JENIS-JENIS REPTILIA DI PPKA BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

dokumen-dokumen yang mirip
Jenis-Jenis Reptilia di PPKA Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Reptile species in PPKA Bodogol, Gunung Gede Pangrango National Park

BAB III METODE PENELITIAN

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

Jurnal MIPA 38 (1) (2015): Jurnal MIPA.

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN, JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods

Keanekaragaman Jenis Herpetofauna di Kawasan Ekowisata Goa Kiskendo, Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

LAPORAN GROUP PROJECT RESEARCH

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

Achmad Barru Rosadi, Adeng Slamet, dan Kodri Madang Universitas Sriwijaya

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL (SPTN) I, ALAS PURWO, BANYUWANGI, JAWA TIMUR

KEANEKARAGAMAN SPESIES ULAR DI DESA PERING, KECAMATAN BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR, BALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

JURNAL HUTAN LESTARI (2015) Vol. 3 (1) : 30 34

Komunitas Herpetofauna di Lereng Timur Gunung Slamet, Jawa Tengah

Tabel 1. Daftar spesies herpetofauna yang ditemukan di lokasi SCP

PERSEBARAN DAN KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DALAM MENDUKUNG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KAMPUS SEKARAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

Komunitas Herpetofauna dan Potensinya bagi Sektor Ekowisata pada Kawasan Ketenger-Baturraden di Selatan Kaki Gunung Slamet, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI KAWASAN TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC) TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) PESISIR BARAT LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

Keanekaragaman Jenis Kadal dan Ular (Squamata: Reptilia) di Sepanjang Sungai Code, Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

Profil Marion Anstis : Guru Musik yang Mencintai Berudu

III. KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI - LOMBOK BARAT*

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

Perum Bendo Permai no 28D, Bendo Pare, Kediri. Telp:

HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNNA DI KECAMATAN GIRIMULYO KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

INVENTARISASI ANURA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG SUKABUMI

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

(Diterima September 2015, Disetujui Desember 2015) ABSTRACT

II. METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

Kepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

Keanekaragaman Herpetofauna di Lahan Reklamasi Tambang Batubara PT Singlurus Pratama, Kalimantan Timur

Jurnal Ilmu Kehutanan Journal of Forest Science

PENELITIAN EKOLOGI NEPENTHES DI LABORATORIUM ALAM HUTAN GAMBUT SABANGAU KERENG BANGKIRAI KALIMANTAN TENGAH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

IV KONDISI UMUM TAPAK

METODE CEPAT PENENTUAN KERAGAMAN, KEPADATAN DAN KELIMPAHAN JENIS KODOK

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN SPASIAL REPTIL DI PULAU PEUCANG DAN CIDAON CATUR SOTARADU RADJA GULTOM

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Ular Welang, Bungarus fasciatus (Schneider, 1801), di Lereng Selatan Gunung Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

III. METODE PENELITIAN

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: SURVEI AMFIBI REPTILIA DI PROVINSI ACEH, PULAU SUMATERA. Mistar Kamsi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo Sauria pada Tiga Tipe Hutan di Kecamatan Sungai Ambawang

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Transkripsi:

BIOMA 10 (1), 2014 Biologi UNJ Press ISSN : 0126-3552 JENIS-JENIS REPTILIA DI PPKA BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Debby Yuniar 1, Hanum Isfaeni 2, Paskal Sukandar 2, dan Mohamad Isnin Noer 1 1 Prodi Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Indonesia. 2 Prodi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Indonesia. Email: db_yunihar@yahoo.co.id Abstract Studies about reptiles in of part of Java have been poorly known. Meanwhile, most of studies about diversity of reptiles which have been published were incorporated with amphibians, and nearly all just concern in unraveling the diversity of amphibians. In Bodogol, Gede-Pangrango National Park, survey about reptiles diversity have been done frequently, but just little research that have been published and most of all are short term research study. Hence, a research that concern in studying diversity of reptiles become valuable to carry out. Here, we studied the diversity of reptiles in Bodogol during November 2011 to March 2012. Reptiles species were collected by searching in available trail, but Tangkil, Cipanyairan I, and Cipanyairan II. Total of twenty three species of reptiles were found, encompassing six families (Colubridae, Elapidae, Viperidae, Scincidae, Agamidae, and Gekkonidae). Based on this result, we assume that Bodogol is good habitat for reptiles because it serves high diversity of reptiles. Key words : bodogol, diversity, reptiles, java Pendahuluan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB)merupakan wilayah konservasi yang terletak di kaki gunung bagian selatan gunung gede pangrango. wilayah ini memiliki luas lebih dari 300 ha dan ketinggiannya berkisar antara 700-800 meter di atas permukaan laut. PPKAB didirikan pada tahun 1998, melalui konsorsium yang diprakarsai oleh Conservation International Indonesia, Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Yayasan Alam Mitra Indonesia. Kawasan ini merupakan salah satu zona pemanfaatan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang diupayakan dapat berperan serta dalam konservasi keanekaragaman hayati dan memperkenalkan kekayaan alam hutan hujan tropis kepada masyarakat umum dan masyarakat sekitar kawasan TNGGP (Ario, et al., 2011). Meskipun wilayah ini tidak terlalu luas, namun memiliki beberapa tipe habitat dan kondisi fisik yang mendukung sebagai habitat berbagai jenis flora. Faktor-faktor tersebut menjadi pendukung terhadap tingginya keanekaragaman fauna di Bodogol, termasuk reptilia. Studi tentang reptilia di Jawa dan sekitarnya merupakan hal yang sangat menarik. Hingga saat ini, publikasi spesifik tentang reptilia di Jawa atau di beberapa wilayah di Jawa masih sangat jarang ditemukan. Hingga saat ini, studi tentang jenis-jenis reptilia di Jawa masih mengacu kepada de Rooij (1917), dan sebagian kecil publikasi jurnal dari LIPI (Mumpuni, 2001; Kurniati, 2004; Riyanto, 2011). Selain itu, sebagian besar studi reptilia selalu digabungkan dengan amfibi dan hampir keseluruhan hasil penelitian tersebut lebih mendeskripsikan tentang keanekaragaman 45

amfibi. Di bodogol, penelitian tentang reptilia sudah banyak dilakukan, namun hanya sedikit yang dipublikasikan. Selain itu, kegiatan-kegiatan penelitian tersebut merupakan penelitian singkat dan tidak mengeksploitasi jenis-jenis reptilia secara mendalam. Satu-satunya publikasi tentang reptilia hanya diperoleh dari Apririasari (2002) dan itupun hanya terfokus pada ular. Sangat sedikitnya informasi tersebut mengakibatkan pentingnya melakukan suatu penelitian yang terkonsentrasi terhadap keanekaragaman reptilia di Bodogol. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan tentang penelitian reptilia di jawa dan juga dapat memberikan informasi terbaru mengenai jenis-jenis reptilia yang ada di kawasan tersebut. Metode Penelitian Lokasi Penelitian Wilayah PPKAB memiliki luas 300ha dan berada pada koordinat 6 o 31 788 LS dan 106 o 49 727 BT (Arrijani, 2008). Ketinggian berkisar antara 700-1.500 m dpl dan memiliki topografi berupa perbukitan yang berjajar memanjang dari Timur ke Barat. Di studi area Bodogol, curah hujan rata-rata setiap bulan yaitu berkisar 312,2 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember yaitu 733 mm dengan suhu minimum rata-rata 18 o C dan suhu maksimum rata-rata 32 o C (Ario, et al., 2011). PPKA memiliki beberapa jalur penelitian yang mencakup hampir seluruh tipe habitat di kawasan tersebut. Tujuan pembuatan jalur-jalur ini adalah sebagai sarana untuk memudahkan kegiatan penelitian, meskipun beberapa jalur lebih difokuskan untuk jalur studi wisata. Adapun jalar-jalur penelitian tersebut antara lain: Cipadaranteun, Afrika, Cikaweni, Rasamala, Tangkil, Cipanyairan I dan Cipanyairan II. Walaupun jalur-jalur tersebut memang difungsikan untuk kegiatan penelitian, namun ada beberapa jalur yang jarang dilalui yaitu Tangkil, Cipanyairan I dan Cipanyairan II. Ketiga jalur ini jarang digunakan untuk penelitian karena jaraknya yang jauh dan kondisi jalur yang terjal, tertutup oleh herba dan perdu sehingga sulit untuk dilalui (Ario, et al., 2011). Metode Penelitian dilaksanakan mulai dari November 2011 sampai dengan Maret 2012. Pencarian jenis-jenis reptilia dilakukan dengan menelusuri semua jalur penelitian, kecuali Tangkil, Cipanyairan I dan Cipanyairan II. Pencarian dilakukan pada siang hari pukul 05.00-11.00 WIB dan malam hari pukul 19.00-24.00 WIB. Teknik yang digunakan dalam pencarian yaitu Survei Penjumpaan Visual (Visual Encounter Survey / VES). Pencarian reptilia dilakukan dengan menelusuri jalur dan mengamati sekelilingnya (tepi jalur). Batas jarak tepi jalur yang digunakan adalah 3 meter dari pusat jalur. Pencarian juga dilakukan dengan melihat di bawah batu, kayu-kayu lapuk, semak dan pohon untuk mengoptimalisasikan perolehan data. Setiap ditemukan jenis reptilia, selanjutnya diidentifikasi dan dilakukan pencatatan data lokasi ditemukannya jenis tersebut. Jenis yang tidak bisa diidentifikasi secara langsung di lapangan, akan disimpan dalam kantung sampel untuk diidentifikasi di camp atau laboratorium. Hasil dari data jenis reptilia yang diperoleh selanjutnya akan dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener. Selain data-data tersebut, kami juga mengambil beberapa data kondisi fisik lingkungan, seperti suhu, kelembaban, dan ketinggian. Data suhu dan kelembaban diperoleh dengan menggunakan Kestrel 3000 Pocket Weather Meter, sedangkan data ketinggian diukur dengan menggunakan altimeter manual. 46

Tabel 1. Komposisi jenis Reptilia dan Nilai Indeks Keanekaragaman di Tiap Jenis Jenis Reptilia AFR CKW CPD RSM Kanopi Jumlah H Agamidae Gonocephalus chamaeleontinus 1 1 0,027 Gonocephalus kuhlii 6 2 2 1 11 0,128 Draco volans 1 1 0,027 Bronchocela jubata 2 2 0,045 Colubridae Ahaetulla prasina 1 1 0,027 Aplopertura boa 1 1 0,027 Boiga nigriceps 1 1 0,027 Calamaria linnaei 2 2 0,045 Calamaria schelgeli 1 1 0,027 Dendrelaphis pictus 3 1 4 0,072 Pareas carinatus 1 2 3 0,060 Rhabdophis chrysargus 1 2 3 0,060 Xenodermus javanus 2 1 3 0,060 Xenopeltis unicolor 2 2 0,045 Elapidae Bungarus candidus 1 1 0,027 Calliophis intestinalis 1 1 0,027 Viperidae Trimeresurus puniceus 1 3 4 0,072 Gekkonidae Cyrtodactylus marmoratus 2 1 3 0,060 Hemydactylus frenatus 5 5 0,083 Ptychozoon kuhlii 2 2 4 0,072 Scincidae Dasia olivasea 1 1 0,027 Eutropis rugifera 1 1 0,027 Eutropis multifasciata 3 3 6 12 0,133 Jumlah 32 13 7 14 2 68 1,205 Keterangan : AFR = Afrika, CKW = Cikaweni, CPD = Cipadaranteun, RSM = Rasamala, Kanopi = Jalur Kanopi Hasil Komposisi Jenis Reptilia Berdasarkan hasil penelitian dari bulan November 2011 - Maret 2012 dikawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diperoleh 66 individu reptilia yang berada dalam satu bangsa, yaitu Squamata. Jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 23 jenis dari 6 suku dan 21 marga. Setiap pertemuan dengan jenis reptilia dicatat dan di akumulasikan. Pada Tabel 1 terlihat bahwa di PPKAB saat ini hanya ditemukan jenis dari bangsa Squamata saja. Sedangkan jika dilihat dari jenis yang ditemukan di masing-masing lokasi penelitian jumlahnya bervariasi dan yang paling banyak adalah di jalur Afrika (15 jenis) kemudian diikuti dengan jalur Rasamala (8 jenis), Cikaweni (6 jenis), Cipadaranteun (4 jenis) dan Kanopi (2 jenis). Dari sejumlah jenis reptilia yang ditemukan paling banyak adalah bangsa ular, yaitu sebanyak 13 jenis dari suku Colubridae (10 jenis), suku Elapidae (2 jenis) dan Viperidae (1 jenis), kemudian diikuti oleh suku Scincidae sebanyak 4 jenis, Agamidae sebanyak tiga jenis dan Gekkonidae sebanyak tiga jenis. Komposisi reptilia yang ditemukan di PPKAB terangkum dalam grafik pada Gambar 1 dan Gambar 2. 47

Gambar 1. Komposisi Reptilia berdasarkan Suku Pada penelitian ini jenis yang sering ditemukan adalah jenis Eutropis multifasciata (12 individu), kemudian diikuti dengan Gonocephalus kuhlii (11 individu), Hemydactylus frenatus (5 individu), Dendrelaphis pictus (4 individu), Ptychozoon kuhlii (4 individu), Trimeresurus puniceus (4 individu), Cyrtodactylus marmoratus (3 individu), Pareas carinatus (3 individu), Rhabdophis crysargus (3 individu), Xenodermus javanus (3 individu), Bronchocela jubata (2 individu), Calamaria linnea (2 individu), Xenopeltis unicolor (2 individu) dan satu individu pada jenis Ahaetula prasina, Aplopeltura boa, Boiga nigriceps, Calamaria schelgeli, Dasiao livacea, Draco Volans, Eutropis rugifera, Gonocephalus chameleontinus Gambar 2. Diagram komposisi jenis reptilia di Pusat Pendidikan dan Konservasi Alam Bodogol, TNGGP Kondisi Fisik Lingkungan Parameter fisik lingkungan yang diambil meliputi kecepatan angin, kelembaban, suhu udara dan ketinggian. Perbandingan rata-rata parameter fisik pada tiap jalur dapat dilihat pada tabel 2. Parameter fisik lingkungan di atas merupakan rata-rata dari data yang diambil saat pengambilan sampel tiap jalur. Jalur Rasamala memiliki ketinggian paling rendah, yaitu 720-823 mdpl dan jalur Afrika berada pada ketinggian yang paling tinggi, yaitu 824-860 mdpl. Jalur Cipadaranteun memiliki kecepatan angin dan kelembapan paling tinggi dibanding jalur lainnya dan memiliki suhu terendah. Tabel 2. Parameter fisik lingkungan Parameter fisik AFR CKW CPD RSM Kanopi Kecepatanangin 0.27 0.18 0.42 0.06 - Kelembapan (%) 87 76 90 85 - Suhu ( o C) 23.07 22.99 22.58 24.40 - Ketinggian (m dpl) 740-860 820-855 860-870 720-830 - Keterangan : AFR = Afrika, CKW = Cikaweni, CPD = Cipadaranteun, RSM = Rasamala, Kanopi = Jalur Kanopi 48

Pembahasan Komposisi jenis reptilia didominasi oleh jenis-jenis reptilia dari suku Colubridae. Berdasarkan taksonomi, suku Colubridae merupakan kelompok ular yang kompleks. Kelompok suku ini diklasifikasikan berdasarkan sedikit persamaan karakter atau merupakan kumpulan dari jenis-jenis ular yang tidak termasuk ke dalam suku lain (Cox, et al., 1998; Vitt dan Caldwell, 2009). Sehingga jenis-jenis dari suku ini umumnya memiliki bentuk, sifat ekologi, dan mangsa yang berbeda. Perbedaan 3 faktor tersebut menyebabkan jenis-jenis ular ini dapat berbagi di dalam suatu habitat yang sama dan sangat kecil mengalami perselisihan. Selain itu, suku Colubridae juga memiliki anggota jenis yang paling banyak dibandingkan dengan suku-suku lain di dalam kelompok reptilia (Cox, et al., 1998). Oleh karena itu, suku ini umumnya dapat ditemukan lebih banyak di suatu daerah (dibandingkan dengan suku lain), selama kondisi fisik di suatu daerah itu sesuai sebagai tempat hidupnya. Dari data penelitian, diketahui bahwa suku Viperidae merupakan suku yang paling sedikit jenisnya (hanya satu jenis), yaitu Trimeresurus puniceus. Di Jawa, jumlah jenis ular dari suku Viperidae memang sangat sedikit dan masingmasing memiliki persebaran geografis yang spesifik. Hingga saat ini, Bodogol diketahui hanya memiliki satu jenis dari suku Viperidae. Dua kerabat Trimeresurus puniceus, yaitu: Cryptolitrops albolabris dan Daboia ruselli, meskipun secara biogeografis memungkinkan untuk ditemukan di Bodogol (de Rooij, 1917; David dan Vogel, 1996). Namun hingga sekarang belum ada laporan yang menyatakan keberadaan dua jenis ular itu di Bodogol. Gonocephalus kuhlii merupakan jenis dengan persebarannya paling tinggi, jenis ini ditemukan hampir di semua jalur. Sedangkan jenis yang paling paling dominan adalah Eutropis multifasciata. Eutrophis multifasciata merupakan jenis kadal yang sangat adaptif di berbagai tipe habitat, bahkan dapat hidup di daerah yang sangat terganggu (Brown dan Alcala, 1980). Kadal ini merupakan kadal kosmopolitan, jenis tidak terlalu memilih jenis mangsa untuk pakannya (opportunis) dan juga dapat bersarang di berbagai kondisi habitat (Kurniati, et al., 2000). Berdasarkan data yang diperoleh, Bodogol memiliki keanekaragaman reptilia yang sedang H=1,205). Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan kekayaan jenis reptilia yang dilaporkan oleh Mumpuni (2001) dan Kurniati (2004) jumlah jenis reptilia yang terdapat di Bodogol mencapai 72% dari total jenis reptilia yang diperoleh dari empat kawasan di Taman Nasional Gunung Halimun. Sebanyak 14 jenis dari total 32 jenis reptilia yang diperoleh di Taman Nasional Gunung Halimun dapat pula ditemukan di Bodogol. Hal ini membuktikan bahwa meskipun Bodogol memiliki area yang tidak cukup luas, namun wilayah tersebut memiliki beberapa habitat yang sesuai sebagai tempat hidup berbagai jenis reptilia. Kesimpulan Keanekaragaman jenis reptilia di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol dikategorikan sedang dengan nilai Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon-Wiener sebesar 1,205. Namun kekayaan jenis reptilia di Bodogol mencapai 70% dari kekayaan jenis reptilia di Taman Nasional Gunung Halimun. Daftar Pustaka Apririasari, L. 2002. Inventarisasi Jenis Ular di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Jawa Barat. Skripsi. Universitas Kristen Duta Wacaca. Ario, A. 2011.Panduan Lapangan Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Conservation 49

International Indonesia: Jakarta. Brown, W. C. dan A. C. Alcala. 1980. Philippine Lizards of Family Scincidae. Silliman University Nat. Sci. Monogr. Ser 2, Dumaguete City. Vii + 264 pp. Cox, M.J., van Dijk, P.P., Nabhitabhata, J., Thirakhupt, K. (1998): A Photographic Guide to Snakes and other Reptiles of Peninsular Malaysia, Singapore and Thailand. New Holland Publishers (UK) Ltd. Singapore. David P, Vogel G. 1996. The Snakes of Sumatra. An Annotated Checklist and Key with Natural History. Notes. 1-261. - Edition Chimaira, Frankfurt am Main. de Rooij, N. DE 1917. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. Il. Ophidia. Leiden (E. J. Brill), xiv + 334 S. Kurniati, H. 2004. The reptiles species in Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia. Biological News. Vol. 7 (1) special edition: 73-79. Kurniati, H., A.H. Tjakrawidjaja & I. Maryanto. 2000. Ecological feeding analysis of Mabuya multifasciata from Indonesian Botanical Garden in Bali (Lacertilia: scincidae). Biota 5 (3) : 107-114. Mumpuni.2001. Keanekaragaman Herpetofauna di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Edisi Khusus Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun. Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI Bogor. Volume 5, Nomor 6. Riyanto, Awal.2008. Komunitas Herpetofauna di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia 4(5): 349-358 (2008)). Museum Zoolocum Bogoriense. Vitt, L. J., & Caldwell, J. P. (2009). Herpetology: An Intoroductory Biology of Amphibians and Reptiles (Third Edition ed.). London: Elsevier Inc. 50