UJME 5 (1) (2016) Unnes Journal of Mathematics Education.

dokumen-dokumen yang mirip
Unnes Journal of Mathematics Education

KOMPARASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE DAN TIME TOKEN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

UJME 2 (3) (2013)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK TALK WRITE DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH. Info Artikel. Abstra

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN SISWA. Abstrak. Abstract. Gallant Alim Purbowo, Mashuri, Putriaji Hendikawati

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBING-PROMPTING DENGAN PENILAIAN PRODUK

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN ASESMEN KINERJA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

KEEFEKTIFAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MATERI LINGKARAN

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN MICROSOFT POWER POINT

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

UJME 2 (3) (2013)

Unnes Journal of Mathematics Education

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGACU PADA MISSOURI MATHEMATICS PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

KEEFEKTIFAN MODEL MMP PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DISERTAI IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI

Unnes Journal of Mathematics Education

Unnes Journal of Mathematics Education PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI LINGKARAN

UJME 6 (2) (2017)

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

PENGARUH PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak. Abstract. , S Hadisaputro, Soeprodjo

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FIND SOMEONE WHO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Journal of Mechanical Engineering Learning

EFEKTIVITAS PENERAPAN GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 32 PADANG ARTIKEL. Oleh : FRESTY YUMERISA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SSCS BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

Keefektifan Model CIRC Berbasis Joyful Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

Kadek Rahayu Puspadewi Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRACT

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

UJME 2 (1) (2013) Mega Eriska Rosaria Purnomo, Mohammad Asikin, Riza Arifudin

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS BERBANTUAN WORKSHEET DENGAN MENYISIPKAN JEDA STRATEGIS SCRAMBLED

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI FUNGSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR. Info Artikel

KEEFEKTIFAN SOFTWARE GEOMETER'S SKETCHPAD PADA PEMBELAJARAN MODEL PASID TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH ASESMEN KINERJA DALAM MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

EFEKTIVITAS BUKU AJAR MATEMATIKA SMP BERBASIS 3-D UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK. Info Artikel. Abstra

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

ECONOMIC EDUCATION ANALYSIS JOURNAL EFEKTIFITAS METODE PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW DAN METODE KONVENSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KNISLEY BERDASARKAN SELF EFFICACY

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN TTW DAN TPS

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI POKOK ALJABAR. Info Artikel. Abstra

Keefektifan Pembelajaran Model Quantum Teaching Berbantuan Cabri 3D Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017

Journal of Mechanical Engineering Learning

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Unnes Journal of Mathematics Education KEEFEKTIFAN MODEL POGIL BERBANTUAN ALAT PERAGA BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN RUANG SISWA SMP MELALUI STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN STRATEGI REACT DENGAN MODEL SSCS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP KELAS VII

Automotive Science and Education Journal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UJME 4 (3) (2015) Unnes Journal of Mathematics Education.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN NHT

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KELOMPOK BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 25 PADANG

UJME 6 (1) (2017)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA. Bahrudin 1, Rini Asnawati 2, Pentatito Gunowibowo 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Unnes Journal of Mathematics Education

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Key Word : learning activity, math concept comprehension, and PQ4R.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMP NEGERI 3 BUKITTINGGI

Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**), Mulia Suryani**).

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Transkripsi:

UJME 5 (1) (2016) Unnes Journal of Mathematics Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN ALAT PERAGA MANDIRI TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PERCAYA DIRI SISWA KELAS-VII E Khoerunnisa, I Hidayah, K Wijayanti Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Gedung D7 Lt.1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Desember 2015 Disetujui Desember 2015 Dipublikasikan Maret 2016 Kata kunci: alat peraga mandiri; keefektifan; komunikasi matematis; percaya diri; TTW Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII menggunakan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri mencapai nilai minimal 75 dan lebih baik dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional, serta untuk mengetahui apakah skor percaya diri siswa kelas-vii menggunakan mandiri lebih tinggi dari skor percaya diri siswa menggunakan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 41 Semarang tahun pelajaran 2014/2015. Dengan teknik cluster random sampling, terpilih kelas VII-C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol. Data diperoleh dengan metode dokumentasi, metode tes, dan skala psikologi. Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis dianalisis menggunakan uji ketuntasan ratarata dan uji banding rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas-vii yang menggunakan mandiri mencapai nilai minimal 75; rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas-vii menggunakan mandiri lebih baik dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional; dan skor percaya diri siswa kelas-vii menggunakan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri lebih tinggi dari skor percaya diri siswa menggunakan pembelajaran konvensional. Abstract The purpose of this study was to determine whether the average mathematical communication seventh grade students using TTW learning with self teaching aid higher than a minimum value of 75 and better than average mathematical communication seventh grade students using conventional learning, and to determine whether the score of confidence of seventh grade students using TTW learning with self teaching aid higher than the score of confidence of seventh grade students using conventional learning. The population in this study were students of seventh grade Junior High School 41 Semarang in the academic year 2014/2015. By cluster random sampling technique, VII C class was selected as the experimental class and the class VII B as the control class. The data collected by the method of documentation, test methods, and psychology scale. Test data are analyzed using mathematical communication of mastery test average and average comparisons. The results showed that: the average mathematical communication seventh grade students using TTW learning with self teaching aid higher than a minimal value of 75; the average mathematical communication seventh grade students using TTW learning with self teaching aid better than average mathematical communication seventh grade students using conventional learning; and (3) the score of confidence of seventh grade students using TTW learning with self teaching aid higher than the score of confidence of seventh grade students using conventional learning. Alamat korespondensi: E-mail: emakhoerunnisa@gmail.com 2016 Universitas Negeri Semarang p-issn 2252-6927 e-issn 2460-5840

PENDAHULUAN Menurut Cockroft sebagaimana dikutip dalam Tim PPG Matematika (2005) siswa harus belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat dan berpengaruh, teliti dan tepat, dan tidak membingungkan. Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan matematika dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang diwajibkan di sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah menengah atas. Namun dalam kenyataannya, meskipun matematika selalu ada dalam setiap jenjang pendidikan, prestasi matematika belum terlihat memuaskan. Berdasarkan laporan Pengolahan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2012/2013, diketahui persentase penguasaan materi soal matematika untuk kemampuan memahami konsep kesebangunan, sifat & unsur bangun datar, serta konsep hubungan antar sudut dan atau garis, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah memperoleh 41,62% untuk SMP Negeri 41 Semarang. Jika dibandingkan dengan perolehan nilai kota Semarang yaitu 59,76%, perolehan nilai SMP Negeri 41 Semarang masih terlihat sangat rendah padahal materi ini sangat penting karena sering berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penguasaan materi tentang geometri datar siswa SMP Negeri 41 Semarang masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara pada hari Rabu tanggal 28 Januari 2015 dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 41 Semarang diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah, hal ini dibuktikan dengan masih saja terdapat siswa yang belum mampu menerima ide apalagi untuk menyampaikan ide yang berasal dari pikirannya sendiri. Kemudian untuk sikap percaya diri siswa juga rendah, hal ini dibuktikan dengan masih adanya siswa yang tidak yakin dengan jawaban ketika mengerjakan soal-soal. Masalah di atas disebabkan karena penggunaan model pembelajaran konvensional. Menurut Afriyani et al., (2014), pembelajaran konvensional dengan komunikasi satu arah mengabaikan sifat sosial dalam belajar matematika dan juga mengganggu perkembangan matematika siswa sehingga untuk menyampaikan ide/ gagasan matematika siswa belum terlatih. Oleh karena itu, dibutuhkan model, strategi, dan perangkat pendukung yang sesuai untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurut Winayawati et al., (2012), model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan model ini diharapkan siswa melalui kegiatan berdiskusi akan lebih aktif untuk bertanya minimal kepada temannya sendiri kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok di depan kelas untuk melatih percaya diri mereka menyampaikan pendapat sedangkan kelompok lain menanggapi. Strategi think talk write adalah strategi dengan tiga tahapan. Tahap think, siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk diamati dan diarahkan untuk berpikir matematis melalui komunikasi. Tahap talk, siswa diarahkan untuk aktif berbicara dan berdiskusi untuk mengkomunikasikan pemikiran matematisnya. Melalui tahap ini siswa diharapkan berlatih untuk percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan presentasi di depan kelas. Tahap write, hasil pemikiran siswa tersebut kemudian ditulis menggunakan bahasa matematika. Khusus untuk meningkatkan daya abstraksi siswa, diperlukan perangkat pendukung untuk suatu proses pembelajaran matematika yang dalam hal ini mengenai materi geometri yaitu alat peraga mandiri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugandi (2011) penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa. Kegiatan siswa yaitu membaca, bercerita, dan menulis adalah hal-hal yang dimiliki oleh model pembelajaran tipe TTW untuk memfasilitasi berkembangnya kemampuan komunikasi pada diri siswa karena kegiatan-kegiatan tersebut merupakan indikator-indikator dari kemampuan komunikasi dan penalaran matematis. Selain itu, strategi TTW berbantuan alat peraga mandiri diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan percaya diri siswa yaitu melalui kegiatan talk. Siswa diarahkan untuk dapat berkomunikasi aktif dengan sesama teman dalam suasana diskusi dan ketika presentasi di depan kelas. Percaya diri merupakan sikap yang dapat terbentuk akibat sebuah kebiasaan sehingga sikap percaya diri seharusnya dibiasakan supaya bisa menjadi karakter siswa pada generasi sekarang dan 48

selanjutnya. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW berbantuan alat peraga mandiri diharapkan tidak hanya efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tetapi juga percaya diri siswa. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas-vii SMP Negeri 41 Semarang menggunakan mandiri mencapai nilai minimal 75; (2) untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas-vii SMP Negeri 41 Semarang menggunakan mandiri lebih baik dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional; dan (3) untuk mengetahui apakah skor percaya diri siswa kelas-vii SMP Negeri 41 Semarang menggunakan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri lebih tinggi dari skor percaya diri siswa menggunakan pembelajaran konvensional. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan bentuk Posttest Only Control Group Design. Berikut disajikan dalam Tabel 1 Keterangan: X=penerapan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri, Y=penerapan pembelajaran konvensional, T 1 =tes hasil kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen, dan T 2 =tes hasil kemampuan komunikasi matematis kelas kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan mandiri, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional atau pembelajaran yang biasa dilakukan oleh sekolah tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 41 Semarang. Dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yaitu secara acak dipilih beberapa kelas yang diinginkan dari sebuah populasi. Dalam penelitian ini secara acak dipilih tiga kelas dari populasi. Dua kelas sebagai kelas sampel yaitu kelas VII B dan VII C, dan satu kelas sebagai kelas uji coba yaitu kelas VII A. Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW berbantuan alat peraga mandiri dan model kooperatif dengan tipe STAD. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa kelas-vii dan rasa percaya diri siswa kelas-vii. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode tes, dan skala psikologi. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data hasil ulangan akhir semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 sebagai data awal. Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan komunikasi matematis pada pokok bahasan jajargenjang dan belahketupat. Skala psikologi digunakan untuk mengetahui skor percaya diri siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data awal diperoleh bahwa populasi dalam penelitian berdistribusi normal, mempunyai varians yang sama (homogen), dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan siswa kelas VII-A, VII-B, VII-C, dan VII-D. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama, yakni dari kondisi pengetahuannya sama. Berikut disajikan dalam Tabel 2 Selanjutnya peneliti memberi perlakuan 49

pada kelas eksperimen, yakni dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan strategi Think Talk Write (TTW) berbantuan alat peraga mandiri, dan menerapkan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen, peneliti mengawali pembelajaran dengan memberikan apersepsi. Dengan menggunakan model tanya jawab, siswa diarahkan untuk mengingat kembali materi yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru memberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai bahan untuk membangun konsep tentang jajargenjang dan belahketupat sekaligus sebagai implementasi dari aktivitas think. Untuk membantu siswa menyelesaikan LKS, guru membimbing siswa bagaimana cara menggunakan alat peraga mandiri yang telah dibuat. Ketika cara menggunakan alat peraga digunakan dalam pembelajaran, perhatian siswa mulai tertuju pada guru yang sedang mengajar. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS dengan menggunakan bantuan alat peraga mandiri, kemudian guru meminta siswa berkelompok sebanyak 4 orang tiap kelompok. Guru memberikan Lembar Diskusi Kelompok (LDK) sebagai bahan diskusi siswa. Aktivitas diskusi siswa sebagai wujud implementasi aktivitas talk dalam strategi TTW. Setelah itu guru mempersilakan salah satu kelompok untuk maju mempresentasikan jawaban yang sudah mereka kerjakan. Setelah presentasi dilakukan, selanjutnya adalah siswa diarahkan untuk menulis kembali hasil diskusi mereka pada buku catatan mereka masing-masing sebagai wujud dari aktivitas write. Meskipun pembelajaran berusaha dilaksanakan dengan sebaik-baiknya namun masih ada beberapa kekurangan yang terjadi selama penelitian. Diantaranya sebagai berikut: (1) pada tahap think, siswa yang kesulitan mengerjakan soal berpotensi untuk menganggu siswa yang sedang mengerjakan, sehingga peran guru sangat diperlukan; (2) pada tahap talk, dapat terjadi kegaduhan jika guru tidak memantau jalannya diskusi dengan baik; dan (3) pada tahap write, tidak semua siswa mau untuk menuliskan kembali hasil diskusi padahal ini adalah tahapan yang sangat penting. Beberapa upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi beberapa kekurangan itu adalah sebagai berikut: (1) pada tahap think, guru berperan aktif dalam mengondisikan siswa yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang kesulitan mengerjakan untuk bertanya sehingga siswa tersebut tidak mengganggu siswa lain yang sedang fokus mengerjakan; (2) pada tahap talk, setiap jalannya diskusi, guru berkeliling untuk membimbing kelompok dan menghindari kegaduhan di dalam kelas; dan (3) pada tahap write, guru rajin mengecek catatan siswa dan catatan dijadikan sebagai salah satu poin penilaian sehingga siswa mau untuk menulis. Jika hal ini dibiasakan maka siswa akan terbiasa menulis di setiap kali pembelajaran berlangsung. Peneliti juga menemukan beberapa kelebihan dari penerapan strategi TTW berbantuan alat peraga mandiri yaitu sebagai berikut: (1) tahap think, siswa yang dibiasakan berpikir akan terlatih dalam mengerjakan soalsoal dan bisa digunakan untuk melatih percaya diri siswa terhadap pembelajaran matematika juga untuk melatih kreatifitas siswa dalam membuat dan menggunakan alat peraga; (2) tahap talk, siswa dapat belajar untuk berani mengkomunikasikan ide, bertukar pendapat, dan menyelesaikan masalah secara bersamasama dengan teman-teman dalam satu kelompok; dan (3) tahap write, siswa dapat belajar mengingat melalui tulisan. Selain itu, tulisan merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung. Pembelajaran pada kelas kontrol, pembelajaran seperti biasanya dimulai dengan guru melakukan apersepsi. Hal ini dilakukan agar siswa dapat mengingat kembali materi yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menjelaskan materi pada setiap pertemuan. Setelah guru menyampaikan materi, siswa kemudian mengerjakan soal kuis secara individu. Dalam mengerjakan soal kuis, siswa kurang bisa dikontrol karena sebagian besar siswa meminta untuk latihan soal. Siswa kurang siap untuk menyelesaikan kuis individu sebelum mereka berlatih mengerjakan soal latihan terlebih dahulu. Kemudian guru membentuk kelompokkelompok kecil terdiri dari 4-5 orang siswa. Setelah itu, guru membagikan soal LDK kepada setiap kelompok. Siswa mengerjakan soal LDK secara berkelompok setelah selesai siswa diarahkan untuk memperesentasikan hasil berdiskusi di depan kelas. Dalam mengerjakan soal LDK secara berkelompok, siswa yang 50

pandai merasa tidak adil karena yang berusaha untuk menyelesaikan hanya siswa yang pandai sedangkan siswa yang kurang pandai tidak mau membantu. Selanjutnya guru memberikan kuis secara individu. Setelah itu, guru memberikan penghargaan kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dan kuis berikutnya. Setelah itu kemudian guru memberikan tugas rumah. Sebelum pembelajaran berakhir, siswa secara bersamasama merangkum dan membuat kesimpulan. Hasil tes komunikasi matematis siswa diukur menggunakan hasil posttest. Rata-rata kelas eksperimen adalah 80,42 sedangkan ratarata kelas kontrol adalah 70,19. Berdasarkan kedua hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen mencapai nilai minimal 75, sedangkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol belum mencapai nilai minimal 75. Hal ini menurut peneliti diakibatkan karena beberapa faktor sebagai berikut: (1) Kegiatan diskusi pada kelas eksperimen diawali dengan siswa mengerjakan soal diskusi secara individu terlebih dahulu sehingga ketika diskusi berlangsung, mereka mempunyai bahan untuk saling bertanya dan menyamakan persepsi terhadap jawaban suatu soal, sedangkan diskusi pada kelas kontrol tidak memberikan kesempatan siswa mengerjakan sendiri terlebih dahulu sehingga beberapa siswa yang kurang bisa mengerjakan malas untuk mengerjakan dan pada akhirnya yang mengerjakan hanya yang pandai saja akibatnya tidak semua siswa mendapatkan hasil yang baik ketika tes individu dilangsungkan; (2) Terjadi kurang antusiasme siswa karena strategi pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan seperti biasanya sehingga mereka cenderung untuk tidak memperhatikan apa yang disampaikan teman-temannya ketika maju mempresentasikan jawaban di depan kelas. Akibat dari tidak memperhatikan itu juga menimbulkan beberapa siswa malas untuk mencatat jawaban yang sudah dikonfirmasi benar, sehingga hal ini juga turut mempengaruhi hasil pada tes komunikasi matematis; dan (3) Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan alat peraga mandiri, sehingga masing-masing siswa selain dapat menggunakan alat peraga juga dapat mengonstruksi pengetahuan yang dimiliki dengan konsep yang dijelaskan melalui penggunaan alat peraga. Sedangkan pada kelas 51 kontrol alat peraga diperagakan oleh guru dan beberapa siswa saja yang diberi kesempatan untuk menggunakan sehinggabeberapa siswa yang tidak pernah menggunakan alat peraga masih kesulitan untuk memahami konsep akibatnya hasil posttest pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Hal ini diperkuat dengan hasil Uji hipotesis I yaitu uji ketuntasan belajar kelas eksperimen menunjukkan bahwa t hitung = 3,43 dan t tabel =1,70 dengan dan dk = 30. Karena t hitung t tabel, maka H 0 ditolak artinya rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas-vii SMP Negeri 41 Semarang menggunakan strategi Think Talk Write berbantuan alat peraga mandiri mencapai nilai minimal 75. Sedangkan berdasarkan perhitungan uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan uji beda dua rata-rata yang dilakukan peneliti yang hasilnya diperoleh t hitung =4,52 dan t tabel =1,67 dengan dan dk = 61. Karena t hitung >t tabel, maka H 0 ditolak artinya rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswakelas-vii SMP Negeri 41 Semarang menggunakan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri lebih dari ratarata kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional. Menurut Suyanto (2012) rata-rata kemampuan menulis matematis kelas yang menggunakan strategi TTW berbasis learning journal lebih baik dibandingkan dengan kemampuan menulis matematis dengan metode konvensional. Menurut Shield dan Swinson sebagaimana dikutip dalam NCTM (1996) mengatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan ide atau gagasan matematisnya dengan baik cenderung mempunyai pemahaman yang baik pula terhadap konsep yang dipelajari dan mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Artinya kemampuan matematis siswa dapat menjadi tolok ukur apakah siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah yang baik atau tidak. Percaya diri merupakan perilaku yang semestinya dibangun pada siswa. Hal ini dilakukan supaya siswa lebih aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk mengetahui skor percaya diri siswa, peneliti menggunakan skala psikologi. Uji hipotesis ini

menggunakan Mann Whitney U Test. Kriteria pengujian yang berlaku adalah terima H 0 jika..., dimana didapat dari daftar tabel kurva normal z dan peluang. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh z hitung =2,03 dan z tabel =1,96 dengan... Karena z hitung >z tabel, maka H 0 ditolak, artinya terdapat perbedaan skor percaya diri siswa kelas-vii SMP Negeri 41 Semarang antara penggunaan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri dan penggunaan pembelajaran konvensional dimana skor percaya diri siswa menggunakan mandiri lebih tinggi dari skor percaya diri siswa kelas kontrol. Indikator percaya diri dibagi menjadi dua yaitu favorable dan unfavorable. Berikut indikator favorable menurut Santrock (2003) yaitu (1) mengarahkan atau memerintah orang lain, (2) menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi, (3) mengekspresikan pendapat, (4) duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial, (5) bekerja secara kooperatif dalam kelompok, (6) memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara, (7) menjaga kontak mata selama pembicaran berlangsung, (8) memulai kontak yang ramah dengan orang lain, (9) menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain, dan (10) berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan. Siswa yang mampu memiliki perilaku tersebut dapat dikatakan sebagai siswa yang memiliki skor percaya diri yang tinggi. Pada umumnya siswa pada kelas eksperimen mampu memiliki perilaku-perilaku tersebut dikarenakan oleh aktivitas talk pada strategi TTW memberikan peluang besar untuk siswa belajar mengasah perilaku percaya diri. Ketika kegiatan diskusi berlangsung, terjadi beberapa perilaku yang menjadi indikator percaya diri diantaranya adalah kegiatan mengekspresikan pendapat, bekerja secara kooperatif dalam kelompok, memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara, dan menjaga kontak mata selama pembicaraan berlangsung. Sedangkan pada kelas kontrol, perilaku percaya diri yang termasuk dalam kategori favorable tidak muncul karena kegiatan diskusi yang dilakukan pada kelas kontrol dilakukan seperti biasanya, siswa yang pandai dimanfaatkan oleh siswa yang kurang pandai sehingga menyebabkan siswa pada kelas kontrol kurang terjadi kegiatan mengekspresikan pendapat akibatnya skor percaya diri siswa pada kelas kontrol pada umumnya masih rendah. Indikator unfavorable skala psikologi tentang perilaku percaya diri menurut Santrock (2003) diantaranya adalah (1) merendahkan orang lain dengan cara menggoda memberi nama panggilan, dan menggosip, (2) menggerakkan tubuh secara dramatis atau tidak sesuai konteks, (3) melakukan sentuhan yang tidak sesuai atau menghindari kontak fisik, (4) memberikan alasan-alasan ketika gagal melakukan sesuatu, (5) melihat sekeliling untuk memonitor orang lain, (6) membual secara berlebihan tentang prestasi, keterampilan, penampilan fisik, (7) merendahkan diri secara verbal, depresiasi diri, (8) berbicara terlalu keras, tiba-tiba, atau dengan nada suara yang dogmatis, (9) tidak mengekspresikan pandangan atau pendapat, terutama ketika ditanya, dan (10) memposisikan diri secara submisif. Perilaku yang menjadi indikator unfavorable percaya diri tersebut mengindikasikan bahwa skor percaya diri seseorang rendah.sehingga apabila skala psikologi diisi semakin tidak sesuai maka nilai percaya diri siswa semakin tinggi. Pada kelas eksperimen sedikit kemungkinan untuk melakukan perilaku yang termasuk dalam kategori unfavorable tersebut karena pada kelas eksperimen diberi pelakuan strategi TTW yang didalamnya mengharuskan setiap siswa mengekspresikan pendapat kepada teman sesama kelompok, bekerjasama dengan baik, maka terhindar dari perilaku-perilaku yang kurang baik tersebut. Aktivitas think, siswa berpikir mengerjakan soal LDK secara individu setelah mendengarkan penjelasan dari guru serta membaca buku teks. Pada aktivitas ini siswa tidak akan melakukan kegiatan yang mengganggu yang lain karena guru senantiasa memantau serta kegiatan siswa memang menjadi bahan penilaian sehingga siswa termotivasi untuk mengerjakan soal LDK dengan sebaik-baiknya. Kemudian pada aktivitas talk, siswa saling bertukar pendapat dengan suara yang jelas serta melakukan kerjasama yang baik antar anggota kelompok sehingga jelas siswa terhindar dari kegiatan diluar kegiatan yang diperintahkan oleh guru, kemudian terdapat aktivitas write yaitu aktivitas menulis sehingga selain siswa dapat memperoleh pengetahuan juga memberi kesempatan kepada siswa untuk berani mencatat dan melatih percaya diri siswa. 52

Berdasarkan hasil penelitian Widiastuti, (2011) menyatakan bahwa Kemampuan komunikasi matematis dan percaya diri mengalami peningkatan setelah menggunakan strategi Think Talk Write. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai keefektifan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri terhadap komunikasi matematis dan percaya diri siswa kelas VII, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas- VII SMP Negeri 41 Semarang yang menggunakan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri mencapai nilai minimal 75, (2) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas-vii SMP Negeri 41 Semarang menggunakan pembelajaran TTW berbantuan alat peraga mandiri lebih baik dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan pembelajaran konvensional, dan (3) skor percaya diri siswa kelas-vii SMP Negeri 41 Semarang menggunakan mandiri lebih tinggi dari skor percaya diri siswa menggunakan pembelajaran konvensional. UCAPAN TERIMAKASIH Artikel ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan dan bimbingan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: (1) Dr. Isti Hidayah, M. Pd., selaku dosen pembimbing I; (2) Dra. Kristina Wijayanti, M. S., selaku dosen pembimbing II; (3) Dra. Nurwakhidah Pramudiyati, selaku kepala sekolah SMP Negeri 41 Semarang; (4) Murwati, S.Pd., selaku guru matematika SMP Negeri 41 Semarang; dan (5) siswa kelas VII SMP Negeri 41 Semarang tahun ajaran 2014/2015. DAFTAR PUSTAKA Afriyani, A. D. N., M. Chotim, & I. Hidayah. 2014. Kefektifan Pembelajaran TTW dan SGW Berbantuan Kartu Soal Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Unnes Journal of Mathematics Education, 3(1): 49-55. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p hp/ujme/article/view/3436 [diakses 29-1-2015]. Huinker, D. & C. Laughlin. 1996. Talk You Way into Writing. In. P. C. Elliot and M.J. Kenney (Eds). Years Book 1996. Communication in Mathematics K 12 and Beyond. USA: NCTM. NCTM. 2006. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: Author. Santrock, J. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Sugandi, A. I. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Matematis. Makalah dipresentasikan dalam seminar nasional matematika dan pendidikan matematika dengan tema "Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran" pada tanggal 3 Desember 2011 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Suyanto, Edy. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Strategi TTW (Think Talk Write) Berbasis Learning Journal Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII. Semarang: Program Pasca Sarjana Unnes. Tim PPPG Matematika. 2005. Materi Pembinaan Matematika SMP di Daerah Tahun 2005. Yogyakarta: PPPG Matematika. Widiastuti, Endah. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Minggir Sleman Melalui Strategi Think Talk Write (TTW). Skripsi. Yogyakarta: UNY. Winayawati, L., S. B. Waluya, & I. Junaedi. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Think Talk Write Terhadap Kemampuan Menulis Rangkuman dan Pemahaman Matematis Materi Integral. Unnes Journal of Research Mathematics Education, 1(1): 65-71. [diakses 22-2-2015]. 53