar akan lingkungan sekitarnya. Namun demikian, saat masa-masa remaja inilah seseorang juga dapat dengan mudahnya terjerumus dalam penyimpangan sosial terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali informasi yang tidak benar mengenai seks tersebar baik di media elektronik maupun di media massa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan hubungan antara pengaruh media dan aktivitas seksual dini (Starburger & Donnerstein dalam Papalia, Olds & Fieldman, 2009). Pada suatu masa para peneliti perkembangan menganggap bahwa masamasa akhir remaja hingga permulaan masa tua merupakan masa yang relatif stabil, tetapi penelitian membuktikan bahwa hal itu tidaklah benar. Pertumbuhan dan penurunan terus terjadi disepanjang kehidupan, dengan tingkat keseimbangan yang berbeda untuk setiap individu (Papilia, Olds & Fieldman, 2009). Masa remaja akhir adalah suatu masa seseorang tidak lagi remaja, tetapi belum sepenuhnya dewasa (Arnett, 2000: 2004: Furstenberg et al., 2005 dalam Papilia, Olds & Fieldman, 2009). 1

Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, adapun meningginya emosi terutama karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan kondisi baru (Hurlock dalam Lubis, 2008). Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru, misalnya masalah yang berhubungan dengan percintaan yang merupakan masalah pelik pada remaja (Monks dalam Lubis, 2008). Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara fisiologis, mereka telah mencapai kematangan organorgan reproduksi, baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Kematangan organ reproduksi tersebut, mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman sebayanya. Pergaulan bebas yang tak terkendali secara normatif dan etika moral antar remaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah. Seksualitas sudah bukan merupakan pembicaraan yang baru lagi di masyarakat khususnya dikalangan para remaja. Pada zaman sekarang ini, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibandingkan dahulu. Hal ini bisa kita rasakan di kota-kota besar di Indonesia, terbukanya saluran informasi seputar seks yang bebas beredar di masyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan internet boleh jadi mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah (Wijaya, dalam Sari 2009). Seorang remaja yang tidak mampu mengendalikan diri, sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara 2

bebas (di luar aturan norma sosial), misalnya seks pranikah, kumpul kebo (sommon leven), akan berakibat negatif, seperti terjangkit STD s (seksually transmitted diseases), kehamilan (pregnancy), drop-out dari sekolah. Biasanya merekalah yang memiliki sifat ketidakkonsistenan antara pengetahuan, sikap, dan perilakunya. Misalnya, walaupun seseorang mempunyai pengetahuan dan sikap bahwa seksual pranikah itu tidak baik, namun karena situasi dan kesempatan itu memungkinkan, serta ditunjang oleh niat untuk melakukan hubungan seksual pranikah, maka individu ternyata tetap saja melakukan hal itu (Dariyo, 2004). Hal ini terungkap dari komunikasi personal penulis dengan salah seorang pria yang bernama Ildan (nama samaran) yang berusia 21 tahun...kalo di luar nikah ya itu perbuatan yang ga baik, tapi itu semua juga tergantung dari dianya juga sih yang melakukan....yaa gitu, awalnya dari rasa ingin tau, penasaran kaya gimana sih? enak ga? yaudah akhirnya ketika ada momen yang mendukung kita ngelakuin. Terus pas udah ngelakuin jadi ketagihan sampe sekarang.. (tersenyum) (Komunikasi Personal, Tangerang, 07 April 2012) Seksualitas merupakan bagian normal dari perkembangan, tetapi perilaku seksual tersebut disertai resiko-resiko, yang tidak hanya ditanggung oleh remaja itu sendiri melainkan juga oleh orang tua dan masyarakat (Desmita, 2005). Menurut Subakti (dalam Husaeni & Rahardjo, 2010), banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit, terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk ancaman yang meningkat terhadap HIV/AIDS 3

(Suryoputro & Ford, 2006). Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan orang tua, masyarakat dan remaja yang bersangkutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kota-kota besar di Jakarta dan Jogjakarta diketahui bahwa remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah mencapai angka sebesar 21-30%. Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 oleh BPS menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman dan pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63 persen. Sementara itu perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman dan pernah melakukan hubungan seksual mencapai angka sebesar 42,3 persen. Di sisi lain mereka melakukan hubungan seksual pranikah ini ternyata tidak mengetahui dampak yang ditimbulkannya akibat perilaku tersebut (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-boedionog2-5508-2- babi.pdf ). Studi yang dilakukan oleh Miller, Christopherson, dan King, (dalam Iqbal, 2007) mengatakan bahwa, ketika ditanyakan alasan mengapa mereka melakukan hubungan seksual pranikah, 51% remaja lelaki mengatakan bahwa alasan mereka adalah perasaan ingin tahu, sementara itu 25% mengatakan alasan mereka adalah adanya perasaan sayang pada pasangan mereka. Dari studi ini juga ditemukan bahwa alasan kepuasan seksual memiliki presentasi yang sangat rendah. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Hajcak dan Garwood 4

(dalam Iqbal, 2007) dimana mereka mengatakan bahwa, ketika remaja mengatakan bahwa mereka menginginkan seks, banyak masyarakat yang menganggap bahwa hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka. Akan tetapi, dalam banyak kesempatan dikatakan bahwa kegiatan seksual yang remaja lakukan didorong oleh kebutuhan emosi termasuk keinginan untuk menerima rasa kasih sayang, perasaan agar tidak sendiri (ease loneliness), mengafirmasi maskulinitas dan femininitas, meningkatkan self esteem, mengekspresikan kemarahan, atau menghindari kebosanan. Apabila dilihat, perasaan cinta (sayang) merupakan salah satu alasan untuk melakukan seksual. Hal ini diungkapan oleh Ildan (nama samaran) berusia 21 tahun berikut ini:..hmm pengen tau aja gimana sih rasanya? Enak ga sih rasanya? Terus saya sama pacar saya juga udah sama-sama sayang yaudah akhirnya kaya gitu.. (Komunikasi Personal, Tangerang, 07 April 2012) Adapun hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser (Kaiser Family Foundation), adalah (a) faktor mispersepsi terhadap pacaran : bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dimasa pacaran, (b) faktor religiusitas : kehidupan iman yang tidak baik, dan (c) faktor kematangan biologis (Dariyo, 2004). Faktor kematangan biologis ini merupakan tanda-tanda masa remaja, khususnya remaja akhir. Nachrowi & Usman (dalam Hodijah, 2011) mengemukakan bahwa setiap tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya didasari oleh keputusan yang diambilnya. Hal ini termasuk pengambilan keputusan remaja dalam melakukan hubungan seksual. Menurut Desmita (2005) pengambilan 5

keputusan (decisions making) merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan hasil dari perbuatan berpikir itu disebut keputusan. Ini berarti bahwa dengan melihat bagaimana seorang remaja mengambil suatu keputusan, maka dapat diketahui perkembangan pemikirannya. Remaja adalah masa dimana terjadi peningkatan pengambilan keputusan. Dalam hal ini mulai mengambil keputusankeputusan tentang masa depan, keputusan dalam memilih teman, dan keputusan dalam melakukan hubungan seksual di luar nikah. Banyak hal yang sangat mungkin terjadi pada remaja yang berpacaran, salah satunya ketertarikan membuat keputusan untuk melakukan hubungan seksual. Bertitik tolak terhadap permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, penulis tertarik untuk mengangkat kasus dari fenomena tersebut dengan judul penelitian yakni Analisis pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir. Sisi lain yang menarik, yang ingin peneliti ketahui lebih dalam adalah bagaimana kronologis proses pengambilan keputusan yang dilakukan remaja akhir, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan hubungan seksual dan menepiskan segala resiko yang akan mereka hadapi, contohnya kehamilan dan penyakit menular seksual. Tentunya itu semua akan terjawab, jika penulis melakukan penelitian secara mendalam kepada remaja akhir yang telah secara terbuka melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Penulis melakukan penelitian tentang analisis pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir dengan pendekatan penelitian kualitatif. 6

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana proses pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir.? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir. Dari gambaran tersebut dapat diketahui bagaimana proses pengambilan keputusan pada pasangan remaja tersebut sehingga akhirnya memutuskan untuk melakukan hubungan seksual. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta penelitian di bidang Psikologi Perkembangan mengenai masalah seks pranikah pada remaja sehingga bisa diketahui proses pengambilan keputusan pada remaja akhir hingga mereka mau melakukan hubungan seksual dengan pasangannya saat berpacaran, serta menambah pengetahuan untuk bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai proses pengambilan keputusan melakukan hubungan seksual di luar nikah pada remaja akhir. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi para 7

orang tua dan masyarakat agar dapat lebih memantau perilaku dan pergaulan para remaja saat ini sehingga membantu mencegah terjadinya perilaku seksual pranikah dikalangan remaja. 1.5. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan. BAB II Kajian pustaka, akan membahas mengenai konsep yang menjadi dasar teoritis dari penelitian ini. BAB III Metode penelitian, menguraikan tentang metode dan prosedur penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, subjek penelitian, alat penelitian, dan analisis data. BAB IV Berisikan hasil penelitian yang dilakukan, diantaranya berisi analisis kasus, hasil wawancara dan observasi. BAB V Merupakan langkah terakhir dari suatu penyusunan penelitian, yang meliputi kesimpulan, diskusi dan saran. 8