BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehadiran internet dalam kehidupan manusia ternyata telah mengubah sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya, mulai dari sekedar menyampaikan pesan, sampai aktivitas sehari-hari; seperti membaca koran, majalah, berbelanja dan lain sebagainya. Kehadiran internet juga menjadi jawaban bagi manusia yang sudah semakin sibuk., sehingga untuk berkomunikasi antar anggota keluarga maupun kerabat dekat, juga sesama teman pun, orang dapat meminta bantuan internet melalui bantuan fasilitas e-mail. Salah satu keunggulan baru dari internet yang kini sedang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah E-commerce. Yang dimaksud E- commerce adalah menjual maupun membeli barang ataupun jasa secara elektronik, kegiatan ini dilakukan pada fasilitas jaringan internet. Namun secara umum David Baum 1 dapat mengartikan E-commerce sebagai berikut,...e-commerce is a dynamic set of technologies, application, and business process that link enterprises, consumers, and communities throug electronic transaction and the electronic exchange of goods, services, and information. Dengan adanya fasilitas E-commerce maka manusia semakin dimanjakan oleh kemudahan-kemudahan yang ditawarkan dan juga oleh hasil berlipat ganda 1 David Baum, Business Link, Oracle Magazine, No. 3, Vol. XIII, May/June 1999, hlm.36-44 1
dari perdagangan dengan menggunakan sistem tradisional. Selain kemudahan kemudahan yang ditawarkan, dalam internet ada juga sisi buruknya. Dengan adanya sistem internet saat ini, persaingan bisnis semakin ketat dan juga kejahatan yang mengancam para pelaku bisnis dengan cara menghancurkan bisnis yang sedang berkembang di internet tersebut. Kenyataannya, di antara para pemakai internet terdapat dua kubu. Kelompok pertama yaitu kelompok yang menerobos sistem pertahanan komputer dengan tujuan untuk membangun sistem pertahanan yang baru agar lebih maju dan bertujuan membangun jaringan tersebut, yang biasa disebut dengan hacker 2 dan yang kedua adalah kelompok yang menerobos system pertahanan komputer dengan tujuan untuk mencuri data yang terdapat dalam jaringan maupun gudang data sebuah komputer, yang biasa disebut dengan cracker. Setiap komputer yang dihubungkan ke internet, dihubungkan juga kepada jutaan komputer lainnya. Sebagian digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, namun ribuan lainnya digunakan oleh penjahat atau mata-mata. Penjahat atau mata-mata yang biasa disebut juga sebagai cracker itu tidak selalu canggih tapi pasti akan merusak. Oleh karenanya hal ini merupakan kabar buruk bagi konsumen, karena kejahatan yang menyerang pelaku bisnis ini dapat saja bertujuan untuk mencuri data konsumen melalui jaringan komputer dari perusahaan yang telah diserang oleh cracker tersebut. Karena sebagian serangan komputer bukan saja berasal dari 2 Cracker adalah orang yang pandai dalam menerobos situs seseorang atau perusahaan yang di gunakan dengan maksud jahat atau merusak, sedangkan orang yang memiliki kemampuan sama tetapi memiliki maksud yang berbeda, dengan tujuan untuk memperbaiki suatu jaringan internet disebut hacker, oleh karena banyaknya orang yang menjadi hacker lebih dulu, maka hacker-lah yang lebih dikenal oleh masyarakat. Perbedaan dasar antara hacker dengan cracker adalah cracker merusak, sedangkan hacker membangun. Lihat Riyeke Ustadiyanto, Framework E-commerce, Penerbit ANDI Yogyakarta, Yogyakarta, 2001, hlm 304 2
anak nakal dan iseng tetapi dapat juga berasal dari mata-mata pesaing bisnis dan juga orang-orang yang memiliki niat jahat atas informasi atas data pribadi mengenai diri konsumen. Infromasi tersebut bisa saja di gunakan untuk menghancurkan usaha konsumen, digunakan untuk memperkaya dirimereka sendiri dan/atau dijual kepada orang lain dengan maksud tertentu. Dalam hal transfer informasi yang sensitif seperti detail credit card bila di sabotase maka akan sangat berbahaya. Sabotase ini dapat menimbulkan beberapa hal seperti di bawah ini 3, 1. Bahwa pihak ketiga dapat mendapatkan detail dari credit card dan digunakan untuk hal lain. 2. Bahwa pihak ketiga dapat memodifikasi komunikasi, misalnya untuk dapat mengirimkan kepada alamat yang lain. 3. Bahwa pihak ketiga dapat mengambil informasi komersial yang rahasia dengan melakukan transaksi; idetifikasi pelanggan dan jumlah pembelian terhadap suatu produk khusus. Secara teknis cracker dapat mengambil informasi credit card secara interaktif dari internet dengan cara yang sama dengan menyadap komputer. Selain dapat merusak sistem jaringan para pelaku bisnis, hacker yang merusak dapat merugikan konsumen yang telah terbiasa untuk menggunakan jasa ataupun barang dari produsen yang website maupun domain name-nya diserang oleh hacker. Sebagai contoh misalnya seorang user (konsumen) yang telah terbiasa untuk 3 Hendro Ardianto, Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi E-commerce di Indonesia, Skripsi, jakarta, 2006, hlm 2. 3
membeli buku melalui www.ebay.com (salah satu e-store yang telah terkenal) tetapi tiba tiba situs tersebut diserang oleh seorang hacker sehingga data konsumen dapat dicuri. Siapakah yang harus di salahkan bila hal seperti itu terjadi? Apakah pemilik e-store? Ataukah cracker yang telah mencuri data melalui e-store? Perlindungan bagi konsumen saat bertrasaksi secara elektronik melalui internet sangat penting sekali karena internet menjangkau sangat luas dan jauh, hal ini terlihat jelas dari usaha pemerintah dalam melindungi konsumen dalam bertransaksi melalui internet tersebut dan disebutkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 29/PERM/M.KOMINFO/11/26 tentang Pedoman Penyelengaraan Certification Autority (CA) : bahwa untuk memberi kepastian hukum dan melindungi para pihak yang melakukan transaksi elektronik diperlukan sistem pengamanan. Oleh karena itu, harus ada lembaga yang memiliki otoritas untuk menyelengarakan Certification Autority. Lembaga ini secara otoritatif akan menerbitkan Digital Certificate yang digunakan oleh para pihak untuk menyatakan identitasnya dalam melakukan transaksi elektronik 4. Sayangnya kehadiran lembaga tersebut dirasa tidak cukup melindungi hak konsumen yang melakukan transaksi bisnis secara online, hal ini dikarenakan lembaga ini tidak memiliki wewenang untuk menilai barang dan jasa yang boleh dipasarkan secara online, sehingga walaupun terdapat lembaga ini tetap saja terdapat kemungkinan bagi konsumen untuk mengalami kerugian yang dikarenakan ketidak sesuaian 4 Pedoman Penyelenggaraan Certification Autority di Indonesia. Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, hlm.2. 4
barang yang ditawarkan dan di promosikan dengan keadaan barang dan jasa secara kenyataannya. Dari segi kepastian hukum, memang asas nullum delictum seharusnya di pegang teguh. Tetapi dari sisi keadilan tampaknya asas ini sering mengundang silang pendapat 5. Bagaimana caranya bagi konsumen yang dalam bertransakai E-commerce merasa dirugikan, ingin menuntut hak mereka, apabila tidak ada peraturan yang mengatur mengenai perlindungan konsumen yang mencakup wilayah hukum cyber 6? Bila tidak, lalu bagaimana dengan doktrin hukum pidana yang tertuang dalam Pasal 1 KUHP 7, yang esensinya menegaskan, tidak ada perbuatan yang melanggar hukum jika sebelumnya tidak dinyatakan dalam suatu ketentuan perundang-undangan ( Nullum delictum nulla poena sine pravia lege). Oleh karena itu maka sangat diperlukan adanya peraturan bagi perlindungan konsumen yang telah mencakup wilayah pengguna internet, seperti di beberapa negara maju, sudah banyak yang memiliki Undang-undang perlindungan bagi pengguna internet. Sekarang ini sudah semakin banyak masyarakat yang menggunakan internet, terbukti dari banyaknya warnet yang menjamur dan luas jangkauannya, tidak terbatas umur, banyak siswa sekolah menengah pertama yang telah menggunakan fasilitas internet, walaupun tidak menggunakannya untuk keperluan komersial, melainkan hanya keperluan berinteraksi antar sesama 5 Iman Sjahputra, Problematika Hukum Internet Indonesia, PT Ikrar Mandiriabadi, jakarta, 2002, hlm 1 6 Istilah hukum cyber diartikan sebagai padanan kata dari cyber law, yang saat ini secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi. Lihat : Ahmad M Ramli,,Cyber law dan HAKI : dalam Sistem Hukum Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm 1. 7 Pasal 1, KUHP 5
pengguna intenet. Hal ini sudah sangat menunjukkan bahwa sangat diperlukan aturan yang mengatur tentanghukum dalam menggunakan internet, juga diperlukan dan tidak kalah pentingnya adalah aturan mengenai perlindungan konsumen bagi para pengguna internet, terutama para pebisnis, maupun penanam modal yang ingin meng-investasi-kan modal. Dengan adanya aturan yang jelas, maka bila terjadi pelanggaran terhadap perlindungan atas hak-hak konsumen, masyarakat dapat dengan mudah mengetahui, hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menuntut hak yang dilanggar tersebut. Oleh sebab itu perlindungan terhadap konsumen sangat penting karena konsumen merupakan end user dari setiap barang yang ditawarkan. Dalam hal ini konsumen dapat saja berada pada belahan dunia yang berbeda dengan penjual. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang masalah perlindungan konsumen ini. Diperlukan hukum yang mengatur tentang perlindungan terhadap konsumen yang melakukan jual beli melalui internet. B. RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk dan praktiknya perlindungan hukum bagi konsumen yang dirugikan, baik yang akan melakukan keberatan dan/atau menceritakan pengalamannya melalui media intenet, menurut Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta bagaimana sanksi hukum yang dapat diterapkan? 6
2. Upaya hukum apakah yang dilakukan oleh konsumen apabila mengalami perlakuan yang merugikan saat melakukan kegiatan melalui jaringan internet? C. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian dengan judul Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Penggunaan Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik ini dalam sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan oleh pihak lain. Adapun tulisan yang pernah dijumpai oleh penulis berjudul : Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi E-commerce di Indonesia. Judul tersebut merupakan penelitian skripsi yang ditulis oleh penulis sendiri Hendro Ardianto pada Tahun 2005-2006, yang diajukan untuk memenuhi syarat akhir kelulusan guna mencapai gelar sarjana hukum. Penelitian tersebut mengangkat permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk dan praktiknya perlindungan hukum bagi konsumen yang dirugikan, baik yang akan melakukan keberatan dan/atau menceritakan pengalamannya melalui media intenet, menurut Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta bagaimana sanksi hukum yang dapat diterapkan? 2. Upaya hukum apakah yang dilakukan oleh konsumen apabila mengalami perlakuan yang merugikan saat melakukan kegiatan melalui jaringan internet? 7
Berbeda dengan penelitan tesis saat ini, dimana telah diundangkannya peraturan perundang-undangan Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada tanggal 21 April 2008 yang lalu, pada saat penelitian dengan judul tersebut di atas dilakukan belum tersedianya peraturan yang melindungi para pengguna jaringan internet khususnya pengguna layanan transaksi elektronik di internet. Oleh karena saat ini telah diberlakukan peraturan Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, maka penulis berkeinginan untuk melanjutkan penelitian mengenai perlindungan konsumen bagi para pengguna internet yang akan melakukan transaksi di internet menurut Undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. D. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Bagaimana bentuk dan praktiknya perlindungan hukum bagi konsumen yang dirugikan, baik yang akan melakukan keberatan dan/atau menceritakan pengalamannya melalui media intenet, menurut Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta bagaimana sanksi hukum yang dapat diterapkan? 2. Upaya hukum apakah yang dilakukan oleh konsumen apabila mengalami perlakuan yang merugikan saat melakukan kegiatan melalui jaringan internet? 8
E. FAEDAH YANG DIHARAPKAN. Penelitian tentang Bentuk Perlindungan Hukum bagi Konsumen Terhadap Penggunaan Undang-undang no. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini di harapkan dapat berguna bagi : 1. Dengan adanya penulisan hukum ini diharapkan menjadi bahan yang berguna bagi pemerintah untuk membuat Undang-undang perlindungan konsumen yang meliputi bidang E-commerce, karena sangat diperlukan kepastian hukum dari pemerintah tentangperlindungan konsumen terutama pada konsumen pengguna fasilitas E-commerce yang akan membuat bisnis di Indonesia semakin beragam, karena: a) E-commerce merupakan sarana distribusi global yang kompetitif, murah, dan mudah diakses. b) Dalam persaingan global, E-commerce merupakan kanal distribusi utama, sehingga siapa yang menguasai daerah ini maka akan menguasai persaingan global. c) Munculnya E-commerce dapat menciptakan lapangan pekerjan baru, internet sendiri menyediakan semua informasi yang akan berpengaruh terhadap perkembang sumber daya manusia. 2. Masyarakat Umum agar mengetahui mengenai apa bentuk perlindungan yang diberikan oleh pemerintah bagi konsumen yang melakukan transaksi elektronik, dan bagaimana bentuk penyelesaian permasalahan apabila konsumen dirugikan dalam melakukan transaksi elektronik serta bagaimana caranya untuk menanganinya apabila terjadi hal tersebut guna melindungi 9
pihak konsumen yang dirugikan karena merasa tidak terlindungi hak hak yang seharusnya didapatkan.. 3. Dosen agar dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam menyampaikan materi dan/atau dapat digunakan dalam landasan pengembangan informasi, untuk membentuk ilmu yang lebih maju lagi, bagi perkembangan dunia informasi dan transaksi elektronik di Indonesia. 4. Mahasiswa, agar dapat digunakan sebagai sumber literature dalam mencari jawaban dan/atau mengembangkan penelitian selanjutnya. 10