BAB I PENDAHULUAN 2. RUMUSAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI AKTUALISASI KEHIDUPAN

PANCASILA DALAM AKTUALISASI KEHIDUPAN

PANCASILA AKTUALISASI PANCASILA DALAM PENGEMBANGAN IPTEK DAN KEHIDUPAN AKADEMIK. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DOSEN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

BUKU KODE ETIK DOSEN

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan

BAB XII. Aktualisasi Pancasila dalam Lingkungan Perguruan Tinggi

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING LIA

BUKU KODE ETIK MAHASISWA

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dan Implementasinya (Bag. 2) Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

Tentang KODE ETIK MAHASISWA STIE YASA ANGGANA GARUT KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT,

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

PANCASILA DAN HAM. Makalah Disusun untuk: Memenuhi tugas akhir Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

DOKUMEN JURUSAN ETIKA DOSEN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

KODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi. Hak dan kewajiban manusia sering

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

NORMA ETIKA KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER NOMOR

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI DISUSUN OLEH: GUSPI AKHBAR PUTRA RIZKI SAHPUTRA M. FAJAR MAULANA RYAN ANDRYAN PUTRA RANGGA FERNANDO

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera

PEDOMAN ETIKA DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

PANCASILA PANCASILA DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG POLITIK, HUKUM, SOSIAL BUDAYA, DAN PERTAHANAN KEAMANAN. Nurohma, S.IP, M.

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara

PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Implementasi Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab 12MKCU. Fakultas. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Manajemen

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

PANDUAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN (ORMAWA) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN SENAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI NOMOR 07 / Senat Unsrat / X / 2016 TENTANG ETIK AKADEMIK TENAGA PENDIDIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu pancasila. Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, guna melaksanakan pembangunan nasional, reformasi, dan pendidikan pada khususnya. Sehingga di dalam kehidupan Akademik, pancasila sangat diperlukan peranannya, baik dari SD, SMP, SMA, maupun ketika berada di bangku perguruan tinggi, karena ketika kita di dalam kehidupan kampus, aliran informasi dan teknologi sangatlah terasa perkembangannya baik itu bersifat positif maupun negatif, maka dari itu di butuhkanlah pendidikan pancasila, guna untuk menjaga para mahasiswa agar menjadi mahasiswa berilmu tapi juga bermoral. 2. RUMUSAN MASALAH 2. 1. AKTUALISASI PANCASILA. * Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul betul ada, terjadi, atau sesungguhnya. * Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai nilai Pancasila benar benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa. 1

* Nilai nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia. * Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu : Aktualisasi objektif dan aktualisasi subjektif. 1. Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya. 2. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia. 2. 2. TRIDARMA PERGURUAN TINGGI. * Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah Negara Pancasila diarahkan untuk membentuk manusia manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila, membentuk manusia manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia. * Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan dan pegajaran di atas perguruan tingkat menengah berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi : pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan Tinggi. * Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain 2

diarahkan untuk menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik mahasiswa untuk berjiwa penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang besar pada masa depan bangsa dan Negara, serta menggiatkan mahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan pengembangan daerah. 2. 3. BUDAYA AKADEMIK. * Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang mendukungnya. * Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh masyarakat akademik yang bersangkutan. * Pancasila merupakan nilai luhur bangsa Indonesia. * Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai oleh nilai budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang bersangkutan. Suatu nilai budaya yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama, santun, mencintai kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap mencintai seni. 2. 4. KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM. * Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai nilai luhur. * Kampus merupakan wadah perkembangan nilai nilai moral, di mana seluruh warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi dan dijiwai oleh pancasila. * Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. 3

3. BATASAN MASALAH Disini di bahas tentang penjabaran pancasila sebagai paradigma reformasi, dan penerapan Pancasila khususnya di ruang lingkup Akademik. 4. MAKSUD DAN TUJUAN 4.1. Maksud Dengan makalah ini kami bermaksud memuat suatu pembelajaran mengenai aktualisasi Pancasila didalam dunia akademik karena kami melihat masih belum banyak pengaplikasian Pancasila didalam kehidupan akademik baik itu dari segi pengajar terkhususkan lagi bagi para pelajar. 4.2. Tujuan Sehingga pembuatan makalah ini kami tujukan agar kita dapat belajar bersama mengenai aplikasi pancasila didalam kehidupan akademik. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. AKTUALISASI PANCASILA Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul betul ada, terjadi, atau sesungguhnya. Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai nilai Pancasila benar - benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa. Nilai nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun normanorma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia. Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi obyektif dan subyektif. Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subyektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mengawasi diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila. 2. TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI Pendidikan Tinggi sebagai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat melainkan senantiasa mengemban dan mengabdi kepada masyarakat. Menurut PP No. 60 Th. 1999, perguruan tinggi memiliki tiga tugas pokok yang disebut Tridharma Perguruan Tinggi, yang meliputi : 5

2.1. Pendidikan Tinggi Lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas melaksanakan pendidikan untuk menyiapkan, membentuk dan menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Tugas pendidikan tinggi adalah : 2.1.a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 2.1.b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Pengembangan ilmu di perguruan tinggi bukanlah value free (bebas nilai), melainkan senantiasa terikat nilai yaitu nilai ketuhahan dan kemanusiaan. Oleh karena itu pendidikan tinggi haruslah menghasilkan ilmuwan, intelektual serta pakar yang bermoral ketuhanan yang mengabdi pada kemanusiaan. 2.2. Penelitian Penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat obyektif dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Dalam suatu kegiatan penelitian seluruh unsur dalam penelitian senantiasa mendasarkan pada suatu paradigma tertentu, baik permasalahan, hipotesis, landasan teori maupun metode yang dikembangkannya. Dalam khasanah ilmu pengetahuan terdapat berbagai macam bidang ilmu pengetahuan yang masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri, karena paradigma yang berbeda. Bahkan dalam suatu bidang ilmu terutama ilmu sosial, antropologi dan politik terdapat beberapa pendekatan dengan paradigma yang berbeda, misalnya pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Dasar-dasar nilai dalam Pancasila menjiwai moral peneliti sehingga suatu penelitian harus bersifat obyektif dan ilmiah. Seorang peneliti harus berpegangan pada moral kejujuran yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu hasil penelitian tidak boleh karena motivasi uang, kekuasaan, ambisi atau bahkan kepentingan primordial tertentu. Selain itu asas manfaat penelitian harus demi kesejahteraan umat manusia, sehingga dengan demikian suatu kegiatan penelitian 6

senantiasa harus diperhitungkan manfaatnya bagi masyarakat luas serta peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan. 2.3. Pengabdian kepada Masyarakat Pengabdian kepada masyarakat adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kema Realisasi pengabdian kepada masyarakat dengan sendirinya disesuaikan dengan ciri khas, sifat serta karakteristik bidang ilmu yang dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Aktualisasi pengabdian kepada masyarakat ini pada hakikatnya merupakan suatu aktualisasi pengembangan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan umat manusia. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebenarnya merupakan suatu aktualisasi kegiatan masyarakat ilmiah perguruan tinggi yang dijiwai oleh nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila. 3. BUDAYA AKADEMIK Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai berikut : 3.1. Kritis, Senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian. 3.2. Kreatif, Senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat. 3.3. Obyektif, Kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada suatukebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi. 7

3.4. Analitis, Suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah yang merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah. 3.5. Konstruktif, Harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat. 3.6. Dinamis, Ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan terus-menerus. 3.7. Dialogis, Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri, melakukan kritik serta mendiskusikannya. 3.8. Menerima kritik, Sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap insan akademik senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik. 3.9. Menghargai prestasi ilmiah/akademik, Masyarakat intelektual akademik harus menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah. 3.10. Bebas dari prasangka, Budaya akademik harus mengembangkan moralitas ilmiah yaitu harus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah. 3.11. Menghargai waktu, Senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi. 3.12. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, Memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya akademik. 3.13. Berorientasi ke masa depan, Mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu perhitungan yang cermat, realistis dan rasional. 8

4. KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM. Masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan budaya akademik, terutama untuk tidak terjebak pada politik praktis dalam arti terjebak pada legitimasi kepentingan penguasa. Hal ini bukan berarti masyarakat kampus tidak boleh berpolitik, melainkan masyarakat kampus harus benar-benar berpegang pada komitmen moral yaitu pada suatu tradisi kebenaran objektif. 4.1. Kampus sebagai Sumber Pengembangan Hukum Dalam rangka bangsa indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu agenda yang sangat mendesak untuk diwujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan tertib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus seruai dengan tertib hukum Indonesia. Berdasarkan tertib hukum Indonesia maka dalam pengembangan hukum positif di Indonesia, maka dasar filsafat negara merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. Namun perlu disadari bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai Pancasila sebagai sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilah hukum Tuhan (sila I), nilai yang terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumgu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V). Selain ini tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakan dan rakyat adalah merupakan sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum. 9

4.2. Kampus sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hak Asasi Manusia Sebagaimana dibahas di muka bahwa dalam reformasi dewasa ini bangsa Indonesia telah mewujudkan Undang-Undang Hak Asasi Manusia yaitu UU Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999. Sebagaimana terkandung dalam Konsiderasi, bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia adalah, seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Di samping hak asasi manusia, UU No. 39 Tahun 1999 tersebut juga menentukan Kewajiban Dasar Manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Dalam penegakan HAM tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif, dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia. 10

BAB III KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM DENGAN PANCASILA SEBAGAI DASARNYA 1. CONTOH KASUS Tawuran antardua kelompok mahasiwa di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (15/11) reda. Polisi telah berhasil mengamankan kampus, dan mensterilkan area sekitar kampus. Tawuran yang melibatkan mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Kehutanan (FKeh) tak jelas ujung pangkalnya. Sebab, masing-masing kelompok memberi keterangan versi masingmasing. Menurut informasi yang diterima Reporter Metro TV, Rachel Marimbuna, mahasiswa FT menyebut, tawuran dipicu setelah Mahasiswa Baru (Maba) FT diganggu Mahasiswa Lama (Mala/senior) Fkehutanan. Namun, mahasiswa FKeh menyebut, justru Maba FKeh lah yang diejek, kemudian dikeroyok mahasiswa senior FT. Insiden pertama terjadi Senin (14/11) petang. Tawurang diawali aksi saling ejek. Kemudian, sekitar pukul 19.00 WIta, tawuran pecah. Kemudian mahasiswa FT diduga membakar ruangan kuliah milik Fkeh. Parahnya, tawuran tersebut tak hanya melibatkan senior, melainkan maba dan mahasiswa fakultas lain. Mereka saling lempar batu, dan benda tumpul lain. Akibatnya, puluhan mahasiswa terluka. Saat ini, polisi sudah berada di area kampus Unhas. Meski mengaku terlambat, polisi sudah berhasil mengamankan kampus. Selain itu, Retorak Unhas sudah meminta mahasiswa meninggalkan kampus tepat pukul 18.00 Wita. 1 1 http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/15/139812/tawuran-mahasiswa-unhas- Berhenti 11

2. PEMBAHASAN Indonesia dalam melaksanakan reformasi dewasa ini, agenda yang mendesak untuk diwujutkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundangundangan. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan negara untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus dilakukan pengembangan hukum positif. Dalam reformasi bidang hukum, bangsa Indonesia telah mewujudkan undangundang Hak Asasi Manusia yaitu UU No. 39 Th. 1999. Sebagai terkandung dalam konsideran bahwa yang di maksud hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan kebenaran manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa dan merupakan anugrah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Di samping hak asasi manusia, undang-undang ini juga menentukan kewajiban manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dalam penegakkan hak asasi manusia tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat obyektif dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia. 12

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN Didalam contoh kasus di atas di perlihatkan bahwa aktualisasi pancasila belum sepenuhnya terimplementasikan, terutama di dalam kehidupan akademik, padahal di ketahui bahwa kehidupan kampus sebagai kekuatan moral utama sebagai dasar pengembangan hukum dan HAM, tapi dalam kenyataanya hal ini masih jauh dari yang kita harapkan. Kehidupan kampus masih di warnai dengan tindak anarkis dan kesewenang wenangan, hanya dengan kasus sepele, seperti saling ejek sudah dapat memicu tindakan yang lebih luas seperti contoh kasus di atas, hal ini membuktikan kurangnya kesadaran dari masyarakat akdemik, terutama para mahasiswa akan pentingnnya peran pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di dalam kehidupan kampus. 2. SARAN Sebenarnya hal seperti di atas dapat di hindarkan, asalkan kita sebagai mahasiswa menerapkan pancasila dalam kehidupan dikampus, namun juga tak terlepas bagi para pengajar untuk tetap memberikan wawasan mengenai pancasila sebagai dasar pengembangan hukum dan HAM di Indonesia, dan di dalam kehidupan kampus terkhususnya, kurangnya perhatian dari pihak akademik dan pemerintah dalam pengimplementasian pancasila dapat juga memicu hal ini dapat terjadi. Namun tak kalah pentingnya juga implementasi pancasila di ajarkan juga di dalam kehidupan keluarga, karena keluarga adalah dasar dari perkembangan moral dasar dari seorang anak, mahasiswa pada khususnya. Sehingga menurut pendapat kami, mengapa hal seperti tawuran antar mahasiswa ini dapat terjadi harusnya menjadi koreksi dari semua pihak dari akademik sebagai penyelenggara pendidikan, dari pemerintah sebagai pengawas pendidikan, dan terutama dari keluarga sebagai pembentuk moral dasar seseorang. 13

Jadi marilah kita, sebagai mahasiswa yang sedang menjalankan proses pendidikan hendaknya mengambil contoh dari kasus di atas, dan menghindarkan hal ini terjadi di dalam lingkungan kampus kita. 14

Daftar Pustaka 2. Buku Pendidikan Pancasila Penerbit: GUNADARMA 1. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/computer-science-and-information/informationsystem-s1-1/pendidikan-pancasila/aktualisasi-pancasila-di-perguruan-tinggi http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_10261/title_kampus-sebagaipengembang-ham/ 3. http://nenu666.blogspot.com/2011/12/moral-force-pancasila.html 4. http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/11/15/139812/tawuran-mahasiswa- Unhas-Berhenti 15

MAKALAH KAMPUS SEBAGAI MORAL FORCE PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM DENGAN PANCASILA SEBAGAI DASARNYA Di susun oleh : 1. Bayu Elwiyandi 2. Agung Rumekso 3. Yuda Mulyadi 4. Yuda Adi Septya 5. M.Aminudin 6. Gelar Pamungkas 7. Asep Suhendi POLITEKNIK PIKSI GANESHA MANAJEMEN INFORMATIKA PROGRAM DIPLOMA 3 MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA BANDUNG 2012 16