BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh pelayanan kesehatan. Sistem informasi kesehatan di puskesmas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Organisasi adalah salah satu komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. AKI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, gangguan sistem peredaran darah,

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal s

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

Monitoring. 29-Feb-12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan kebidanan komperhensif mencangkup empat kegiatan. pemeriksaan berkesinambungan yaitu Asuhan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat disuatu negara dapat dinilai dengan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

ABSTRAK. Pengetahuan, Sikap dan Pendidika, PWS-KIA di Puskesmas. Volume 2 Nomor 2. Juli Desember JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas. obstetri yang rendah pula (Profil kesehatan jawa tengah 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara negara ASEAN lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

109 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF SECARA LENGKAP OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA) Tarwinah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4 minggu sekali dari saat pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. menangani kasus risiko tinggi secara memadai. (2) pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). AKI adalah jumlah

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 gambar Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Sumber: Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 AKI

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 46

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu target dalam Millenieum Develomment Goals (MDG s). utama pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2009b).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. berencana (KB). (Maritalia ; h.111)

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan menurun. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB 1 : PENDAHULUAN. aktivitas aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dukun paraji. Saat ini, dukun bayi sebagian besar ditemukan di desa-desa. Peran

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu masalah penting pencapaian pembangunan kesehatan dunia. Pencapaian program KIA dapat dilihat dari Laporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA yang pencatatannya bulanan yang merupakan hal yang sangat penting, karena hasil laporan tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai pengendalian masalah kesehatan di seluruh wilayah kabupaten atau kota. Puskesmas memiliki upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan wajib terdiri dari Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi, Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Upaya Pengobatan. Upaya kesehatan pengembangan ditetapkan sesuai dengan kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program wajib di puskesmas. Perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita. Hal ini karena ibu, bayi dan balita termasuk dalam penduduk yang rentan terhadap penyakit. Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI), Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu negara. Kegiatan pokok Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang meliputi pelayanan antenatal, pelayanan 1

2 pertolongan persalinan, deteksi dini ibu hamil beresiko, penanganan komplikasi kebidanan, pelayanan kesehatan neonatal dan ibu nifas (Depkes RI, 2010). Pada pelaksanaan program KIA, di Indonesia telah diaplikasikan alat pemantauan program dengan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Pemantauan Wilayah Setempat dapat digunakan sebagai alat manajemen untuk melakukan pemantauan program di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Adapun kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut serta alat monitoring sekaligus manajemen data KIA (Depkes RI, 2009) Pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak, kegiatan program pokok KIA meliputi Pelayanan Antenatal, Pertolongan Persalinan, Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas, Pelayanan Kesehatan Neonatus, Deteksi Dini dan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus oleh Tenaga Kesehatan maupun Masyarakat, Penanganan Komplikasi Kebidanan, Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi, Pelayanan Kesehatan Bayi, Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Pelayanan KB Berkualitas (Madya,2012). Di Indonesia derajat kesehatan ibu dan anak masih sangat memprihatinkan hal ini dapat di lihat dari Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 214 per 1000 kelahiran hidup, AKB sebesar 31 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal (AKN) sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000

3 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal (AKN) mencapai 19 kematian per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) mencapai 40 kematian per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Menurut hasil Riskesdas 2013 penyebab langsung kematian ibu, bayi, dan balita sebetulnya merupakan penyebab yang dapat dicegah jika dapat terdeteksi secara dini. Oleh karena itu dikembangkan alat manajemen untuk mendeteksi dini penyebab kematian berupa pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA) agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap masalah KIA yang dihadapi. Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja, sehingga seluruh kasus dengan faktor resiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai (Depkes RI,2009). Cakupan program KIA di Puskesmas Simalingkar pada tahun 2016 yaitu cakupan pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1) sebesar 97,3% (target 95%), cakupan pemeriksaan kehamilan yang keempat kali (K4) sebesar 93,9% (target 95%), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 97,8% (target 90% ), cakupan Fe3 sebesar 83,9 % (target 95%), Cakupan ASI Eksklusif pada Februari 26% (target 42%) dan Agustus 23% (target 42%), Cakupan Vitamin A Bufas 96% (target 100%), Cakupan penimbangan bayi/balita 70% (target 85%) (Profil Puskesmas Simalingkar, 2016).

4 Berdasarkan survei pendahuluan, Puskesmas Simalingkar adalah puskesmas yang pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA secara manual yaitu pencatatan di buku register, buku kohort anak, buku kohort ibu hamil, buku kohort bayi namun pada kartu ibu tidak dilakukan pengisian. Masih adanya Bidan Pustu yang pengetahuan dan sikapnya kurang dalam pengisian form PWS KIA. Kinerja Bidan Koordinator selaku penanggungjawab pada bagian KIA masih kurang baik dalam melakukan supervisi ataupun pengawasan. Hal tersebut, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas informasi yang akan dihasilkan baik pada tingkat puskesmas, kabupaten/kota, Propinsi, hingga tingkat Nasional. Permasalahan tersebut berdampak pada informasi yang dihasilkan yang diakibatkan dari keterlambatan pelaporan..keterlambatan pelaporan data yang dikirimkan dapat mengganggu kelancaran pengumpulan, penghitungan dan pengolahan data yang dilakukan oleh bidan koordinator sehingga dalam penyajian informasipun mengalami keterlambatan. Keterlambatan dan ketidaksesuain pengolahan data dapat disebabkan karena kurangnya supervisi yang dilakukan oleh Bidan Koordinator maupun Kepala Puskesmas dalam mengawasi dan memeriksa setiap laporan PWS KIA sebelum di laporkan kepada Dinas Kesehatan. Kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam pengelolaan data juga menjadi faktor yang mengakibatkan lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan terutama dalam hal manajemen data, termasuk dalam sistem PWS KIA. Jumlah SDM yang tersedia di lapangan masih kurang bila dibandingkan dengan

5 jumlah inisiatif penguatan sistem informasi kesehatan secara manual ataupun terkomputerisasi (Kemenkes,2012). Ada beberapa penelitian yang sama yaitu Dharmawan dkk (2015) membuktikan bahwa informasi (output) dalam PWS KIA sering tidak akurat dan tepat waktu karena masih dikerjakan secara manual. Hal ini dikarenakan ada masalah pada saat penangkapan data (input) dimana penulisan data tidak tepat dan lengkap. Masalah juga ditemukan pada saat perekapan dan pembuatan salinan untuk pembuatan laporan (proses), seperti pada perekapan data dan penyalinan buku bantu ke dalam format pelaporan di tingkat puskesmas. Dalam pencatatan dan pelaporan KIA dapat dikatakan berhasil bila didukung oleh Bidan Pustu. Ketika pengumpulan data dan pelaporan data yang dilakukan Bidan Pustu ke puskesmas terlambat, maka pengumpulan dan pelaporan data dari puskesmas ke DKK juga terlambat karena Bidan Koordinator sebagai penanggungjawab program KIA terlebih dahulu harus melakukan validasi, evaluasi dan analisis data dan laporan yang masuk dari Bidan Pustu. Seorang pemimpin harus memotivasi dirinya sendiri dan orang lain agar mau bekerja dengan mencapai tujuan. Pemimpin dapat mempengaruhi motivasi kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi dalam suatu organisasi, hal tersebut memberi arti bahwa kepemimpinan memiliki faktor penting bagi organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan kemampuan yang dimiliki pemimpin mempengaruhi petugasnya melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diarahkan dan diinginkannya dalam mencapai tujuan organisasi (Siagian, 2013).

6 Menurut Soekarso (2015) fungsi-fungsi kepemimpinan antara lain pengambilan keputusan, pengarahan, pendelegasian, motivator, pengawasan dan pengendalian. Selain itu fungsi kepemimpinan menggerakkan orang yang dipimpin menuju tercapainya tujuan organisasi. Agar dapat menanamkan kepercayaan pada orang yang dipimpinnya dan menyadarkan bahwa mereka mampu berbuat sesuatu dengan baik. Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat berupa penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi ( Ilyas, 2001). Kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, Menurut Ilyas (2001) ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi yaitu variabel individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang, demografis), variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan) dan variabel psikologis ( persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi). Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti, faktor- faktor yang menyebabkan kinerja belum optimal antara lain pada pelaksanaan pencatatan dan pelaporan KIA dan ketepatan waktu pelaporan oleh Bidan diantaranya masih belum memiliki komitmen terhadap tugas dan fungsinyadalam melaksanakan manajemen pelayanan KIA. Kurangnya rasa tanggung jawab petugas KIA terhadap tugas yang diberikan, kegiatan- kegiatan pelatihan yang masih terbatas, tidak adanya insentif bagi petugas KIA yang bekerja dengan baik, kurangnya

7 Sumber Daya Manusia (SDM), serta masih kurangnya sarana, prasarana dan dana untuk mendukung pelaksanaan program KIA tersebut. Peranan Kepemimpinan Bidan Koordinator masih kurang dalam pendelegasian petugas KIA yang masih kekurangan tenaga dalam pelaksanaan PWS KIA, motivasi yang kurang karena kesibukan sebagai Dosen dan juga memiliki praktek Bidan, pengawasan juga dalam pencatatan dan pelaporan sehingga masih ditemukan laporan yang kurang valid dilaporkan sehingga kewalahan pada saat ingin pelaporan ke Dinkes. Upaya pengendalian dari Bidan Koordinator juga kurang sebagai perpanjangan tangan ke Dinkes dalam penyampaian kekurangan sarana maupun peralatan diwilayah kerjanya dan Bidan sudah mengupayakan mengajukan ke Dinkes namun belum terealisasi sampai sekarang. Tidak adanya juga insentif maupun reward bagi Bidan yang bagus kinerjanya dalam pencapaian target serta pelatihan PWS KIA juga tidak didapat oleh Bidan penanggungjawab PWS KIA di puskesmas maupun di pustu. Menurut Kareth dkk (2015) keberhasilan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pelayanan KIA oleh Bidan di Puskesmas Nabire, Provinsi Papua sangat didukung oleh Bidan Pustu dalam proses pencatatan dan pelaporan KIA yang dilakukannya. Serta peran Bidan Koordinator sebagai penanggungjawab laporan terlebih dahulu harus melakukan validasi, evaluasi dan analisis data dan laporan yang masuk dari Bidan Pustudalam kegiatan pelayanan KIA di puskesmas. Berdasarkan uraian di atas dan penelitian yang dilakukan pada Puskesmas Simalingkar, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Peranan Kepemimpinan

8 Bidan Koordinator dengan kinerja Bidan dalam pencatatan dan pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan kepemimpinan bidan koordinator dengan kinerja bidan dalam kelengkapan pencatatan dan pelaporan PWS KIA. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peranan kepemimpinan Bidan Koordinator dengan kinerja Bidan dalam pencatatan dan pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi dinas kesehatan dan puskesmas lainnya dalam meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA. 2. Sebagai masukan bagi Bidan Koordinator dalam meningkatkan kepemimpinan dalam kelengkapan pencatatan dan pelaporan PWS KIA. 3. Sebagai masukan bagi Bidan meningkatkan kinerja dalam kelengkapan pencatatan dan pelaporan PWS KIA. 4. Bagi peneliti sendiri dapat menambah pengetahuan dan pengalaman langsung dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh.