BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suci Eniawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Hubungan antar individu ini membentuk kehidupan sosial.

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, orang tua, maupun masyarakat, karena pembelajaran matematika di

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah. Matematika merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar Negeri Petung Panceng Gresik sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: TUMIYATUN A.54A100051

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam. suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan di Indonesia sesungguhnya sudah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga. formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan. sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Masalah internal yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras, mandiri, jujur, disiplin, memiliki sikap sosial yang baik, serta berbagai keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain pendidikan harus melahirkan sebuah kecakapan hidup bagi setiap peserta didik. Pendidikan dapat dimaknai sebagai sebuah proses pengubahan tingkah laku peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, tetapi ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh hingga anak menjadi lebih dewasa dan memiliki kecakapan hidup. Hal tersebut salah satunya dapat terealisasi dalam penyelenggaraan pendidikan dasar yang bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah baik pertama maupun tingkat atas. Dalam kurikulum

2 pendidikan dasar yang berkenaan dengan sekolah dasar menekankan kemampuan dan keterampilan dasar Baca-Tulis- Hitung atau CALISTUNG. Matematika sebagai bagian dari CALISTUNG memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang. Matematika merupakan mata pelajaran pokok dalam kurikulum di sekolah dasar. Matematika juga merupakan suatu ilmu yang berperan penting dalam menunjang ilmu-ilmu yang lain, juga mempelajari masalah keseharian yang berkaitan dengan hitung menghitung, selain itu matematika berpengaruh bagi setiap individu (siswa) yang mempelajarinya yakni melatih siswa agar memiliki pemikiran yang sistematis, logis, kritis, rasionalis, dan bersikap efektif dalam setiap aktivitas. Kondisi seperti ini sangat diharapkan oleh berbagai pihak, terutama adalah orang tua yang menginginkan anaknya berhasil dalam pendidikan, begitupun seorang guru sangat berkeinginan peserta didiknya berhasil dalam memahami apa yang dipelajarinya pada pelajaran matematika. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru mengharapkan kondisi pembelajaran yang kondusif, artinya siswa merasa nyaman dalam belajarnya, tidak merasa bosan, jauh dari ketakutan dan hal-hal lain yang bersifat negatif. Oleh karena itu seharusnya berbagai upaya dapat dilakukan oleh guru agar setiap pembelajaran dilaksankan dengan berpusat pada siswa student centered atau multi arah. Dimana guru dan siswa, siswa dengan siswa yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai kondisi yang kondusif.

3 Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu cara pembelajaran yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar secara aktif baik fisik, mental, intelektual, maupun sosial. Namun kenyataan di lapangan, berdasarkan pengamatan dan pengalaman di beberapa Sekolah Dasar masih melaksanakan pembelajaran khususnya pelajaran matematika masih berlangsung secara tradisional, yaitu lebih mengutamakan hafalan dari pada pemahaman konsep. Guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa sehingga guru kurang menggali kemampuan siswa untuk bernalar. Metode ceramah seakan menjadi metode utama pada proses pembelajaran. Kondisi ini juga dialami di kelas V SDN 2 Sususkan Kecamatan Sumbang, Banyumas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SD tersebut dapat diperoleh data bahwa secara umum proses belajar mengajar masih teacher centered, sesekali pernah menggunakan metode diskusi. Guru jarang menggunakan media pembelajaran yang juga seharusnya melibatkan siswa dalam penggunaanya. Hal ini menimbulkan siswa kurang memiliki kreativitas dalam belajar matematika. Proses belajar yang cenderung siswa pasif hanya membuat siswa merasa tidak senang terhadap matematika. Bahkan guru kelas mengungkapkan bahwa selama ulangan harian matematika siswa 50% tidak mencapai nilai 62 yaitu batas tuntas KKM, walaupun setelah itu juga diadakan ujian perbaikan. Selain wawancara dengan guru, untuk menguatkan permasalahan maka dilakukan juga wawancara dengan siswa kelas V yang diambil secara acak.

4 Diperoleh hasil bahwa siswa tidak senang belajar matematika, karena sulit dan pembelajaran kurang menyenangkan. Siswa enggan dan bahkan takut bertanya atau menjawab pertanyaan dikarenakan bingung terhadap materi yang dijelaskan guru, padahal guru selalu memeberikan kesempatan bertanya yang seluas-luasnya kepada siswa. Proses belajar matematika yang dirasa siswa kurang menyenangkan ini dikuatkan dengan pernyataan guru bahwa memang selama ini belum menggunakan model pembelajaran yang bersifat PAIKEM, dikarenakan masih merasa kesulitan dalam penerapannya. Untuk membuktikan bahwa prestasi matematika siswa kelas V kurang baik, maka dilakukan Post Tes pada minggu ke-3 November 2010 yaitu materi pra syarat pecahan. Materi pra syarat ini adalah materi pada kelas III dan IV yang telah diajarkan. Hasil Pos Tes menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas V kurang baik karena tidak ada siswa yang nilainya tuntas mencapai 62 dari KKM yang ditentukan. Kondisi ini perlu dicari pemecahan masalahnya. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi nilai post tes materi pecahan: Tabel 1.1 Hasil Rekap Nilai Post Tes Matematika Materi Pecahan Jumlah Rata-rata Nilai Nilai KKM Tuntas Siswa nilai Tertinggi Terendah KKM 41 28,54 55 0 62 - Sumber: Hasil Nilai Post Tes Matematika Materi Pecahan (November 2010) Kegagalan dan kesulitan belajar matematika yang dialami siswa terutama pada meteri pecahan, penyebabnya adalah karena materi yang cukup sulit selain itu juga karena guru belum menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat memberi pemahaman konsep yang lebih baik dan

5 dapat mengaktifkan siswa baik fisik maupun mental dalam pembelajaran matematika. Mengingat bahwa matematika adalah bagian dari pencapaian tujuan pendidikan, yang sangat berguna untuk jenjang pendidikan selanjutnya, berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungan, serta mengembangkan pola pikir siswa, maka permasalahan yang muncul harus segera dicari pemecahan masalahnya agar tujuan pendidikan dan kegunaan matematika dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penilaian yang selama ini digunakan oleh guru pada siswa kelas V hanya pada ranah kognitif saja, padahal hasil belajar idealnya adalah menyangkut tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Kedua ranah yaitu afektif dan psikomotor tidak kalah pentingnya dengan ranah kognitif. Selama ini belum ada perhatian yang lebih pada penilaian ranah afektif dan psikomotor siswa. Untuk itu agar pembelajaran benar-benar dapat memperoleh hasil pembelajaran yang ideal, maka penilain harus mencakup pada tiga ranah tersebut. Objek matematika yang abstrak dan tahap berpikir siwa yang masih berada pada tahap berpikir konkrit, seharusnya menjadikan perhatian yang lebih bagi guru. Agar siswa memperoleh pemahaman matematika yang baik sesuai indikator maka perlu aktifitas siswa yang tinggi, perlu menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang bersifat PAIKEM sehingga pembelajaran matematika dapat menjadi suatu kegiatan yang diminati dan disukai oleh siswa. Setiap guru harus memiliki kompetensi dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,

6 karakteristik materi, dan karakteristik siswa itu sendiri. Pada intinya guru memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar, memberi motivasi pada siswa dan dapat merangsang aktivitas siswa. Berdasarkan permasalahan di atas pembelajaran akan menjadi bermakna bagi siswa, apabila guru dalam merancang maupun melaksanakan pembelajaran memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu, pertama, prinsip belajar adalah perubahan tingkah laku; kedua, belajar merupakan proses; ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman (Suprijono, 2009:4). Selain itu, pembelajaran juga harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan, mengembangkan kreativitas, mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi, menumbuhkan kesadaran berwarganegara, belajar sepanjang hayat, perpaduan kompetensi, kerja sama dan solidaritas. Semua prinsip di atas dapat dilaksanakan salah satunya dengan menggunakan Cooperative Learning, sehingga pembelajaran matematika akan lebih bermakna bagi siswa. Menurut Slavin (Isjoni, 2009:15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran kooperatif melibatkan aktivitas siswa yang cukup tinggi, membangun kerjasama, melatih siswa bertanggungjawab sehingga beban materi dan tugas yang berat menjadi lebih ringan dan mudah. Lie, Anita (2002:26) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif sangat dimungkinkan siswa menemukan konsep sendiri, memperoleh pemahaman

7 langsung dan nyata sehingga model pembelajaran ini juga sesuai dengan pendekatan kontekstual. Banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning yang dikembangkan oleh para ahli antara lain tipe: TPS, NHT, Jigsaw dan banyak tipe lainnya, namun dalam skripsi ini diambil satu tipe yaitu tipe STAD (Student Team Achievment Division). Inti dari STAD (Pencapaian Pembagian tim Siswa) ini adalah guru menyampaikan suatu materi kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat sampai enam siswa (heterogen) untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Alasan memilih tipe STAD karena proses pembelajaran yang sederhana namun bermakna, yaitu guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok atau tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. Setelah itu seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, dan di pada saat tes mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim selanjutnya dijumlahkan untuk mendapatkan skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan sertifikat atau ganjaran yang lain. Berbagai penelitian membandingkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode konvensional dalam periode paling sedikit empat minggu, hasilnya secara konsisten menunjukkan pembelajaran kooperatif lebih unggul, sepanjang dua kondisi penting terpenuhi, yaitu: berbagai bentuk pengakuan atau ganjaran kecil harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik, dan harus ada tanggung

8 jawab individual, artinya keberhasilan kelompok itu ditentukan oleh hasil belajar individual dari seluruh anggota kelompok. Cooperative Learning tipe STAD memungkinkan sekali dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik ranah kognitif, ranah afektif, maupun psikomotor, karena proses pembelajaran yang sangat kompleks, mulai dari penyajian materi, kerja kelompok yang sangat berkaitan dengan ranah afektif dan psikomotor serta sampai pada kuis sebagai hasil dari pencapaian ranah kognitif siswa. Bahkan sampai pada bentuk penghargaan pada siswa yang dapat memberi motivasi tertentu agar siswa rajin belajar. Seiring dengan permasalahan di atas dan perkembangan model-model pembelajaran dalam dunia pendidikan, memungkinkan untuk mencoba mengangkat penyelesaian permasalahan dengan objek penelitian yaitu di kelas V SDN 2 Susukan Kecamatan Sumbang, Banyumas dengan menerapkan Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa (ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor) pada materi pecahan. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan bahwa masalah utama pada pembelajaran matematika terutama materi pecahan di kelas V SDN 2 Susukan yaitu hasil belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang kurang baik, dikarenakan model pembelajaran matematika yang digunakan guru lebih ke arah tradisional, dan belum PAIKEM. Untuk memecahkan

9 masalah tersebut maka dapat mencoba dengan menerapkan Cooperative Learning tipe STAD. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah dengan menggunakan Cooperative Learning tipe STAD pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif? 2. Apakah dengan menggunakan Cooperative Learning tipe STAD pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif? 3. Apakah dengan menggunakan Cooperative Learning tipe STAD pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah psokomotor? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umun Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa kelas V Sekolah Dasar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal dan berguna bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang. 2. Tujuan khusus Secara kusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan: a. Meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran matematika kelas V (lima) SD.

10 b. Meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa pada mata pelajaran matematika kelas V (lima) SD. c. Meningkatkan hasil belajar ranah psikomotor siswa pada mata pelajaran matematika kelas V (lima) SD. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Mendapatkan teori baru tentang peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui Cooperative Learning tipe STAD pada materi pecahan. b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa ranah kognitif pada materi pecahan. 2) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa ranah afektif pada materi pecahan. 3) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa ranah psokomotor pada materi pecahan. b. Bagi peneliti 1) Membantu peneliti memperoleh pengetahuan yang baru dan inovatif dalam hal metode pembelajaran di kelas.

11 2) Merangsang daya kreatifitas peneliti dalam menyusun desain strategi pembelajaran matematika di kelas. 3) Melatih keahlian peneliti dalam mengembangkan isi pesan kurikulum matematika ke dalam sebuah proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. c. Bagi guru 1) Meningkatkan profesionalisme guru dalam menentukan metode dan model pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik mata pelajaran, materi pelajaran dan karakteristik siswa, sehingga hasil pembelajaran khususnya matematika dapat optimal. 2) Meningkatkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika. 3) Guru memiliki kemantapan dalam menerapkan Cooperative Learning tipe STAD dalam pembelajaran matematika. d. Bagi sekolah 1) Dapat meningkatkan sistem manajemen kelas yang lebih baik di sekolah sesuai perkembangan pendidikan. 2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.