Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROALGA DI PERAIRAN PULAU DOMPAK. Lingga Kelana Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROALGAE PADA DAERAH LITORAL DI PERAIRAN TELUK DALAM KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN PORIFERA DI ZONA SUB LITORAL GAMPONG RINON PULO BREUEH KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR SEBAGAI MATERI AJAR KINGDOM ANIMALIA

BAB III METODE PENELITIAN

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

Struktur Komunitas dan Anatomi Rumput Laut di Perairan Teluk Awur, Jepara dan Pantai Krakal, Yogyakarta

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

ANALISIS KESUKAAN HABITAT IKAN KARANG DI SEKITAR PULAU BATAM, KEPULAUAN RZAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

III. Bahan dan Metode

KEANEKARAGAMAN JENIS OPHIUROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI. oleh Indrianita Wardani NIM

bentos (Anwar, dkk., 1980).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

ABSTRAK. Kata Kunci: Makroalga, Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Pulau Serangan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Indeks Keanekaragaman ( H) dari Shannon-Wiener dan Indeks Nilai Penting

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : ASEP SOFIAN COG SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Geiar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

STRUKTUR KOMUNITAS RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PULAU MATAK KECAMATAN PALMATAK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

3. METODOLOGI PENELITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

EKOLOGI. KOMUNITAS bag. 2 TEMA 5. Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 STRUKTUR KOMUNITAS MAKROALGA EKOSISTEM TERUMBU KARANG PERAIRAN PANTAI AIR BERUDANGN KABUPATEN ACEH SELATAN Soraya Ulfah 1), Elita Agustina 2), Muslich Hidayat 3) 1,2,3) Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Email: sorayaulfah26@gmail.com ABSTRAK Makroalga merupakan salah satu topik atau kajian pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang dapat dipraktikumkan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UIN Ar-Raniry. Kegiatan praktikum tentang struktur komunitas makroalga belum terlaksana karena selama ini praktikum yang dilakukan hanya tentang tumbuhan terestrial saja, dan mahasiswa masih sedikit mengenal tumbuhan aquatik khususnya makroalga, sehingga harus dikaji lebih lanjut tentang struktur komunitas makroalga perairan Pantai Air Berudang untuk menambah data dan referensi untuk praktikum mata kuliah Ekologi Tumbuhan. Penelitian struktur komunitas makroalga ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan dilakukan pada bulan Februari 2016 yang bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makroalga ekosistem terumbu karang, mengetahui jenis substrat yang ditempati oleh makroalga ekosistem terumbu karang, dan mengetahui pemanfaatan hasil penelitian struktur komunitas makroalga ekosistem terumbu karang di perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan dapat dijadikan referensi praktikum Ekologi Tumbuhan. Metode penelitian dilakukan secara survey eksploratif, sedangkan pengambian sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian struktur komunitas makroalga ditemukan 9 famili dari 11 spesies, yaitu Caulerpaceae, Sargassaceae, Dictyotaceae, Halimedaceae, Galaxauraceae, Bonnemaisoniaceae, Chaetangiaceae, Argassaceae, Argassaceae. Berdasarkan indeks nilai penting diperoleh hasil, yaitu 2,0000, indeks kelimpahan berjumlah 1055 individu/m 2, indeks keanekaragaman jumlah 1,9916, indeks keseragaman 0,8306, dan indeks dominansi 0,07298. Jenis substrat yang ditempati makroalga adalah pasir, batu berpasir, pasir berbatu dan batu karang. Pemanfaatan hasil penelitian berupa modul, buku saku, herbarium basah dan poster. Struktur komunitas makroalga ekosistem terumbu karang telah mencapai klimaks kestabilan. Kata Kunci: Struktur Komunitas, Makroalga, Ekologi Tumbuhan PENDAHULUAN truktur komunitas merupakan salah satu kajian yang dipelajari dalam Synekologi yang mencakup tentang keanekaragaman, keseragaman, dominansi, dan kelimpahan. Struktur komunitas penting dipelajari, yaitu untuk mengetahui sebaran, susunan, dan komposisi suatu komunitas. Struktur komunitas selalu dikaji dalam ekologi, baik struktur komunitas makhluk hidup yang hidup di darat maupun struktur komunitas yang hidup di air atau perairan (Agoes, S: 1994). Komunitas terdiri dari organisme-organisme yang saling berinteraksi pada suatu lingkungan tertentu (Zoer aini: 2012). Makroalga merupakan golongan tumbuhan tingkat rendah yang disebut thallophyta. Tumbuhan ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Makroalga dikenal dengan nama ganggang atau rumput laut yang merupakan salah satu contoh yang sering disebut masyarakat (Srihandayani:2009). Habitat Makroalga yaitu di air tawar dan paling banyak di air laut. Kehadiran komunitas makroalga disuatu perairan memiliki peran yang cukup besar terhadap kehidupan biota laut sebagai tempat berlindung dan sebagai tempat mencari makan (Magruder, 1979; Kadi, 2004). Selain itu komunitas makroalga juga dapat berperan sebagai habitat bagi organisme laut lainnya, baik yang berukuran besar maupun kecil seperti kepiting dan biota laut ainnya. Salah satu habitat makroalga hidup di ekosistem terumbu karang (Saleh, P: 2013). 237

Soraya Ulfah, Dkk. Salah satu ekosistem terumbu karang yang terdapat di Aceh, yaitu terdapat di perairan Pantai Air Berudang. Perairan Pantai Air Berudang merupakan salah satu wilayah dengan kondisi ekosistem bahari yang sangat baik. Ekosistem terumbu karang dikenal kaya akan biota laut dan makroalga, termasuk ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang. Di pantai tersebut sangat jarang wisatawan atau masyarakat yang berkunjung sehingga kelestarian ekosistem pantainya masih terjaga. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari 2016 di perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan. Kemudian dilanjutkan di Laboratorium Pendidikan Biologi Unit Botani, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jelajah ( survey eksploratif) (Sukiman: 2014). Penentuan titik sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, artinya teknik mengambil sampel secara sengaja yang dilakukan secara destruktif sampling. Pengambilan sampel secara destruktif samping, yaitu tidak merusak habitat makroalga secara keseluruhan, tetapi hanya untuk mengambil sampel perwakilan individu per spesies. Spesies yang belum diketahui namanya dapat diidentifikasi dengan menggunakan buku, jurnal dan referensi pendukung lainya di Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry. Analisis Data Indeks Nilai Penting (INP) Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menghitung dan menduga keseluruhan dari peranan spesies makroalga di dalam satu komunitas (Lingga: 2015). INP = FR + RD Dimana : INP = Indeks nilai penting FR = Frekuensi relatif RD = Kerapatan relative Kelimpahan Kualitas lingkungan perairan dapat digambarkan dengan struktur komunitas yang dianalisis dengan model distribusi kelimpahan spesies. D i = Dimana: D i = Kelimpahan individu spesies ke-i Ni = Jumlah individu dari spesies ke-i A = Luas plot pengambilan contoh Indeks Keanekaragaman Keanekaragaman suatu biota air dapat ditentukan dengan menggunakan teori informasi Shannon-Wienner (H ). Tujuan teori ini adalah untuk mengukur tingkat keteraturan dan ketidakaturan dalam suatu sistem (Ferianita, FM: 2007). Hʹ = - (Pi) (Ln Pi) Dimana: Hʹ = Indeks keanekaragaman Pi = ni/n, perbandingan antara jumlah individu spesies ke-i dengan jumlah total individu. ni = jumlah individu spesies Ke-i N = Jumlah total individu Dengan kriteria: Hʹ < 1 = Keanekaragaman rendah 1 < Hʹ < 3 = Keanekaragaman sedang Hʹ > 3 = Keanekaragaman tinggi. Indeks Keseragaman Nilai indeks keseragaman Eveness digunakan untuk menggambarkan komposisi individu tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas (Lingga, K: 2015). E = Dimana: E = Indeks keseragaman Hʹ = Indeks keanekaragaman Hʹmaks = Indeks keanekaragaman maksimum = log S = 3,3219 log S (dimana S = jumlah jenis) 238

Struktur Komunitas Makroalga Ekosistem Terumbu Karang Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten. Indeks keseragaman berkisar antara 0-1 dengan kriteria: E < 0,4 = Komunitas tertekan dan mempunyai keseragaman rendah. 0,4 < E < 0,6= Komunitas kurang stabil dan mempunyai keseragaman sedang. E > 0,6 = Komunitas stabil dan mempunyai keseragaman tinggi. Indeks Dominansi Menghitung dominansi spesies tertentu di perairan dapat digunakan Indeks Dominansi Simpson dengan persamaan berikut (Lingga, K: 2015): D = (ni / N ) 2 Dimana : D = Indeks dominansi Simpson ni = Jumlah individu jenis ke i N = Jumlah total individu seluruh spesies S = jumlah spesies Nilai Indeks Dominasi berkisar antara 0-1, dengan kriteria: D < 0,50 = Dominansi rendah 0,50 < D < 0,75 = Dominansi sedang. D > 1,00 = Dominansi tinggi. Analisis substrat dilakukan secara destkriptif berdasarkan tempat hidup makroalga yang ditemukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan spesies makroalga yang teridentifikasi sebanyak 9 famili dan 11 spesies yaitu Caulerpa taxifolia, Boergesenia forbesii, Turbinaria ornata, Padina australis, Halimeda micronesica, Galaxaura divaricata, Galaxaura rugosa, Asparagopsis taxiformis, Gelidiella acerosa, Sargassum cristaefolium, dan Chaetomorpha spiralis. Indeks Nilai Penting Hasil perhitungan indeks nilai penting (INP) makroalga yang terdapat di perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan untuk masing-masing spesies dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Hasil Perhitungan Indeks Nilai Penting Spesies Makroalga Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan No Jumlah Kehadiran Nama Frek. Kerapatan Disetiap Stasiun Ker Frek. Nilai Disetiap Stasiun Relatif Relatif Penting Famili Nama Ilmiah I II III IV Total I II III IV Total Relatif 1 Caulerpaceae Caulerpa taxifolia ˉ ˉ ˉ 1 0,0323 178 ˉ ˉ ˉ 178 0,1687 0,0323 0,2010 2 Caulerpaceae Boergesenia forbesii ˉ ˉ 2 0,0645 ˉ 6 1 ˉ 23 84 0,0796 0,0645 0,1441 3 Sargassaceae Turbinaria ornata ˉ ˉ 2 0,0645 ˉ ˉ 70 30 100 0,0948 0,0645 0,1593 4 Dictyotaceae Padina australis ˉ ˉ ˉ 1 0,0323 ˉ ˉ ˉ 63 63 0,0597 0,0323 0,0920 5 Halimedaceae Halimeda micronesica ˉ ˉ ˉ 1 0,0323 35 ˉ ˉ ˉ 35 0,0332 0,0323 0,0654 6 Galaxauraceae Galaxaura divaricata ˉ ˉ ˉ 11 0,3548 ˉ ˉ ˉ 7 7 0,0066 0,3548 0,3615 7 Galaxauraceae Galaxaura rugosa ˉ ˉ ˉ 1 0,0323 ˉ ˉ ˉ 4 4 0,0038 0,0323 0,0360 8 Bonnemaisoniaceae Asparagopsis taxiformis ˉ ˉ ˉ 1 0,0323 ˉ ˉ ˉ 1 1 0,0009 0,0323 0,0332 9 Solariaceae Gelidiella acerosa 4 0,1290 25 2 1 40 33 119 0,1128 0,1290 0,2418 10 Argassaceae Sargassum 8 ˉ 3 0,0968 45 cristaefolium 5 51 ˉ 181 0,1716 0,0968 0,2683 11 Cladophoraceae 1 Chaetomorpha 4 0,1290 28 2 spiralis 5 87 43 283 0,2682 0,1290 0,3973 Jumlah 31 1055 2,0000 Sumber data: Hasil Penelitian 2016 Berdasarkan Tabel 1 di atas, indeks nilai penting total makroalga ekosistem terumbu karang yang terdapat di peraian Pantai Air Berudang pada berjumlah 2,000. Indeks nilai penting tertinggi terdapat pada spesies Chaetomorpha spiralis berjumlah 0,3973, sedangkan indeks nilai penting terendah 239

Soraya Ulfah, Dkk. terdapat pada spesies Galaxaura rugosa berjumlah 0,0332. Berdasarkan kriteria INP, jumlah 0-100% tergolong rendah. Besarnya INP suatu spesies yang dijumpai dalam suatu ekosistem menunjukkan pentingnya kedudukan spesies tumbuhan ditempat spesies itu dalam ekosistem tersebut. Apabila dalam suatu ekosistem terjadi gangguan terhadap tumbuhann yang mempunyai INP tertinggi, gangguan itu akan berpengaruh terhadap komponen lain dan terhadap ekosistem yang bersangkutan. Tetapi bila gangguan itu terjadi terhadap tumbuhan dengan INP rendah, biasanya pengaruhnya terhadap ekosistem tersebut kecil (Fachrul, FM: 2007). Kelimpahan Makroalga Hasil perhitungan kelimpahan makroalga yang terdapat di perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan untuk masing-masing spesies dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Hasil Perhitungan Kelimpahan Makroalga yang Terdapat di Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan Berdasarkan grafik di atas, kelimpahan rata-rata makroalga ekosistem terumbu karang yang terdapat di peraian Pantai Air Berudang pada masing-masing spesies makroalga berkisar antara 0,2-56 individu/m 2. Nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada spesies Chaetomorpha spiralis berjumlah 283 individu/m 2, sedangkan nilai kelimpahan terendah terdapat pada spesies Galaxaura rugosa berjumlah 1 individu/m 2. Berdasarkan grafik di atas nilai kelimpahan tertinggi spesies makroalga ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang adalah Chaetomorpha spiralis berjumlah 283 individu/m 2. Hal ini disebabkan karena spesies ini menyukai kawasan seperti daerah pasang surut. Selain itu spesies ini hidup berkoloni dan menempel di substrat berupa karang mati. Masing-masing koloni di temukan di kawasan tersebut dengan jumlah berkisar antara 8-32 individu perplot. Spesies lain seperti Caulerpa taxifolia, Boergesenia forbesii, Turbinaria ornate, Padina australis, Halimeda micronesica, Gelidiella acerosa, Sargassum cristaefolium mengalami kelimpahan yang rendah dan tidak jauh berbeda diantara jenis-jenis tersebut. Namun spesies Galaxaura divaricata, Galaxaura rugosa, Asparagopsis taxiformis, mengalami kelimpahan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan spesies lainnya, hal ini ini dikarenakan ketiga spesies ini ditemukan hidup secara soliter (sendiri). Indeks Keanekaragaman Makroalga Nilai indeks keanekaragaman komunitas makroalga pada perairan Pantai Air Berudang 240

Struktur Komunitas Makroalga Ekosistem Terumbu Karang Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten. Kabupaten Aceh Selatan dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Indeks Keseragaman Makroalga Ekosistem Terumbu Karang Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan No Nama Ilmiah Pi Pi2 Ln Pi Pi Ln Pi Individu (ni/n) (ni/n)2 H' E 1 Caulerpa taxifolia 178 0,1687-1,7795-0,3002 0,0285 1,9916 0,8306 2 Boergesenia forbesii 84 0,0796-2,5305-0,2015 0,0063 3 Turbinaria ornate 100 0,0948-2,3561-0,2233 0,0090 4 Padina australis 63 0,0597-2,8182-0,1683 0,0036 5 Halimeda micronesica 35 0,0332-3,4059-0,1130 0,0011 6 Galaxaura divaricata 7 0,0066-5,0154-0,0333 0,00004 7 Galaxaura rugosa 1 0,0055-5,1985-0,0287 0,000031 8 Asparagopsis taxiformis 4 0,0038-5,5750-0,0211 0,00001 9 Gelidiella acerosa 119 0,1128-2,1822-0,2461 0,0127 10 Sargassum cristaefolium 181 0,1716-1,7628-0,3024 0,0294 11 Chaetomorpha spiralis 285 0,2701-1,3088-0,3536 0,0730 Jumlah 1055 1,0065-33,9329-1,9916 0,1637 Berdasarkan Tabel 3 di atas, nilai indeks keseragaman makroalga ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan adalah 0,8306. Jika dicocokkan dengan kriteria indeks keseragaman Eveness, yaitu berkisar antara 0,76 E 0,95, maka keseragaman makroalga tergolong hampir merata. Hal ini disebabkan karena kondisi habitat yang cocok untuk masing-masing spesies dan sumber makanan juga tersedia di kawasan tersebut. Indeks Dominansi Makroalga Nilai indeks dominansi makroalga ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Indeks Dominansi Makroalga Ekosistem Terumbu Karang Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan No Nama Ilmiah Pi Pi2 Ln Pi Pi Ln Pi Individu (ni/n) (ni/n)2 H' E C 1 Caulerpa taxifolia 178 0,1687-1,7795-0,3002 0,0285 1,9916 0,8306 2 Boergesenia forbesii 84 0,0796-2,5305-0,2015 0,0063 3 Turbinaria ornate 100 0,0948-2,3561-0,2233 0,0090 4 Padina australis 63 0,0597-2,8182-0,1683 0,0036 5 Halimeda micronesica 35 0,0332-3,4059-0,1130 0,0011 6 Galaxaura divaricata 7 0,0066-5,0154-0,0333 0,00004 7 Galaxaura rugosa 1 0,0055-5,1985-0,0287 0,000031 8 Asparagopsis taxiformis 4 0,0038-5,5750-0,0211 0,00001 9 Gelidiella acerosa 119 0,1128-2,1822-0,2461 0,0127 10 Sargassum cristaefolium 181 0,1716-1,7628-0,3024 0,0294 11 Chaetomorpha spiralis 285 0,2701-1,3088-0,3536 0,0730 0,07298 Jumlah 1055 1,0065-33,9329-1,9916 0,1637 Berdasarkan Tabel 4 di atas, nilai indeks dominansi makroalga ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan diperoleh hasil 0,07298. Jika dicocokkan dengan criteria indeks dominansi Simpson, yaitu berkisar antara 0,76 E 0,95, maka indeks dominansi makroalga tergolong rendah. Rendahnya indeks dominansi karena pada kawasan tersebut karena memiliki indeks keanekaragaman dan keseragaman yang sedang, sehingga tidak ada spesies yang paling mendominansi. Sedangkan indeks dominansi menurut Maguran, adalah tidak ada spesies makroalga yang mendominansi pada ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan. 241

Soraya Ulfah, Dkk. Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisikkimia perairan pada masing-masing titik pengamatan di ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Parameter Fisik-Kimia Ekosistem Terumbu Karang Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan Parameter Fisik-Kimia Prerairan No Lokasi Kecerahan (%) / Suhu ( C) Salinitas (%ₒ) Ph kedalaman (cm) 1 Titik I 30 30-32 8,22 100% / 10-40 cm 2 Titik II 25 32-35 8,18 100% / 5-10 cm 3 Titik III 28 32 8,13 100% / 7-12 cm 4 Titik IV 28 32 8,14 100% / 5-15 cm Berdasarkan data di atas, suhu perairan berkisar antar 25-30 C. Menurut Luning (1990), bahwa temperatur optimal untuk pertumbuhan alga yaitu berkisar 15-30 C untuk alga yang hidup didaerah tropis. Salinitas perairan berkisar antara 30-35 % o. Menurut Luning (1990), makroalga umumnya hidup di laut dengan salinitas antara 30-32. ph perairan berkisar antara 8,13-8,22. Menurut Amiluddin (2007), hampir semua alga dapat hidup pada kisaran ph 6,8-9,6, sehingga ph tidak menjadi masalah bagi pertumbuhannya Adapun kecerahan air di ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang adalah 100% dengan kedalaman berkisar antara 5-40 cm. Menurut Atmadja (1988); Lingga (2015) makroalga dapat tumbuh di kedalaman perairan 1-200 m tetapi kehadiran spesiesnya banyak dijumpai di paparan terumbu karang pada kedalaman 1-5 m. Berdasarkan hasil penelitian pada masingmasing titik pengamatan di ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan jenis substrat yang ditempati maroalga dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Jenis Substrat yang Ditempati Makroalga Ekosistem Terumbu Karang Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan No Nama Jumlah Kehadiran Disetiap Plot Nama Ilmiah Pasir Batu Berpasir Pasir Berbatu Batu karang 1 Caulerpa taxifolia 2 Boergesenia forbesii 3 Turbinaria ornate 4 Padina australis 5 Halimeda micronesica 6 Galaxaura rugosa 7 Galaxaura divaricata 8 Asparagopsis taxiformis 9 Gelidiella acerosa 10 Sargassum cristaefolium 11 Chaetomorpha spiralis Berdasarkan Tabel 6 di atas, jenis substrat yang ditempati oleh makroalga pada penelitian ini, yaitu berupa pasir, batu berpasir, pasir berbatu dan batu karang. Spesies makroalga yang menempati substrat pasir, yaitu Caulerpa taxifolia. Hal ini disebabkan karena struktur holdfast dari Caulerpa taxifolia berbentuk menyerupai serabut dan stolon yang menjalar. Menurut Devinta R (2011), makroalga ini tumbuh dengan akar menancap menyerupai serabut pada substrat berpasir. 242

Struktur Komunitas Makroalga Ekosistem Terumbu Karang Perairan Pantai Air Berudang Kabupaten. Spesies makroalga yang menempati substrat pasir berbatu, yaitu Halimeda micronesica. Hal ini disebabkan karena makroalga ini mempunyai struktur holdfast berbentuk menyerupai serabut. Menurut Alfian P (2013), morfologi holdfast Halimeda micronesica menyerupai kumpulan akar serabut yang mampu melekat pada substrat keras maupun partikel pasir. Spesies makroalga yang menempati substrat batu berpasir, yaitu Boergesenia forbesii, Padina australis, Sargassum cristaefolium, dan Chaetomorpha spiralis. Hal ini disebabkan karena makroalga ini mempunyai struktur holdfast berbentuk cakram. Menurut Marcel (2015), morfologi holdfast pada Padina australis berbentuk cakram kecil. Menurut Dwi (2012) holdfast Sargassum cristaefolium berbentuk cakram. Spesies makroalga yang menempati substrat batu karang, yaitu Gelidiella acerosa, Sargassum cristaefolium, Chaetomorpha spiralis, Turbinaria ornate, Galaxaura rugosa, dan Asparagopsis taxiformis. Hal ini disebabkan karena morfologi holdfast masing-masing DAFTAR PUSTAKA Alfian Palallo, 2013, Distribusi Makroalga pada Ekosistem Lamun Dan Terumbu Karang Di Pulau Bonebatang, Kecamatan Ujung Tanah, Kelurahan Barrang Lompo Makassar (Skripsi), Makassar, Program Studi Ilmu Kelautan. Bordeeseo, diakses tanggal 18 Juli 2016, dari situs http://ok-review.com/pengertianindeks-nilai-penting/ Devinta Rocana, 2011, Serapan Hara N, P, K oleh Tanaman Padi dengan Pengelolaan Kadar Lengas dan Organik pada Tanah Vertisol, Skripsi, Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Dwi Sunu Widyartini, et al., Keanekaragaman Morfologi Rumput Laut Sargassum Dari Pantai Permisan Cilacap Dan Potensi Sumberdaya Alginatnya Untuk Industri, Prosiding Seminar Nasional, November 2012. spesies benrentuk cakram pendek yang menancap langsung disubstrat tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Marnix L.D (2011), holdfast Turbinaria ornate berbentuk cakram. Substrat yang paling banyak ditempati makroalga pada ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan adalah batu karang. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Struktur komunitas makroalga ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan berdasarkan beberapa indeks ekologis tergolong baik berdasarkan indeks nilai penting, indeks kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dan indeks dominansi. 2. Substrat yang ditempati oleh makroalga ekosistem terumbu karang perairan Pantai Air Berudang Kabupaten Aceh Selatan yaitu berupa pasir, pasir berbatu, batu berpasir dan batu karang. Fachrul M.F., 2007, Metode Sampling Bioekologi, Jakarta: Bumi Aksara. Lingga Klana, et al, 2015, Struktur Komunitas Makroalga Di Perairan Pulau Dompak Artikel, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Marcel Alveri Adis, Biodiversity Warriors, March 2015, diakses tanggal 1 Agustus 2016 melalui situs http://www.biodiversitywarriors.org/padin a-australis.html S. Marnix L.D. Langoy, Deskripsi Alga Makro Di Taman Wisata Alam Batu Putih, Kota Bitung, Jurnal Ilmiah Sains, Vol. 11, No. 2, Oktober 2011 Saleh Papalia dan Hairati Arfah, Desember 2013, Produktivitas Biomasa Makroalga Di Perairan Pulau Ambalau, Kabupaten 243

Soraya Ulfah, Dkk. Buru Selatan, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2. Sukiman, et al., Agustus 2014, Keanekaragaman Dan Distribusi Spesies Makroalga Di Wilayah Sekotong Lombok Barat, Jurnal Penelitian UNRAM, Vol. 18, No. 2. Unpad, diakses tanggal 18 Juli 2016, diakses dari situs http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/20 09/230110090081_3_1614.pdf. Zoer aini Djamal Irwan, 2012, Prinsip-prinsip Ekologi, Jakarta: Bumi Akasara. 244