KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 5 SYSTEM PLANNING

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 4.56 Foto di lokasi Alo Induk.

(a) Sisi kiri (selatan)

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 9 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

Pantai Tererosi. Gambar 2.16 Foto kondisi lokasi 2 di Pantai Pasir Putih. Pantai Tererosi. Gambar 2.17 Foto kondisi lokasi 3 di Pantai Pasir Putih.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

DESAIN PENGAMANAN PANTAI MANOKWARI DAN PANTAI PULAU MANSINAM KABUPATEN MANOKWARI

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 7

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

Lokasi 8 yaitu Alo terdapat di sisi timur bagian tengah Pulau Karakelang. Gambar lokasi Alo dapat dilihat pada Gambar 2.66.

Gambar 4.20 Lokasi Alo dominan terjadi crosshore sediment transport akibat gelombang dominan dari arah timur.

Gambar 4.11 Lokasi 1 Mala (Zoom).

Gambar 2.79 Foto di lokasi Alo Induk.

d) Kondisi Lokasi Tarun (Lokasi 4)

Gambar 2.7 Foto di lokasi Mala.

BAB VI ALTERNATIF PELINDUNG PANTAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Studi pustaka terhadap materi desain. Mendata nara sumber dari instansi terkait

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 6 PERENCANAAN LAYOUT STRUKTUR BREAKWATER

Gambar 2.53 Foto di lokasi Bantane

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

DINAMIKA PANTAI (Abrasi dan Sedimentasi) Makalah Gelombang Yudha Arie Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

Bambang Istijono 1 *, Benny Hidayat 1, Adek Rizaldi 2, dan Andri Yosa Sabri 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 2

SYSTEM PLANNING. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 4. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG. Ariestides K. T. Dundu ABSTRAK

PEMODELAN GENESIS. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 5. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

PEMILIHAN JENIS BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN BREAKWATER TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGAMANANAN PANTAI DARI BAHAYA ABRASI DI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

ABRASI PANTAI DAN PENDANGKALAN KOLAM PELABUHAN JETTY PERTAMINA BALONGAN, INDRAMAYU MELALUI ANALISIS ARUS PASANG SURUT, ANGIN DAN GELOMBANG

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

. PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PANTAI KENDAL (SHORE PROTECTION SYSTEM PLANNING OF KENDAL)

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

Kewajiban dibalik Keindahan Kita Wilayah Pesisir Bali Oleh: Redaksi Butaru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gb 2.5. Mekanisme Tsunami

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI MANGGAR BARU

STUDI PENGEMBANGAN PANTAI WISATA MARUNDA JAKARTA TESIS ARIF FAIZAL RITONGA NIM :

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PANTAI TANJUNG NIPAH, KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Design of The Shore Protection for Muarareja, Tegal)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI ABRASI PANTAI PERAIRAN TELUK LASOLO KENDARI SULAWESI TENGGARA

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

MONITORING PANTAI KALISADA KECAMATAN SERIRIT KABUPATEN BULELENG

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

PANDUAN PENCEGAHAN BENCANA ABRASI PANTAI

Transkripsi:

Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 5 SYSTEM PLANNING

Bab SYSTEM PLANNING Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5 5.1 Hindcasting Untuk mendapatkan nilai gelombang rencana di laut dalam, beberapa analisa harus dilakukan yaitu: Pengolahan data angin untuk mendapatkan iklim gelombang. Proses ini dinamakan hindcasting yaitu meramal besarnya gelombang yang dibangkitkan oleh angin berdasarkan data angin dari stasiun BMG. Hal kedua yang perlu dilakukan adalah analisa harga ekstrim gelombang untuk mendapatkan nilai gelombang rencana untuk perioda ulang tertentu. Data angin yang digunakan untuk analisa hindcasting ini adalah data angin terdekat yaitu data angin Sorong (Gambar 5.1). Gambar 5.1 Data angin Sorong yang digunakan untuk proses hindcasting. Fetch (daerah pembentukan gelombang) yang dibuat untuk proses hindcasting ini dapat dilihat pada Gambar 5.2. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-1

Gambar 5.2 Fetch untuk proses hindcasting di lokasi pekerjaan. Dari hasil hindcasting ini, kita dapat memperoleh harga tinggi gelombang ekstrim perioda ulang 2, 3, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun. Selain harga tinggi gelombang ekstrim, kita juga dapat melihat distribusi arah dan tinggi gelombang datang serta persentase kemungkinan terjadinya. Persentase kejadian gelombang di lepas pantai Manokwari dalam bentuk waverose dapat dilihat pada Gambar 5.3. Tabel 5.1 sampai Tabel 5.1 menunjukkan tinggi gelombang ekstrim yang terjadi di lepas pantai Manokwari. Tabel 5.1 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Timur Dengan Perioda Ulangnya 200 1.68 100 1.67 50 1.64 25 1.61 10 1.55 5 1.47 3 1.39 2 1.28 Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-2

Tabel 5.2 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Tenggara Dengan Perioda Ulangnya 200 3.62 100 3.48 50 3.33 25 3.16 10 2.91 5 2.68 3 2.47 2 2.26 Tabel 5.3 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Selatan Dengan Perioda Ulangnya 200 4.49 100 4.42 50 4.34 25 4.25 10 4.09 5 3.94 3 3.78 2 3.60 Tabel 5.4 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Barat Daya Dengan Perioda Ulangnya 200 3.13 100 3.03 50 2.91 25 2.78 10 2.55 5 2.33 3 2.11 2 1.88 Tabel 5.5 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Utara Dengan Perioda Ulangnya 200 4.69 100 4.47 50 4.25 25 4.02 10 3.70 5 3.43 3 3.21 2 3.00 Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-3

Tabel 5.6 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Timur Laut Dengan Perioda Ulangnya 200 8.19 100 6.91 50 5.76 25 4.74 10 3.54 5 2.72 3 2.15 2 1.70 Tabel 5.7 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Barat Dengan Perioda Ulangnya 200 2.28 100 2.28 50 2.26 25 2.24 10 2.17 5 2.06 3 1.91 2 1.72 Tabel 5.8 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Barat Laut Dengan Perioda Ulangnya 200 4.58 100 4.22 50 3.85 25 3.74 10 2.94 5 2.50 3 2.14 2 1.81 Tabel 5.9 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Semua Arah Dengan Perioda Ulangnya 200 4.21 100 4.20 50 4.18 25 4.16 10 4.09 5 4.01 3 3.91 2 3.78 Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-4

Gambar 5.3 Waverose hasil hindcasting. (satuan tinggi gelombang dalam meter) Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-5

Gambar 5.4 Waverose di lokasi pekerjaan. (satuan tinggi gelombang dalam meter) Jika kita lihat dari Gambar 5.4, dapat dilihat bahwa gelombang dominan datang dari arah utara, selatan dan tenggara. Tapi dikarenakan di sisi utara dan selatan terdapat daratan, maka dapat disimpulkan gelombang yang datang dari arah tersebut tidak memberikan efek maksimal terhadap perubahan garis pantai yang terjadi. Gelombang yang akan memberikan efek maksimal terhadap perubahan garis pantai yang terjadi adalah gelombang yang datang dari arah tenggara. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-6

5.2 Kondisi Pantai Lokasi Pekerjaan Pantai di samping Tanjung Tererosi Pantai Utara, Barat dan Timur Pulau Mansinam Tererosi Tanjung Tererosi Gelombang Datang Gambar 5.5 Erosi yang terjadi di lokasi pekerjaan. (sumber: www.googleearth.com) Dari Gambar 5.5 dapat dilihat gelombang datang dari arah tenggara menghantam daerah lokasi pekerjaan Pantai Pasir Putih, Pantai Pasir Rido dan Pantai Pasir Dua. Gelombang tersebut menghantam daerah tanjung secara tegak lurus. Akibatnya, daerah di area tersebut mengalami penggerusan. Batu-batu karang yang terdapat di beberapa lokasi tanjung berkurang karena diambil oleh penduduk sekitar untuk digunakan melindungi rumah masing-masing dari hantaman gelombang, akibatnya penggerusan yang terjadi semakin besar. Hilangnya batu-batu karang tersebut mengakibatkan tanjung tidak lagi dapat berfungsi sebagai groin alami dengan maksimal, sehingga daerah di sekitar tanjung tersebut juga akan mengalami erosi yang cukup parah. Pada pantai di Pulau Mansinam juga dapat dilihat bahwa terjadi erosi (penggerusan) pantai di sisi barat, timur dan utara pulau. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-7

5.3 Alternatif Pengaman Pantai 5.3.1 Pantai Pasir Putih, Pasir Rido dan Pasir Dua 1. Alternatif dengan Offshore Breakwater Gelombang Datang Offshore breakwater Gambar 5.6 Sketsa alternatif pengaman pantai di Pantai Pasir Putih, Pasir Rido dan Pasir Dua dengan offshore breakwater. Dari Gambar 5.6 dapat dilihat daerah yang dilingkari merupakan daerah-daerah yang terkena hantaman gelombang dalam arah tegak lurus. Hal itu menyebabkan pantai mengalami abrasi gelombang. Daerah yang mengalami abrasi tersebut merupakan daerah pemukiman penduduk serta terdapat akses jalan raya yang terletak dipinggir pantai, sehingga daerah tersebut sangat vital dan perlu perlindungan pantai yang maksimal. Untuk mengatasi masalah abrasi itu, diperlukan bangunan pengaman pantai berupa offshore breakwater yang dapat meredam gelombang yang menuju pantai sehingga abrasi yang terjadi dapat diminimalisir atau dihilangkan. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-8

2. Alternatif dengan Revetment Gelombang Datang revetment Gambar 5.7 Sketsa alternatif pengaman pantai di Pantai Pasir Putih, Pasir Rido dan Pasir Dua dengan revetment. Dari Gambar 5.7 dapat dilihat daerah yang dilingkari merupakan daerah-daerah yang terkena hantaman gelombang dalam arah tegak lurus. Hal itu menyebabkan pantai mengalami abrasi gelombang. Daerah yang mengalami abrasi tersebut merupakan daerah pemukiman penduduk serta terdapat akses jalan raya yang terletak dipinggir pantai, sehingga daerah tersebut sangat vital dan perlu perlindungan pantai yang maksimal. Untuk mengatasi masalah abrasi itu, dapat dibangun bangunan pengaman pantai berupa revetment yang dapat mengatasi abrasi yang terjadi. Energi gelombang datang yang menuju pantai tidak dapat diminimalisir sehingga di depan revetment tidak akan terbentuk lahan lebih, akibatnya pantai di depan revetment kemungkinan akan hilang karena terhempas oleh gelombang datang. Hal ini tidak begitu direkomendasikan mengingat lokasi studi merupana lokasi perkampungan nelayan yang dimana penduduknya sangat memerlukan areal pantai untuk melakukan berbagai kegiatan baik itu kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kegiatan sehari-hari mereka. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-9

5.3.2 Pantai Mansinam 1. Alternatif dengan Offshore Breakwater Gelombang Datang Dermaga Pemukiman Tugu injil Offshore breakwater Gambar 5.8 Sketsa alternatif pengaman pantai di Pantai Mansinam. Dari Gambar 5.8 dapat dilihat daerah yang diberi tanda lingkaran merupakan daerahdaerah yang mengalami erosi akibat hantaman gelombang yang datang. Daerah penting di sekitar lokasi yang tererosi merupakan daerah pemukiman, dermaga dan tugu injil yang merupakan situs religi yang penting bagi masyarakat sekitar sehingga daerah tersebut perlu dilindungi oleh bangunan pengaman pantai. Untuk pantai di sisi timur, daerah tersebut terkena hantaman gelombang secara tegak lurus, tetapi di lokasi tersebut tidak terdapat lokasi vital sehingga pantai di sisi timur tidak perlu dilindungi. Untuk mengatasi masalah erosi akibat hantaman gelombang diperlukan bangunan pengaman pantai berupa offshore breakwater yang berfungsi untuk menahan gelombang yang datang menuju pantai. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-10

2. Alternatif dengan Revetment Gelombang Datang Dermaga Pemukiman Tugu injil revetment Offshore breakwater Gambar 5.9 Sketsa alternatif pengaman pantai di Pantai Mansinam. Dari Gambar 5.9 dapat dilihat daerah yang diberi tanda lingkaran merupakan daerahdaerah yang mengalami erosi/abrasi akibat hantaman gelombang yang datang. Daerah penting di sekitar lokasi yang tererosi merupakan daerah pemukiman, dermaga dan tugu injil yang merupakan situs religi yang penting bagi masyarakat sekitar sehingga daerah tersebut perlu dilindungi oleh bangunan pengaman pantai. Untuk pantai di sisi timur, daerah tersebut terkena hantaman gelombang secara tegak lurus, tetapi di lokasi tersebut tidak terdapat lokasi vital sehingga pantai di sisi timur tidak perlu dilindungi. Untuk mengatasi masalah erosi akibat hantaman gelombang di sisi utara Pulau Mansinam (daerah penduduk) dan daerah sekitar dermaga diberikan alternatif bangunan pengaman pantai berupa revetment sedangkan untuk perlindungan pantai di daerah tugu injil diberikan alternatif pengamanan pantai berupa offshore breakwater. Sama seperti halnya dengan lokasi di mainland, penggunaan revetment ini kurang begitu direkomendasikan mengingat areal pantai yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan mereka. Di Pantai Mansinam tidak terdapat tanda-tanda erosi akibat longshore transport. Tanda terjadinya longshore transport dapat dilihat dari adanya peristiwa erosi di satu sisi dan di sisi sebelahnya terjadi sedimentasi seperti diperlihatkan pada Gambar 5.10. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-11

Arah Pergerakan sedimen Erosi Sedimentasi Gambar 5.10 Sketsa peristiwa terjadinya longshore transport. Di Pantai Mansinam, tanda-tanda terjadinya peristiwa longshore transport seperti pada sketsa Gambar 5.10 tidak terjadi. Contohnya, di daerah sekitar dermaga tidak terjadi erosi di satu sisi dan sedimentasi di sisi lainnya tetapi erosi terjadi di kedua sisi dermaga. Pantai Tergerus Gambar 5.11 Kedua sisi dermaga tergerus (tidak menunjukkan adanya longshore transport). Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-12

Pantai Tererosi Gambar 5.12 Kondisi di kedua sisi dermaga tergerus (tidak menunjukkan adanya longshore transport). Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-13

Bab... 1 SYSTEM PLANNING... 1 Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari... 1 5.1 Hindcasting... 1 5.2 Kondisi Pantai Lokasi Pekerjaan... 7 5.3 Alternatif Pengaman Pantai... 8 5.3.1 Pantai Pasir Putih, Pasir Rido dan Pasir Dua... 8 5.3.2 Pantai Mansinam... 10 Tabel 5.1 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Timur Dengan Perioda Ulangnya... 2 Tabel 5.2 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Tenggara Dengan Perioda Ulangnya... 3 Tabel 5.3 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Selatan Dengan Perioda Ulangnya... 3 Tabel 5.4 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Barat Daya Dengan Perioda Ulangnya... 3 Tabel 5.5 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Utara Dengan Perioda Ulangnya... 3 Tabel 5.6 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Timur Laut Dengan Perioda Ulangnya... 4 Tabel 5.7 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Barat Dengan Perioda Ulangnya... 4 Tabel 5.8 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Arah Barat Laut Dengan Perioda Ulangnya... 4 Tabel 5.9 Nilai Gelombang Ekstrim Dari Semua Arah Dengan Perioda Ulangnya... 4 Gambar 5.1 Data angin Sorong yang digunakan untuk proses hindcasting.... 1 Gambar 5.2 Fetch untuk proses hindcasting di lokasi pekerjaan.... 2 Gambar 5.3 Waverose hasil hindcasting.... 5 Gambar 5.4 Waverose di lokasi pekerjaan.... 6 Gambar 5.5 Erosi yang terjadi di lokasi pekerjaan. (sumber: www.googleearth.com)... 7 Gambar 5.6 Sketsa alternatif pengaman pantai di Pantai Pasir Putih, Pasir Rido dan Pasir Dua dengan offshore breakwater.... 8 Gambar 5.7 Sketsa alternatif pengaman pantai di Pantai Pasir Putih, Pasir Rido dan Pasir Dua dengan revetment.... 9 Gambar 5.8 Sketsa alternatif pengaman pantai di Pantai Mansinam.... 10 Gambar 5.9 Sketsa alternatif pengaman pantai di Pantai Mansinam.... 11 Gambar 5.10 Sketsa peristiwa terjadinya longshore transport.... 12 Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-14

Gambar 5.11 Kedua sisi dermaga tergerus (tidak menunjukkan adanya longshore transport).... 12 Gambar 5.12 Kondisi di kedua sisi dermaga tergerus (tidak menunjukkan adanya longshore transport).... 13 Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 5-15