BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut (UU No.9 tahun 1990: 2). Pariwisata merupakan industri yang terus berkembang di dunia. Sejak lama pariwisata bagi negara maju telah merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Kegiatan kepariwisataan bahkan merupakan suatu aktivitas dan permintaan yang wajar (Maritha, 2010: 1). Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia, tahun 2002 perolehan devisa sebesar 5,8 miliar USD, tahun 2003 meningkat menjadi 6,3 miliar USD, tahun 2004 menjadi 7,5 miliar USD (Nandi, 2008: 1) dan pada tahun 2013 diperkirakan mencapai US$10,1 miliar atau naik 10,99 persen jika dibanding penerimaan devisa tahun sebelumnya yang sebesar US$9,1 miliar (Badan Pusat Statistik, 2013: 3). Oleh karena itu peningkatan sektor pariwisata sangat dibutuhkan bagi Indonesia. Salah satu cara untuk mendukung peningkatan sektor pariwisata adalah dengan memberikan kemudahan kepada para wisatawan dalam memperoleh informasi mengenai pariwisata di daerah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya sebuah sarana untuk memperkenalkan tempat wisata, beserta dengan fasilitas-fasilitas yang terdapat di tempat wisata tersebut. 1
2 Pada saat ini media yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata jauh lebih banyak dari periode sebelumnya. Kemajuan teknologi informasi merupakan salah satu faktor pendorongnya. Teknologi ini sudah banyak diadopsi oleh kalangan pemerintahan, pendidikan, bisnis dan lainnya sebagai sarana promosi, desiminasi informasi dan transaksi. Salah satu bentuk dari kemajuan teknologi tersebut adalah media sosial. Media sosial adalah sebuah media berbasis internet yang memudahkan atau memungkinkan penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, menciptakan dan berbagi pengalaman serta informasi yang dimilikinya. Jenis-jenis media sosial itu seperti facebook, twitter, instagram, blog, dll. Berkat media sosial, orang mudah untuk berbagi ide, foto, video dengan dunia pada umumnya dan juga dengan mudah mencari tahu apa perasaan dan pikiran seseorang yang dicurahkannya ke dalam media sosial. Teman, keluarga atau kontak bisnis membentuk kelompok-kelompok komunitas tersendiri dan kemudian berkomunikasi secara intens melalui media sosial. Begitu pula dengan kebiasaan para wisatawan yang sering membagi kenikmatan, kepuasan dan keindahan daerah wisata yang telah dukunjungi kepada rekan-rekannya didalam sebuah media sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maritha (2010: 80) tentang profil pola pengeluaran wisatawan asing ala backpacker di Indonesia, mengatakan bahwa 36% backpacker asing yang berkunjung ke Yogyakarta mengetahui informasi daerah wisata di Yogyakarta melalui Internet. Hal ini disebabkan karena pada umumnya para backpacker memiliki komunitas yang bersedia berbagi mengenai referensi tempat
3 wisata. Komunitas ini berbagi informasi melalui website backpacker seperti www.coachsurfing.org, www.backpackerindonesia.com dan www.lonelyplanetcom. Selain website jenis media sosial yang biasa digunakan oleh backpacker untuk berbagi informasi wisata adalah blog pribadi, facebook, twitter dan instagram. Para backpacker ini saling memberikan referensi kelebihan dan kekurangan daerah yang telah dikunjunginya kepada sesama backpacker. Maritha (2010: 136) mengatakan bahwa dari 200 orang backpacker yang berwisata ke Yogyakarta, 183 orang bersedia merekomendasikan Yogyakarta sebagai tempat wisata yang menarik, oleh karena itu backpacker memilki pengaruh positif terhadap pariwisata di Yogyakarta. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, wisata belanja, bahkan yang terbaru wisata malam. Salah satu tempat wisata favorit bagi backpacker di Yogyakarta adalah Kawasan Prawirotaman, karena di tempat ini backpacker dapat menikmati fasilitas wisata yang murah dan menarik. Peningkatan wisatawan di Prawirotaman semakin tahun semakin meningkat dan pada tahun 2013 total Jumlah wisatawan mancanegara di daerah pengrajin batik Prawirotaman dan Tirtodipuran adalah 207.205 orang (Adang, 2013: 1). Melihat peranan media sosial dalam menarik wisatawan khususnya backpacker terhadap kunjungan di Kawasan Prawirotaman, maka peneliti menganggap penting untuk membuat penelitian dengan judul Media Sosial Sebagai Sarana Informasi Pariwisata Kota Yogyakarta (Studi Kasus Backpacker di Kawasan Prawirotaman).
4 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka berikut ini dapat disimpulakan beberapa rumusan masalah: 1. Secara umum apa peran media sosial dalam promosi pariwisata? 2. Bagaimana peran media sosial terhadap kedatangan backpacker di Kawasan Prawirotaman? 3. Jenis media sosial apa yang paling berperan dalam menarik kedatangan backpacker? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang sudah dijelaskan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apa peran media sosial terhadap kedatangan backpacker di Kawasan Prawirotaman. 2. Untuk mengetahui secara umum bagaimana peran media sosial dalam promosi pariwisata. 3. Untuk mengetahui jenis media sosial apa yang paling berperan dalam menarik kedatangan backpacker. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan mengacu pada tujuan dari penelitian, maka penelitian ini nantinya akan memiliki manfaat sebagai berikut:
5 1. Manfaat Teoritis Untuk bidang akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis secara langsung terhadap studi Pariwisata khususnya peran media sosial backpacker sebagai media promosi pariwisata Yogyakarta. 2. Manfaat Praktis Dalam hal praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi Dinas Pariwisata Yogyakarta dalam melakukan kegiatan promosi kebudayaan Indonesia terhadap wisatawan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan pembenahan Dinas Pariwisata Yogyakarta dalam menkawasankan kegiatan promosi dan juga sebagai gambaran mengenai peran backpacker dalam aktivitas promosi objek wisata. 1.5 Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Devi Putri Maritha (2010, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret) dengan judul Profil Pola Pengeluaran Wisatawan Asing Ala Backpacker di Yogyakarta. Dalam jurnal ini membahas tentang dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh backpacker ketika berkunjung di Yogyakarta. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Novia Ika Setyani (2013, Jurnal Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret) dengan Judul Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi Bagi Komunitas. Dalam
6 jurnal ini membahas mengenai fungsi dan tingkat efektif penggunaan media sosial dalam berbagai informasi akademi. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Heri Setyawan (2010, Jurnal Ilmiah Vol. II No. 1) dengan judul Strategi Peningkatan Daya Saing Daerah Tujuan Wisata Dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (E-Tourism). Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa jauh lebih efisien bagi penyedia jasa wisata untuk membuat jaringan operasi bisnis dan pemasaran daerah tujuan wisata secara bersama dibandingkan jika setiap penyedia wisata membuat secara individual. Berdasarkan beberapa dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuantemuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya yang relevan mengenai backpacker dan media sosial, maka menjadi pendorong bagi peneliti untuk melakukan studi dan penelitian yang berjudul Media Sosial Sebagai Sarana Promosi Kota Yogyakarta (Studi Kasus di Kawasan Prawirotaman), oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penelitian ini terbukti keasliannya dan belum pernah ditelliti oleh siapapun. 1.6 Landasan Teori 1.6.1 Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perkawasanan yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (UU No. 9 Tahun 1990: 1).
7 Menurut Spilane dalam Soebagyo (2012: 154) pariwisata adalah perkawasanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Ditambah pula bahwa pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu: 1. Pariwisata untuk menikmati perkawasanan (pleasure tourism) 2. Pariwisata untuk berekreasi (recreation tourism) 3. Pariwisata untuk budaya (culture tourism) 4. Pariwisata untuk olah raga (sport tourism) 5. Pariwisata untuk urusan rumah tangga (business tourism) 6. Pariwisata untuk berkonvensi (conventional tourism) 1.6.2 Pengertian Media Sosial Media Sosial pada awalnya adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin berbagi informasi dan tempat untuk mencari teman baru serta berinteraksi dengan teman lainnya secara online. (Menurut Buckner s, 1965) Media sosial menjadi semakin penting untuk bisnis perhotelan dan pariwisata sebagai produk wisata, untuk implikasinya bagi promosi pariwisata dan prinsip-prinsip pemasaran melalui media sosial rata-rata wisatawan memungkinkan mereka untuk berkontribusi informasi secara online (www.researchgate.net/sosial_media). Berdasarkan hasi survei yang dilakukan oleh Grant tahun 2010 bahwa jumlah penggunaan 5 media sosial tertinggi tahun 2010
8 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Penggunaan Media sosial tahun 2010 No. Media Sosial Jumlah (orang) 1 Facebook 250.000.000 2 Twitter 80.500.000 3 MySpaced 122.000.000 4 Linked 52.000.000 5 Blog 48.000.000 Sementara, survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada 2013, APJII memprediksi pengguna Internet di Indonesia akan mencapai 82 juta atau 30% dari jumlah pengguna pada 2012, pada 2014 mencapai 107 juta dan 2015 mencapai 139 juta orang (Siswanto, 2013: 80-86). Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya. Menurut Antony Mayfield dari icrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan
9 berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri (Setyani, 2013: 7). Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat. Tak terkecuali, keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding. 1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri yang sangat menonjol dalam penelitian ini adalah titik berat pada observasi dan suasana alamiah dimana peneliti terjun langsung ke lapangan dan tidak berusaha untuk memanipulasi variable penelitian (Arikunto, 1998: 12). Penulis melakukan dengan beberapa langkah dalam memperoleh data yaitu: a. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian melalui studi pustaka. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari dan menggali informasi dan teori yang relevan dan valid. Penelitian kepustakaan ini tidak hanya dilakukan melalui buku, melainkan juga media elektronik. Hal ini penulis lakukan untuk mendapatkan informasi dan
10 data yang terbaru hingga dapat memaksimalkan penganalisaan variabel yang diteliti. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mengetahui data kunjungan wisatawan khususnya backpacker di Yogyakarta, data pengguna media sosial dan data sumber informasi yang digunakan backpacker dalam berkunjung ke Yogyakarta. b. Penelitian lapangan, yaitu melakukan kunjungan langsung dan observasi lapangan sebelum melakukan penulisan skripsi ini. Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu landasan yang memperkuat deskripsi dan analisa variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di kawasan Prawirotaman untuk mencari infromasi mengenai beberapa hotel yang sering dikunjungi oleh backpacker dan melakukan penelitian dengan backpacker sebagai objek penelitian. c. Wawancara, yaitu adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan dari responden. Wawancara dilakukan dengan bacpakcker yang sedang berkunjung di kawasan Prawirotaman. Wawancara yang dilakukan berhubungan dengan sumber informasi yang diperoleh backpacker untuk berkunjung ke Yogykarta. 1.7.2 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Kota Yogyakarta, tepatnya di daerah Kawasan Prawirotaman, Kecamatan Mergangsan, dusun
11 Prawirotaman. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih 2 bulan yakni terhitung dari tanggal 3 Maret 2014 sampai 27 maret 2014. 1.7.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitan yang bersifat kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data berupa keterangan atau kata-kata. Penelitian kualitatif digunakan sebagai dasar untuk mengetahui klasifikasi, bentuk fungsi dan makna ungkapan. Di samping itu, berdasarkan cara memperolehnya, penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah peneliti secara langsung dari obyek penelitian. Data primer penelitian ini adalah berasal dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden. 1.7.4 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa kuesioner atau daftar pertanyaan, alat perekam suara, dan kamera digital. Secara rinci teknik pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: a) Kuesioner atau daftar pertanyaan Peneliti akan memberikan kuesioner yang berhubungan dengan sumber informasi yang digunakan backpacker dalam mencari dan memberi informasi pariwisata. Konsumen diarahkan untuk mengisi kuesioner tersebut secara rahasia dan
12 tanpa pengaruh atau paksaan dari pihak manapun. Disamping itu peneliti juga akan mewawancarai responden penelitian untuk menggali lebih dalam persepsi responden. b) Alat perekam suara Alat perekam suara digunakan untuk merekan ungkapan-ungkapan dari responden penelitian. Hasil rekaman kemudian akan ditrankripsikan melalui catatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data penelitian. c) Kamera digital Kamera digital digunakan untuk mengambil gambar atau kondisi saat penelitian yang berguna sebagai bahan bukti penelitian. 1.7.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode tabulasi dan pengelompokkan. Peneliti akan membuat tabulasi mengenai pengelompokkan dan frekuensi hasil penelitian, yang kemudian akan dibahas sesuai dengan keadaan sebenarnya saat penelitian. 1.7.6 Populasi dan Sampel Penelitian A. Populasi Populasi penelitian diambil berdasarkan jumlah kunjungan bulanan tertinggi wisatawan yang pernah menginap di beberapa hotel di Kawasan Prawirotaman. Data jumlah kunjungan merupakan data primer yang berupa jumlah kunjungan wisatawan yang pernah menginap di beberapa hotel di Kawasan Prawirotaman dengan
13 memberikan kuesioner kepada pihak manajemen hotel untuk mengisi jumlah kunjungan wisatawan di hotelnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pihak hotel, diketahui bahwa terdapat 13 hotel melati dan 2 pondok wisata yang paling sering dikunjungi oleh para backpacker hal ini disebabkan karena hotel-hotel dan pondok wisata tersebut memiliki harga yang murah, bekerja sama dengan agen perkawasanan wisata dan pemandu wisata, oleh karena itu pihak agen dan pemandu wisata mengarahkan para backpacker untuk menginap di hotel tersebut. Hotel dan pondok wisata yang dimaksudkan adalah Borobudur GH, Delta, Pondok Kampoeng Jawa, Rosela, Tropis, Blangkon, Prayogo lama, Prayogo baru, Parikesit, Sartika HS, Prambanan, Perwita Sari, Tilamas, Kirana, dan Sumaryo. Tabel 2. Jumlah Kunjungan Backpacker pada Beberapa Hotel di Kawasan Prawirotaman Tahun 2013 No. Bulan Mancanegara Domestik Total 1 Januari 67 48 115 2 Februari 63 54 117 3 Maret 61 85 146 4 April 50 56 106 5 Mei 55 76 131 6 Juni 49 88 137 7 Juli 75 80 152 8 Agustus 68 77 145 9 September 96 65 161 10 Oktober 59 69 128 11 November 78 86 164 12 Desember 68 67 135 Sumber: Data Sekunder (mengumpulkan data dari pengelola hotel)
14 Jumlah populasi diambil dari jumlah kunjungan bulanan tertinggi, sehingga didapatkan jumlah populasi adalah 164 responden yang diambil dari kunjungan tertingi di bulan November. B. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik Sloving (Arikunto, 1998: 17). N n = 1 + N (d 2 ) Keterangan: n : Sampel N : Populasi d 2 : Nilai signifikan 164 n = 1 + 164 (0.05 2 ) n = 116 Jadi jumlah sampel yang akan menjadi responden penilitian adalah 116 orang backpacker di kawasan Prawirotaman.