BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah luput dari permasalahan ekonomi. Dengan situasi yang cepat berubah, masyarakat memanfaatkan fasilitas yang telah beredar yaitu jasa perbankan yang dapat mempermudah segala kegiatan ekonomi masyarakat. Menurut UU No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. (Wikipedia 2017) Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak debitur dengan pihak kreditur serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar transaksi pembayaran dan mempunyai peran sebagai pelaksanaan kebijakan moneter, sehingga diperlukan perbankan yang berkinerja dengan baik, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan. Penyaluran kredit sangat penting bagi bank karena besarnya penyaluran kredit yang diberikan kepada masyarakat 1
2 berpengaruh terhadap pendapatan bank. Pendapatan bank sebagian besarnya berasal dari penyaluran kredit. Sebagian besar bank di Indonesia masih mengandalkan kredit sebagai pendapatan utama untuk membiayai kegiatan operasional bank tersebut. Penyaluran kredit juga sangat penting bagi masyarakat karena semakin meningkatnya pemberian kredit yang diberikan kepada masyarakat oleh bank, maka dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyaluran kredit modal kerja (KMK) juga dapat digunakan untuk membantu keperluan meningkatkan proses produksi didalam suatu perusahaan atau usaha rakyat dalam kegiatan operasionalnya. Menuurut Kasmir (2012:77) Kredit modal kerja memiliki jangka waktu yang terbilang pendek yaitu tidak lebih dari 1 (satu) tahun dari masa permintaan kredit. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Saryadi (2013), menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kredit investasi dan kredit modal kerja perbankan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), capital adequacy ratio (CAR),non-performing loan (NPL), return on asset (ROA), loan to deposit ratio (LDR), dan suku bunga SBI. Dana simpanan atau sering disebut sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK) digunakan sebagai penanaman modal awal untuk penyaluran kredit dan masyarakat melakukan kredit dari bank untuk segala kebutuhan masyarakat maupun kebutuhan modal usaha. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mempengaruhi besar kecilnya penyaluran kredit kepada masyarakat. Semakin besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun maka semakin besar pula kredit yang dapat disalurkan.
3 Yuda & Meiranto (2010) serta Saryadi (2013) menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal, menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko yang timbul sehingga berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Menurut Aini (2013). Bertambah tingginya nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin besar pula sumber finansial yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha dan mengantisipasi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Penelitian mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR) dilakukan oleh Pradana & Sampurno (2013) serta Oktaviani & Pangestuti (2012) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Tetapi pernyataan tersebut berbeda dengan Sari (2013) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Tingginya nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) akan meningkatkan pemberian kredit kepada masyarakat. Dalam melakukan kredit maka masyarakat harus melakukan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh masing-masing bank maupun lembaga keuangan bukan bank. Terkait dengan persyaratan tersebut, maka ada kesepakatan yang telah disetujui oleh pihak perbankan dan debitur (seseorang yang melakukan kredit atau berhutang) mengenai batas waktu pembayaran. Ketika debitur mendapat kesulitan dalam melakukan pengembaliannya dan mengalami gangguan terhadap usahanya maka akan timbul kredit bermasalah yang dapat dilihat dengan rasio Non-Performing Loan (NPL).
4 Semakin rendah rasio Non-Performing Loan (NPL), maka akan semakin rendah tingkat kredit bermasalah yang terjadi dan menunjukkan bahwa kondisi dari bank tersebut baik Menurut Diyanti dan Widyarti (2012), maka rendahnya Non- Performing Loan (NPL) dapat meningkatkan pemberian kredit kepada masyarakat. Didalam penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Sari (2013) dan oleh Yuda & Meiranto (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat Non- Performing Loan (NPL), maka akan menurunkan kredit yang disalurkan dan penelitian ini menyatakan bahwa Non-Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit perbankan. Menurut Aini (2013 Hal 105) kredit bermasalah didefinisikan sebagai risiko yang berkaitan dengan kemungkinan debitur gagal membayar kewajibannya atau melunasi hutangnya. Keadaan seperti itu akan berdampak terhadap simpanan bank dan akan mempengaruhi pendapatan bank atau profitabilitas bank. Menurut Narayana (2013) profitabilitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Tingkat profitabilitas mencerminkan efisiensi yang dicapai lembaga keuangan, semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi penggunaan modal oleh lembaga keuangan,putri (2011). Arimi dan Mahfud (2012) mengatakan bahwa profitabilitas yang digunakan adalah Return On Asset (ROA) karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingginya rasio Return On Asset (ROA) pada bank maka profitabilitas bank akan meningkat dan jumlah kredit yang akan disalurkan kepada masyarakat juga meningkat. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuda & Meiranto (2010) menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan. Namun Oktaviani &
5 Pangestuti (2012) berpendapat bahwa Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap kredit perbankan. Didalam penyaluran kredit modal kerja, Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu faktor bagi bank untuk menentukan seberapa besar jumlah kredit yang akan disalurkan kepada masyarakat. Rasio ini menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan debitur dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya Menurut Pradana dan Sampurno (2013). Menurut Narayana (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan semakin banyak dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan akan meningkatkan pendapatan berupa bunga yang diterima. Standar Loan to Deposit Ratio (LDR) yang aman menurut Bank Indonesia adalah berkisar antara 85 persen < LDR <100 persen atau LDR < 50 persen. Didalam hasil penelitian yang telah terdahulu menyatakan bahwa kegiatan dalam manajemen perbankan dalam mengurangi risiko kredit bermasalah adalah melakukan alternatif investasi yaitu dengan cara penempatan dana pada SBI yang memiliki risiko paling rendah. Menurut Oktaviani & Pangestuti, (2012 hal 235). Saryadi (2013) mengatakan bahwa sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Adanya perbedaan pendapat mengenai SBI yang dikemukakan Anggrahini dalam jurnal Saryadi (2013) yang menyimpulkan bahwa SBI berpengaruh positif terhadap kredit perbankan sedangkan Oktaviani & Pangestuti (2012) menunjukkan bahwa SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit. Dalam berbagai penelitian Oktaviani dan Pangestuti, (2012) masih menunjukkan temuan yang tidak konsisten, sehingga penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut untuk menganalisis
6 pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), capital adequacy ratio (CAR), nonperforming loan (NPL), return on asset (ROA), suku bunga SBI terhadap kredit perbankan serta menambahkan variable loan to deposit ratio (LDR) untuk diteliti. Dibawah ini dapat dilihat perkembangan Rasio Keuangan pada PT. Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2012-2016. Tabel Rasio Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia periode 2012-2016 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 1-Mar-12 1-Jul-12 1-Nov-12 1-Mar-13 1-Jul-13 1-Nov-13 1-Mar-14 1-Jul-14 1-Nov-14 1-Mar-15 1-Jul-15 1-Nov-15 1-Mar-16 1-Jul-16 Axis Title 1-Nov-16 CAR ROA NPL LDR SBI Sumber : data olahan laporan keuangan PT Bank Rakyat Indonesia. (2016) Kurva di atas menunjukan bahwa Aktivitas Rasio Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tahun 2012-2016 pada Rasio LDR (Loan to Deposit Rasio) menunjukan kestabilan yang tidak mengakibatkan penurunan yang signifikan pada rasio LDR, Rasio CAR, ROA, NPL, SBI menunjukan aktifitas rasio keuangan yang stabil. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Berdiri sejak 16 Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah. Sebagai bank komersial tertua, BRI konsisten memberikan pelayanan kepada segmen mikro, kecil dan menengah (MKM) dan
7 hingga saat ini BRI tetap mampu menjaga komitmen tersebut di tengah kompetisi industri perbankan Indonesia. Pemegang saham mayoritas BRI adalah Pemerintah Republik Indonesia dengan jumlah kepemilikan saham mencapai 56,75%, sementara sisanya sebesar 43,25% dimiliki oleh pemegang saham publik. Dukungan pengalaman dan kemampuan yang matang di dalam memberikan layanan perbankan, terutama pada segmen MKM, membuat BRI mampu mencatat prestasi selama 8 tahun berturut-turut sebagai bank dengan laba terbesar dan berhasil menduduki peringkat kedua dalam hal aset di antara industri perbankan Indonesia. Keberhasilan ini adalah hasil kerja keras segenap insan BRI yang secara terus menerus berinovasi dan mengembangkan produk dan jasa perbankan bagi semua segmen bisnis. Dengan reputasinya sebagai penyedia layanan microbanking yang telah mengakar di tengah masyarakat Indonesia, BRI senantiasa mengembangkan layanannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. BRI terus berupaya menyelaraskan perkembangan bisnisnya dengan perkembangan demografi masyarakat yang merambah ke wilayah perkotaan, yang ditandai dengan munculnya sentra ekonomi baru di seluruh wilayah Indonesia. Selain fokus pada segmen MKM, BRI juga terus mengembangkan berbagai produk consumer banking dan layanan institusional bagi masyarakat perkotaan. Untuk mendukung upaya tersebut, BRI terus mengembangkan jaringan kerja sehingga kini tercatat sebagai bank terbesar dalam hal jumlah unit kerja di Indonesia, yaitu berjumlah 9.052 unit kerja termasuk 3 unit kerja luar negeri, yang seluruhnya terhubung secara real time online.
8 Berlandaskan pada prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, BRI telah menerapkan kebijakan kredit yang prudent tanpa mengabaikan prospek bisnis yang menjanjikan sehingga menghasilkan pertumbuhan aset yang berkualitas. Pertumbuhan tersebut didukung oleh dana pihak ketiga, non-performing loan (NPL), return on asset (ROA), loan to deposit ratio (LDR), dan suku bunga SBI yang berhasil tumbuh dengan struktur yang sehat, tercermin dari dominasi sumber dana murah yang mencapai sekitar 60% dari total dana pihak ketiga. Di tengah semakin agresifnya kompetisi di industri perbankan, BRI tetap mampu mempertahan kan kapasitasnya baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari penerapan prinsip tata kelola yang baik seiring dengan inovasi produk dan layanan sehingga mendukung kemampuan BRI untuk mempertahankan dan mengembangkan basis nasabah yang loyal. Adapun diagram hasil kinerja operasional PT. Bank Rakyat Indonesia pada periode tahun 2012-2016 sebagai berikut : Sumber: laporan keuangan Bank Rakyat Indonesia
9 Diagram diatas menunjukan bahwa pada PT. Bank Rakyat Indonesia pada periode tahun 2012-2016 menunjukan peningkatan pada Asset dan Kredit. Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong penulis untuk melakukan pengujian kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Penyaluran Kredit Modal Kerja pada bank BRI (Persero) Tbk. Adapun faktor- faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), capital adequacy ratio (CAR), non-performing loan (NPL), return on asset (ROA), loan to deposit ratio (LDR), dan suku bunga SBI. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah data periode penelitian yaitu dalam penelitian ini menggunakan data time series triwulan, dari triwulan I tahun 2012 sampai dengan triwulan IV tahun 2016, obyek dalam penelitian ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia. Berdasarkan uraian diatas maka judul dalam penelitian ini adalah: Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Suku Bunga Serifikat Bank Indonesia terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja pada PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Periode 2012-2016.
10 B. Rumusan Masalah Berbagai macam faktor yang berpengaruh terhadap CAR antara lain adalah faktor likuiditas dan profitabilitas yang tertuang dalam rasio-rasio keuangan, dimana rasio tersebut diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kesehatan bank dari segi capital terutama rasio profitabilitas ROA dan rasio likuiditas LDR. Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI? 2. Apakah loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI? 3. Apakah non-performing loan (NPL) berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI? 4. Apakah return on asset (ROA) berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI? 5. Apakah suku bunga SBI berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI?
11 C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka permasalahan pada penelitian ini harus dibatasi agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas. Untuk itu batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dibatasi pada variabel bebas Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Suku Bunga Serifikat Bank Indonesia, sedangkan variabel terikat yaitu Kredit Modal Kerja tanpa membahas factor-faktor lain yang juga mempengaruhi Kredit Modal Kerja. 2. Penelitian dibatasi pada studi kasus PT Bank Rakyat Indonesia yang memiliki laporan keuangan tahunan yang lengkap dari tahun 2012-2016. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI. 2. Menganalisis pengaruh non-performing loan (NPL) terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI. 3. Menganalisis pengaruh return on asset (ROA) terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI. 4. Menganalisis pengaruh loan to deposit ratio (LDR) terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI.
12 5. Menganalisis pengaruh suku bunga SBI terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI. E. Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat daari penulisan proposal penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan khususnya manajemen keuangan bank. 2. Bagi manajemen dan Investor Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan selanjutnya dan pentingnya mengetahui faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI secara signifikan. 3. Bagi Masyarakat Umum dan Nasabah Sebagai bahan informasi pada masyarakat untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja pada bank BRI sehingga akan lebih meyakinkan masyarakat untuk menggunakan jasa dari bank tersebut. 4. Bagi Civitas Akademika Sebagai bahan informasi yang diperlukan dan perbandingan bagi penelitian di masa yang akan datang.
14