EFEKTIVITAS SISTEM PENGOLAHAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SUWUNG DENPASAR TERHADAP KADAR BOD, COD, DAN AMONIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

Pemanfaatan Mikroorganisme Limbah Cair Tahu dalam Menurunkan Nilai COD dan BOD pada Limbah Cair Hotel

Lampiran 1. Prosedur Analisis

PENGARUH SISTEM REKLAMASI AIR LIMBAH TERHADAP KONSENTRASI BOD DAN COD EFFLUENT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SUWUNG DENPASA

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

II. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

PENGARUH PERLAKUAN BIOFILTRASI EKOSISTEM BUATAN TERHADAP PENURUNAN COD, NITRAT, DAN ph AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT

Luh Putu Widya Kalfika Devi, K. G. Dharma Putra, dan A. A. Bawa Putra. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

PENURUNAN KADAR MINYAK DAN COD AIR LIMBAH OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN FLOTASI DAN LUMPUR AKTIF

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Bab V Hasil dan Pembahasan

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Putri Paramita ( )

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN TINGKAT KANDUNGAN AMONIAK, NITRIT, DAN NITRAT PADA REMBESAN SAMPAH LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) AIR DINGIN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Teknofisikokimia Puslitbang. Indonesia Batang Jawa Tengah, yaitu limbah cair tekstil

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB VI PEMBAHASAN. Denpasar dengan kondisi awal lumpur berwarna hitam pekat dan sangat berbau. Air

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN FITOREMEDIASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS AIR LIMBAH HASIL PENGOLAHAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SUWUNG

BAB III METODE PERCOBAAN. dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua yang berada di Jalan

PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR DENGAN METODA AERASI BUBBLING DAN PEMANASAN. S a r i a d i *) ABSTRAK

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

Metodologi Penelitian

PENENTUAN STATUS MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET. Kadek Ari Esta*, Putu Suarya, dan Ni G. A. M. Dwi Adhi Suastuti

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016: 65-74

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN BOILER UNTUK PENURUNAN KADAR AMONIA DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN I PROSEDUR ANALISA TSS

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

PENGARUH LAJU ALIRAN TERHADAP PENURUNAN CEMARAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM BIOFILTER.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

LAMPIRAN. 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik. 1.2 Pencarian tanaman Genjer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Transkripsi:

ISSN 1907-9850 EFEKTIVITAS SISTEM PENGOLAHAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SUWUNG DENPASAR TERHADAP KADAR BOD, COD, DAN AMONIA Wahyu Dwijani Sulihingtyas, I W. Budiarsa Suyasa, dan Ni M. Indra Wahyuni Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai efektivitas sistem pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar terhadap kadar Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan amonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas tiap tahap pengolahan air limbah serta mengetahui waktu tinggal optimal air limbah pada kolam aerasi dan sedimentasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar sehingga dapat menurunkan kadar BOD, COD dan amonia dalam air hasil pengolahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas sistem pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar masih rendah. Pada tahap I, persentase penurunan kadar BOD 5, COD dan amonia berturut-turut sebesar 14,29, 15,66 dan 33,74%. Pada tahap II persentase penurunannya berturut-turut sebesar 20,83; 14,43; dan 17,39% sedangkan pada tahap awal sampai tahap akhir sistem pengolahan diperoleh persentase penurunan kadar sebesar 32,14% untuk BOD 5, 27,83% untuk COD dan 45,26% untuk amonia. Waktu tinggal optimal air limbah pada kolam aerasi dan kolam sedimentasi agar dapat menurunkan kadar BOD 5, COD dan amonia berturut-turut adalah selama 5 hari dan 40 jam. Kata kunci : efektivitas, sistem pengolahan, air limbah, waktu tinggal ABSTRACT The effectivity of waste water treatment systems in Suwung Waste Water Treatmant Installation Denpasar, was investigated, by analyzing its effluent Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) and ammonia contents. The aims of the research are to determine the effectivity of each stage of waste water treatment and the optimum detention time of waste water in aerated lagoon and sedimentation pond, in order to reduce the BOD, COD and ammonia concentration. The results showed that the effectivity of treatment systems of waste water in Suwung Denpasar was low. The percentages of the reduction of BOD 5, COD and ammonia in content stage I were 14.29, 15.66, and 33.74% respectively. More over, the reduction percentages in stage II were 20.83, 14.43, and 17.39% respectively. On the other hand, the reduction percentages from the initial to final stages were 32.14% for BOD 5, 27.83% for COD and 45.26% for ammonia. The optimum detention time of waste water in aerated lagoon and sedimentation pond for reducing parameters was 5 day and 40 hour respectivel Keywords : effectivity, treatment systems, waste water, detention time PENDAHULUAN Majunya tingkat kehidupan masyarakat di Pulau Bali menuntut pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih tinggi. Pesatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitas industri pariwisata tersebut akan meningkatkan jumlah limbah sebagai akibat dari aktivitas tersebut. Kondisi 141

JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 141-148 tersebut akan berdampak terhadap penurunan kualitas sanitasi lingkungan di Pulau Bali, terutama di pusat-pusat pertumbuhan seperti di wilayah Kuta, Sanur dan Denpasar. Limbah merupakan zat, baik berupa padat, cair maupun gas yang dihasilkan oleh organisme atau sistem yang dibuang ke lingkungan dan tidak digunakan oleh organisme atau sistem yang menghasilkannya (Allaby, 1997). Limbah dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan sehingga perlu diupayakan suatu pengolahan limbah sesuai dengan karakter limbah itu sendiri (Gintings, 1995). Proses pengolahan limbah akan dapat menghasilkan limbah yang mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan dan memenuhi standar baku mutu sesuai dengan peruntukannya (Wardhana, 2001). Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Suwung Denpasar merupakan salah satu usaha pengolahan air limbah yang dibangun guna mengolah limbah rumah tangga yang dipusatkan pada daerah sekitar Denpasar, Sanur dan Kuta. Pengolahan air limbah pada IPAL Suwung tersebut dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem lagoon (BLUPAL, 2007). Air limbah yang telah masuk ke IPAL Suwung akan mengalami beberapa tahap pengolahan diantaranya adalah pengolahan primer (Primary Treatment) pada inlet chanel dengan tujuan untuk memisahkan padatan yang masih terkandung di dalam air limbah dengan sistem penyaringan. Selanjutnya air limbah akan mengalami pengolahan sekunder (Secondary Treatment) secara biologi yang bertujuan untuk memisahkan padatan yang mudah mengendap, padatan terlarut serta nutrien (N dan P). Untuk pengolahan sekunder ini dilakukan dengan dua sistem yaitu kolam aerasi (aerated lagoon) dan kolam sedimentasi (sedimentation pond). Waktu tinggal air limbah pada kolam aerasi adalah selama 2 hari dan terdapat 11 aerator yang berfungsi untuk mensuplai oksigen secara kontinyu untuk membantu mikroorganisme menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Sedangkan waktu tinggal air limbah pada kolam sedimentasi adalah sekitar 16 jam. Air limbah yang telah diolah kemudian dialirkan melalui saluran air (badan air) menuju ke hutan mangrove (BLUPAL, 2007). Berdasarkan data analisis terhadap air limbah pada IPAL Suwung diketahui bahwa efektivitas sistem pengolahan air limbah yang dilakukan masih belum maksimal terutama untuk parameter kualitas air BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan amonia (NH 3 ). Tingkat efektivitas sistem pengolahan air limbah pada IPAL Suwung didukung oleh beberapa faktor diantaranya adalah waktu tinggal air limbah pada kolam pengolahan (BLUPAL, 2007). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui waktu tinggal air limbah yang optimal dari kolam aerasi dan sedimentasi sehingga dapat menurunkan kadar ketiga parameter tersebut sehingga dapat meningkatkan efektifitas sistem pengolahan air limbah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar. MATERI DAN METODE Bahan Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian adalah sampel air limbah dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar, aquabidest, larutan MnSO 4, larutan alkali iodidaazide, H 2 SO 4 pekat, larutan Na 2 S 2 O 3 0,0233 N, indikator amilum, larutan K 2 Cr 2 O 7 0,025 N ; campuran AgSO 4 -H 2 SO 4, indikator Ferroin, larutan Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2 0,0926 N, Pereaksi Nessler, NH 4 Cl, larutan ZnSO 4 0,35 M, larutan garam Rochelle 2,20 M, larutan deklorinasi 0,02 M, batu didih dan kertas saring Whatman no 41. Peralatan Peralatan yang diperlukan dalam analisis adalah bak kaca ukuran 5 L, gelas beker 50 dan 100 ml, labu ukur 10 dan 50 ml, gelas ukur 50 ml, erlenmeyer 250 ml, pipet volume 1, 5, 10 dan 25 ml, pipet tetes, ball filler, aerator, botol BOD 150 ml, Galaxy 160 OH Aus neraca analitik, inkubator BOD, seperangkat alat refluks merk Jena Glass Duran DM - 050, buret, statif, penyangga, corong dan Spektrofotometer UV- Vis merk Varian DMS 80 Spectrofotometer. 142

ISSN 1907-9850 Cara Kerja Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel air limbah pada IPAL Suwung Denpasar dilakukan pada tiga lokasi yaitu Influent (T 1 ), air hasil pengolahan dari kolam aerasi (T 2 ) dan air hasil pengolahan dari kolam sedimentasi (T 3 ). Pengambilan sampel disesuaikan dengan waktu tinggal air limbah pada IPAL Suwung Denpasar yaitu selama 2 hari pada kolam aerasi dan 16 jam pada kolam sedimentasi. Pada masing-masing lokasi, sampel diambil pada beberapa bagian kemudian dikomposit menjadi satu. Penentuan Efektivitas Sistem Pengolahan Air Limbah Untuk menentukan efektivitas tiap tahap pengolahan air limbah pada IPAL Suwung Denpasar dilakukan pengukuran parameter BOD, COD dan amonia terhadap sampel air dari ketiga lokasi yang telah ditentukan. Pengambilan sampel untuk analisis parameter BOD, COD dan amonia ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan selama kurun waktu satu bulan. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan selang waktu pengulangan selama 10 hari. Analisis BOD Sebanyak 1,0 ml sampel air limbah dipipet dan diencerkan 50x. Sampel air yang telah diencerkan ditambahkan dengan 0,4 ml larutan MnSO 4 dan 0,4 ml alkali iodide azide. Endapan yang terbentuk dilarutkan dengan penambahan 0,4 ml H 2 SO 4 pekat. Sampel kemudian dititrasi dengan larutan Na 2 S 3 O 3 0,0233 N dan indikator amilum sehingga warna biru tepat hilang (menjadi tidak berwarna). Analisis COD Seabanyak 20,0 ml sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam labu refluks kemudian ditambahkan 10,0 ml K 2 Cr 2 O 7 0,025 N ; 25,0 ml campuran AgSO 4 -H 2 SO 4 dan beberapa batu didih, selanjutnya larutan dikocok. Sampel direfluks selama 1,5 jam. Selanjutnya sampel ditambah kan indikator feroin dan dititrasi dengan larutan Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2 0,0926 N sampai terjadi perubahan warna dari biru kehijauan menjadi merah bata. Prosedur diatas juga dilakukan untuk pengukuran blanko. Analisis Amonia a. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi dibuat dengan cara mengukur absorbansi larutan standar 0,25 ; 0,50 dan 1,0 ppm yang telah ditambahkan 0,25 ml pereaksi Nessler. Absorbansi larutan diukur pada = 420 nm. Kemudian dibuat grafik yang menunjukkan hubungan absorbansi dengan konsentrasi. b. Perlakuan Awal Sampel 50 ml sampel air limbah ditambahkan 4 tetes larutan deklorinasi, 1 ml larutan ZnSO 4 dan dikocok selama 5 menit. Selanjutnya sampel disaring dan ditambahkan 1-2 tetes garam Rochelle. 1,0 ml sampel yang telah diberi perlakuan awal dipipet dan diencerkan 10x. Sampel air limbah tersebut ditambahkan dengan 0,25 ml pereaksi Nessler kemudian absorbansi larutan diukur pada = 420 nm. Penentuan Waktu Tinggal Optimal Air Limbah Untuk penentuan waktu tinggal optimal air limbah dilakukan pengambilan sampel sebanyak satu kali pada ketiga lokasi. Sampel air dari lokasi T 1 langsung dianalisis parameter BOD, COD dan amonia sedangkan sampel air dari lokasi T 2 dan T 3 masing-masing dibagi menjadi dua bagian (satu bagian digunakan untuk analisis parameter BOD, COD dan amonia sedangkan satu bagian yang lainnya diberi perlakukan dan variasi waktu tinggal). Perlakuan untuk Air Hasil Pengolahan dari Kolam Aerasi Sebanyak 3 liter air hasil pengolahan dari kolam aerasi (T 2 ) ditempatkan dalam bak kaca ukuran 5 liter kemudian diaerasi kembali dengan waktu tinggal sampel divariasikan yaitu selama 1, 2 dan 3 hari. Setelah diaerasi, sampel air diambil sebanyak 500 ml dan dilakukan pengukuran kadar BOD, COD dan amonia kembali. Perlakuan untuk Air Hasil Pengolahan dari Kolam Sedimentasi Analisis yang sama juga dilakukan untuk air hasil pengolahan dari kolam sedimentasi (T 3 ) namun perlakuaan yang diberikan adalah 143

JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 141-148 pengendapan dengan variasi waktu tinggal sampel yaitu selama 16, 20 dan 24 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Efektivitas Sistem Pengolahan Air Limbah Berdasarkan hasil analisis rata-rata terhadap ketiga parameter kualitas air pada IPAL Suwung Denpasar seperti yang tercantum pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar ketiga parameter tersebut yaitu BOD 5, COD dan amonia masih melampaui baku mutu air limbah domestik. Kadar BOD 5 yang tinggi disebabkan karena tingginya kandungan bahan-bahan organik yang masuk ke dalam sistem pengolahan namun kurang diimbangi dengan proses pengolahan air limbah yang memadai. Salah satu penyebabnya adalah kerja aerator pada aerated lagoon (kolam aerasi) kurang maksimal sehingga menyebabkan persediaan oksigen terlarut dalam kolam tidak mencukupi bagi mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam jumlah yang besar (Effendi, 2003). Akibat semakin menurunnya tingkat oksigen terlarut maka kandungan bahan organik dalam air limbah masih banyak dan melampaui baku mutu air limbah domestik yang ditetapkan. Tabel 1. Hasil analisis kadar BOD 5, COD dan amonia air limbah Suwung Denpasar Kode Para Satu Pengulangan (sepuluh hari) Rata-Rata Baku Mutu *) Sampel meter an I II III BOD 5 mg/l 93,20 74,56 93,20 86,99 50 T 1 COD mg/l 131,49 144,46 150,01 141,99 100 Amonia mg/l 39,37 40,10 37,70 39,06 1 BOD 5 mg/l 83,88 65,24 74,56 74,56 50 T 2 COD mg/l 114,82 120,38 124,08 119,76 100 Amonia mg/l 21,98 27,83 27,83 25,88 1 BOD 5 mg/l 65,24 46,60 65,24 59,03 50 T 3 COD mg/l 100,01 98,16 109,27 102,48 100 Amonia mg/l 18,80 21,57 23,76 21,38 1 Keterangan : * = Baku Mutu Air Limbah Domestik berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007. T 1 = Lokasi Pengambilan Sampel pada Influent T 2 = Lokasi Pengambilan Sampel pada Air Hasil Pengolahan dari Kolam Aerasi = Lokasi Pengambilan Sampel pada Air Hasil Pengolahan dari Kolam Sedimentasi T 3 Hal yang sama juga terjadi pada parameter COD dimana kadarnya juga melampaui baku mutu air limbah domestik. Kadar COD yang diperoleh merupakan ukuran adanya pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat teroksidasi melalui proses biologis dan dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut. Bahan organik dalam air limbah akan dioksidasi oleh kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) dalam keadaan mendidih dan suasana asam. Untuk memastikan bahwa semua bahan organik hampir teroksidasi maka zat pengoksidasi K 2 Cr 2 O 7 digunakan berlebih sehingga K 2 Cr 2 O 7 yang tersisa dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan jumlah oksigen yang telah terpakai. Sisa K 2 Cr 2 O 7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro amonium sulfat (FAS). Semakin banyak K 2 Cr 2 O 7 yang terpakai dalam reaksi oksidasi maka semakin banyak oksigen yang diperlukan. Hal tersebut menunjukkan tingginya bahan organik yang terkandung dalam air limbah (Bennet, 1997; Odum, 1996). Tingginya kadar amonia merupakan ciri khas dari air limbah domestik. Hal ini disebabkan karena senyawa amonia merupakan produk utama dari penguraian limbah nitrogen seperti pada urine dan feses yang masuk ke dalam sistem pengolahan air limbah (Putra, 2008). 144

ISSN 1907-9850 Selain itu amonia juga dapat bersumber dari penguraian protein dalam biota perairan (Margono et al., 1991). Mikroorganisme akan menguraikan bahan buangan organik terutama protein tersebut menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau. Adanya senyawa amonia dalam air limbah tersebut akan terdeteksi dengan terbentuknya senyawa kompleks merkuri (II) amidoiodida basa yang berwarna kuning kecoklatan saat direaksikan dengan pereaksi Nessler. Hasil analisis terhadap ketiga parameter yang diteliti serta perubahan kualitas air menunjukkan bahwa pada sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar tahap I yang dimulai dari influent (T 1 ) sampai air hasil pengolahan dari kolam aerasi (T 2 ) diperoleh persentase penurunan kadar parameter untuk pengolahan BOD 5 sebesar 14,29%, COD sebesar 15,66% dan amonia sebesar 33,74%. Pada tahap II yang dimulai dari air hasil pengolahan dari kolam aerasi (T 2 ) sampai air hasil pengolahan dari kolam sedimentasi (T 3 ) diperoleh persentase penurunan kadar parameter untuk pengolahan BOD 5 sebesar 20,83%, COD sebesar 14,43% dan amonia sebesar 17,39%. Sedangkan pengolahan air limbah yang dimulai dari tahap awal (T 1 ) sampai tahap akhir (T 3 ) diperoleh persentase penurunan kadar parameter untuk pengolahan BOD 5 sebesar 32,14%, COD sebesar 27,83% dan amonia sebesar 45,26%. Hasil ini menunjukkan bahwa keseluruhan tahap sistem pengolahan air limbah jika dibandingkan dengan baku mutu air limbah domestik masih belum efektif atau tingkat efektivitasnya masih rendah. Penentuan Waktu Tinggal Optimal Air Limbah Pengaruh Perlakuan Waktu Terhadap Penurunan Kadar BOD 5 Waktu tinggal air limbah pada T 2 awal adalah selama 2 hari kemudian diberikan perlakuan aerasi dengan variasi waktu tinggal selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari. Pada Tabel 2 tersebut terlihat bahwa terjadi penurunan kadar BOD 5 dari selang hari 1 sampai hari ke 3 setelah sampel awal diberikan perlakuan aerasi kembali. Tingkat penurunan kadar BOD 5 ini cukup tajam dari sampel T 2 awal yaitu sebesar 83,88 mg/l menjadi 37,28 mg/l setelah 3 hari diaerasi, dimana persentase penurunannya adalah sebesar 55,56%. Persentase penurunan tersebut sudah mengindikasikan air hasil pengolahan dengan kondisi yang cukup baik. Hal ini diperkuat dengan kadar BOD 5 pada selang hari ke 3 (aerasi total selama 5 hari) yang menunjukkan bahwa air hasil pengolahan sudah tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yaitu sebesar 50 mg/l. Sehingga untuk memperoleh air hasil pengolahan dari kolam aerasi dengan kadar BOD 5 sesuai baku mutu air limbah domestik, diperlukan aerasi maksimal dengan waktu tinggal air limbah optimal selama 5 hari. Tabel 2. Penurunan Kadar BOD 5 terhadap Variasi Waktu Tinggal Air Limbah Waktu Tinggal T 2 (hari) Waktu Tinggal T 3 (jam) BOD 5 Awal 1 2 3 Awal 16 20 24 (mg/l) 83,88 74,56 55,92 37,28 74,56 65,24 46,60 27,96 Tingkat penurunan kadar BOD 5 ini berlangsung cepat dengan persamaan y = -0,2720x + 4,5030 dimana koefisien regresi linear (R 2 ) sebesar 0,9641. Dari nilai slope dapat dinyatakan bahwa laju penurunan BOD 5 dari selang hari 1 sampai hari ke 3 setelah sampel awal diaerasi adalah sebesar 0,2720 ppm/hari. Untuk sampel T 3, setelah diberikan pengendapan kembali dengan variasi waktu tinggal selama 16 jam, 20 jam dan 24 jam maka terjadi penurunan kadar BOD 5 yang cukup tajam yaitu dari 74,56 mg/l menjadi 27,96 mg/l setelah 24 jam diendapkan, dengan persentase penurunannya adalah sebesar 62,5%. Sehingga untuk memperoleh air hasil pengolahan dari kolam sedimentasi dengan kadar BOD 5 sesuai baku mutu air limbah domestik, diperlukan waktu tinggal air limbah sekurang-kurangnya 36 jam. Tingkat penurunan kadar BOD 5 ini berlangsung lambat dengan persamaan y = -0,0340x + 0,6704 dimana koefisien regresi linear (R 2 ) sebesar 0,6704. Dari nilai slope dapat dinyatakan bahwa laju penurunan BOD 5 dari 145

JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 141-148 selang waktu 16 jam sampai 24 jam setelah sampel awal diendapkan hanya 0,0340 ppm/jam. Pengaruh Perlakuan Waktu Terhadap Penurunan Kadar COD Tingkat penurunan kadar COD untuk sampel T 2 ini cukup tajam dari kadar awal yaitu sebesar 151,86 mg/l menjadi 88,89 mg/l setelah 3 hari diaerasi, dimana persentase penurunannya adalah sebesar 41,47%. Walaupun tingkat persentase penurunan tersebut belum mencapai 50% seperti pada penurunan BOD 5, namun kadar COD air hasil pengolahan sudah tidak melampaui baku mutu air limbah domestik pada selang hari ke 3 (aerasi total selama 5 hari). Adanya perlakuan aerasi total selama 5 hari menunjukkan aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik dan anorganik sudak cukup efektif sehingga bahanbahan yang terkandung dalam air limbah dengan cepat akan menurun seiring dengan peningkatan waktu aerasi tersebut. Tabel 3. Penurunan Kadar COD terhadap Variasi Waktu Tinggal Air Limbah Waktu Tinggal T 2 (hari) Waktu Tinggal T 3 (jam) COD 5 Awal 1 2 3 Awal 16 20 24 (mg/l) 151,86 140,75 111,12 88,89 116,68 109,27 100,01 83,34 Tingkat penurunan kadar COD ini berlangsung cepat dengan persamaan y = -0,1830x + 5,0670 dimana koefisien regresi linear (R 2 ) sebesar 0,9577. Dari nilai slope dapat dinyatakan bahwa laju penurunan COD dari selang hari 1 sampai hari ke 3 setelah sampel awal diaerasi adalah sebesar 0,1830 ppm/hari. Untuk sampel T 3 memiliki tingkat penurunan kadar COD yang tidak terlalu tinggi dari kadar awal yaitu sebesar 116,68 mg/l sampai 83,34 mg/l setelah 24 jam diendapkan, dimana persentase penurunannya adalah sebesar 28,57%. Namun kadar COD air hasil pengolahan tersebut sudah cukup baik dan tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang diperbolehkan untuk COD yaitu sebesar 100 mg/l. Jika dibandingkan hasil analisis dengan baku mutu air limbah domestik untuk parameter COD, ternyata pada variasi waktu selama 20 jam, kadar COD sudah hampir mencapai baku mutu air limbah domestik yang diperbolehkan yaitu sebesar 100 mg/l. Namun untuk kadar COD yang sudah tidak melampaui baku mutu air limbah domestik diperoleh setelah sampel diendapkan selama 24 jam. Sehingga untuk memperoleh air hasil pengolahan dari kolam sedimentasi dengan kadar COD sesuai baku mutu air limbah domestik, diperlukan waktu tinggal air limbah selama 40 jam (Kementerian Lingkungan Hidup, 2004). Tingkat penurunan kadar COD ini berlangsung lambat dengan persamaan y = -0,0117x + 4,7955 dimana koefisien regresi linear (R 2 ) sebesar 0,7022. Adapun laju penurunan COD dari selang waktu 16 jam sampai 24 jam setelah sampel awal diendapkan hanya 0,0117 ppm/jam. Pengaruh Perlakuan Waktu Terhadap Penurunan Kadar Amonia Tingkat penurunan kadar amonia ini sangat tinggi dari sampel T 2 awal yaitu sebesar 22,25 mg/l menjadi 1,10 mg/l setelah 3 hari diaerasi, dimana persentase penurunannya adalah sebesar 95,06%. Persentase penurunan kadar amonia yang tinggi tersebut sudah menunjukkan adanya tingkat pengolahan air limbah yang efektif walaupun setelah selang hari ke 3 (aerasi total selama 5 hari), kadar amonia masih sedikit diatas baku mutu air limbah domestik yaitu sebesar 1 mg/l Kementerian Lingkungan Hidup, 2004). Tabel 4. Penurunan Kadar Amonia terhadap Variasi Waktu Tinggal Air Limbah Amonia Waktu Tinggal T 2 (hari) Waktu Tinggal T 3 (jam) (mg/l) Awal 1 2 3 Awal 16 20 24 22,25 9,14 3,71 1,10 17,18 8,30 3,29 0,94 146

ISSN 1907-9850 Penurunan kadar amonia tersebut disebabkan karena adanya proses aerasi dengan waktu tinggal yang optimal sehingga proses penguraian bahan-bahan organik terutama yang mengandung nitrogen oleh mikroorganisme berjalan sangat cepat. Selain itu, penurunan kadar amonia juga disebabkan oleh adanya aktivitas mikroorganisme nitrifikasi yang dapat menguraikan amonia dalam air limbah menjadi nitrit atau nitrat melalui suatu reaksi nitrifikasi (Stamsuri, et al., 2000). Tingkat penurunan kadar amonia ini berlangsung sangat cepat dengan persamaan y = -0,9930x + 3,1670 dimana koefisien regresi linear (R 2 ) sebesar 0,9940. Adapun laju penurunan amonia dari selang hari 1 sampai hari ke 3 setelah sampel awal diaerasi adalah sebesar 0,9930 ppm/hari. Tingkat penurunan kadar amonia untuk sampel T 3 yaitu dari 17,18 mg/l menjadi 0,94 mg/l setelah 24 jam diendapkan, dimana persentase penurunannya adalah sebesar 94,53%. Persentase penurunan yang tinggi tersebut mengindikasikan air hasil pengolahan dengan kondisi yang baik. Apabila dibandingkan hasil analisis dengan baku mutu air limbah domestik untuk parameter amonia, ternyata pada variasi waktu selama 24 jam, kadar amonia sudah tidak melampui baku mutu air limbah domestik yaitu sebesar 1 mg/l. Tingkat penurunan kadar amonia ini berlangsung lambat dibandingkan laju penurunan pada sampel T 2. Adapun persamaan laju penurunannya yaitu y = -0,1024x + 0,8021 dimana koefisien regresi linear (R 2 ) sebesar 0,8021. Dari nilai slope dapat dinyatakan bahwa laju penurunan amonia dari selang waktu 16 jam sampai 24 jam setelah sampel awal diendapkan hanya 0,1024 ppm/jam. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat ditarik suatu simpulan sebagai berikut : 1. Tingkat efektivitas sistem pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar untuk parameter BOD, COD dan amonia masih tergolong rendah dan melampaui baku mutu air limbah. 2. Waktu tinggal optimal air limbah pada kolam aerasi agar dapat menurunkan kadar BOD 5, COD dan amonia dibawah baku mutu air limbah domestik adalah selama 5 hari. Untuk laju penurunan kadar BOD 5, COD dan amonia adalah berturut-turut sebesar 0,2720 ppm/hari, 0,1830 ppm/hari dan 0,9930 ppm/hari. 3. Waktu tinggal optimal air limbah pada kolam sedimentasi agar dapat menurunkan kadar BOD 5, COD dan amonia dibawah baku mutu air limbah domestik adalah selama 40 jam. Untuk laju penurunan kadar BOD 5, COD dan amonia adalah berturutturut sebesar 0,0340 ppm/jam, 0,0117 ppm/jam dan 0,1024 ppm/jam. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang dapat disarankan yaitu : 1. Perlu dilakukan penelitian dengan parameter kualitas air yang lebih banyak dan waktu pengambilan sampel yang lebih representatif untuk mengetahui tingkat efektivitas sistem pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar secara lebih menyeluruh. 2. Untuk membantu mengurangi kadar BOD, COD dan amonia yang tinggi pada air limbah dapat dilakukan dengan memaksimalkan sistem aerasi dan penambahan mikroorganisme pengolah limbah yaitu EM-4. 3. Penambahan sistem Waste Water Garden (WWG) pada akhir sistem pengolahan dapat mengurangi padatan terlarut, logam serta minyak yang masih terkandung pada air hasil pengolahan. UCAPAN TERIMA KASIH Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimasih kepada pihak BLUPAL Bali khususnya seksi Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung Denpasar yang telah mengijinkan dalam pengambilan sampel. 147

JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 141-148 DAFTAR PUSTAKA Allaby, M. 1997. Dictionary of Environment, The Camelot Press Ltd. Southompson Bennet, S., 1997, Groud Water Contamination From Leaking Home Heating Oil System, Journal of Environmental Hydrology, Country Kildare Ireland BLUPAL, 2007, sinergi DSDP dan BLUPAL Dalam Sistem Pengelolaan Air Limbah Bali, Departemen Pekerjaan Umum, Bali Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, PT Kanisius, Yogyakarta Gintings, P., 1995, Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Kurikulum Kursus Penyusun AMDAL, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Negara Lingkungan, Jakarta Margono, Trimawan, Sujono, Suparlan, Maksum, Indariwati, N. Marlina, E. Sukianti, B. Utomo, D. K. Jalari, E. Noor, Haryono, Minarto, Y. Songkilawang, 1991, Buku Pedoman Pengajar Mata Ajaran Kimia Lingkungan, Departemen Kesehatan RI, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Bakti Husada, Jakarta Odum, E. P., 1996, Fundamental of Ecology, W. B. Saunders Company, Philadelphia Putra, A. P. W., 2008, Studi Kualitas Perairan Pantai di Kawasan Industri Perikanan Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Tesis, Universitas Udayana, Bali Syamsuri, I., H. Suwono., Ibrohim., Sulisetijono., I.W. Sumberartha., S.E. Rahayu., 2000, Biologi 2000, Erlangga, Jakarta Wardhana, A. W., 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta 148