Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

S K R I P S I. Diajukan Oleh: WARDATUL HAYUNI NIM Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

SMP NEGERI 3 MENGGALA

Penting Bagi Kehidupan, Harusnya Mangrove Tidak Dirusak

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Area. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan satu kesatuan

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

Informasi singkat tentang jenis primata baru khas Sumatera. Orangutan Tapanuli. Pongo tapanuliensis. Jantan dewasa Orangutan Tapanuli Tim Laman

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

Gajah Liar Ini Mati Meski Sudah Diobati

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada usia dini anak mengalami masa keemasan yang merupakan masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

West Kalimantan Community Carbon Pools

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

Hutan rawa Tripa sebagai Habitat Orangutan Sumatera: Ancaman dan Peluang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul Kamal 2) dan Nafisah Hanim 3) 1,2,3) Program Studi Pendidikan Biologi FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh Email: wardatulhayuni95@gmail.com ABSTRAK Hutan Rawa Tripa merupakan salah satu hutan yang terletak di pesisir pantai barat aceh dan termasuk Kawasan Ekosistem Lauser. Ancaman terbesar terhadap Hutan Rawa Tripa disebabkan oleh fragmentasi yaitu, pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian, perkebunan, dan areal penggunaan lainnya. Fragmentasi hutan Rawa Tripa menyebabkan hilangnya habitat satwaliar khususnya orangutan Sumatera ( Pongo abelii) sehingga memaksa mereka masuk ke dalam areal perkebunan masyarakat dan memicu konflik antara manusia dengan orangutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebebasan fragmentasi habitat orangutan sumatera (Pongo abelii) di Hutan Rawa Tripa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya, dengan menggunakan teknik Pembagian angket dan wawancara terhadap masyarakat dan LSM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa persepsi masyarakat tentang fragmentasi habitat orangutan sumatera (Pongo abelii) tergolong Baik. Masyarakat mengetahui bahwa fragmentasi habitat menyebabkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan orangutan, penurunan populasi orangutan, hilangnya tingkat keanekaragaman vegetasi hutan serta kehilangan hasil alam. Kata Kunci: Persepsi Masyarakat, Fragmentasi Habitat, Orangutan, Hutan Rawa Tripa. PENDAHULUAN rangutan (Pongo sp.) merupakan primata endemik yang hanya terdapat di Indonesia. Primata ini termasuk dalam famili Pongidae yang memiliki hubungan kekerabatan dengan tiga kera besar lainnya yaitu bonobo afrika ( Pan paniscus), simpanse (Pan troglodytes), dan gorila ( Pan gorilla). Orangutan di Indonesia hanya memiliki dua spesies, yaitu orangutan kalimantan ( Pongo pygmaeus) dan orangutan sumatera ( Pongo abelii). Orangutan sumatera ( Pongo abelii) hanya terdapat di Pulau Sumatera khususnya bagian utara Pulau Sumatera, seperti Hutan Rawa Tripa. Hutan Rawa Tripa terletak di pesisir pantai barat Aceh. Kawasan ini termasuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Hutan Rawa Tripa terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh. Hutan Rawa Tripa merupakan habitat alami bagi orangutan, walaupun jumlah populasi orangutan pada lokasi tersebut belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan masih terdapat beberapa orangutan yang masih hidup. Populasi orangutan yang terdapat di Hutan Rawa Tripa terus mengalami penurunan, sehingga menyebabkan orangutan sumatera dimasukkan ke dalam satwa yang dilindungi. Tahun 2000 Red List IUCN ( International Union for Conservation of Nature) memasukkan orangutan sumatera dalam kategori critical endangered species yaitu spesies yang berada pada titik kritis atau terancam punah. Selain itu, orangutan juga dilindungi oleh Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 233 Tahun 1931, Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Penurunan populasi orangutan secara garis besar terjadi karena fragmentasi habitat. Habitat asli orangutan dieksploitasi dan dialihfungsikan 68

Persepsi Masyarakat Terhadap Kebebasan Fragmentasi Habitat Orangutan... secara besar-besaran menjadi kawasan perkebunan dan areal penggunaan lainnya. Orangutan merupakan satwa liar yang siklus hidupnya memiliki ketergantungan dengan habitat, apabila habitat orangutan rusak akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas dan kuantitas populasi orangutan itu sendiri. Menurut studi ICRAF, luas hutan Rawa Tripa yang merupakan habitat orangutan pada tahun 1990 adalah 67.000 ha, namun hingga tahun 2009 luas hutan yang tersisa hanya 19.000 ha, sementara luas lahan perkebunan sawit (baik perkebunan besar dan perkebunan masyarakat) meningkat drastis dari 941 ha di tahun 1990 hingga 38.568 ha. di tahun 2009. Laju fragmentasi di hutan Rawa Tripa pada tahun 2005-2009 saja tercatat sebesar 14.15%. Fragmentasi habitat orangutan menjadi areal perkebunan dapat mengancam keberadaan orangutan, karena hilangnya habitat, pohon pakan dan pohon tempat bersarang. METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Nagan Raya, Kecamatan Darul Makmur, Gampong Blang Luah dan Kuala Seumayam dan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kecamatan Babahrot, Gampong Ie Mirah dan Rukon Damee. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari 2017. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pembagian angket dan wawancara. Pembagian angket diberikan kepada 10 orang responden di setiap gampong dengan kriteria umur 18 tahun ke atas baik itu laki-laki atau perempuan. Wawancara dilakukan secara semi berstruktur kepada responden kunci ( key informan), yaitu tokoh masyarakat gampong, tokoh seunebok dan LSM terkait seperti, KPH IV( Kesatuan Pengelola Wilayah Hutan IV), YEL (Yayasan Ekosistem Lestari) dan SOCP (Sumatera Orangutan Conservation Programme). Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kebebasan fragmentasi habitat orangutan dilakukan analisis data angket menggunakan rumus index persen. Rumus index = x 100 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase persepsi masyarakat terhadap kebebasan fragmentasi habitat orangutan sumatera ( Pongo abelii) dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Persentase Persepsi Masyarakat Terhadap Kebebasan Fragmentasi Habitat Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Keberadaan Orangutan dan Hutan Rawa Tripa tentang keberadaan orangutan dan hutan Rawa Tripa tergolong Baik, dengan persentase 74% Nagan Raya dan 73% Aceh Barat Daya (Gambar 1). 69

Wardatul Hayuni, Dkk Masyarakat Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya mengetahui dengan baik tentang keberadaan orangutan dan hutan Rawa Tripa. Pengetahuan itu di dapat berdasarkan pengalaman masyarakat langsung ketika berkebun atau masyarakat pernah bertemu langsung dengan satwa langka endemik yaitu orangutan. Hutan Rawa Tripa menurut masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya merupakan hutan yang memiliki hasil alam yang sangat beragam, seperti keanekaragaman flora, fauna dan memiliki satwa langka yaitu orangutan. Faktanya, kondisi hutan Rawa Tripa saat ini telah tergantikan dengan tumbuhan kelapa sawit. Luas hutan yang tersisa di Rawa Tripa saat ini diperkirakan sekitar 31.410 Ha atau sekitar 51% dari luas hutan yang ada sejak awal, sebelum aktivitas perkebunan dimulai. Data menunjukkan bahwa 17.800 Ha areal ini telah ditanami kelapa sawit oleh konsesi perkebunan sawit, sedangkan sekitar 12.573 ha merupakan areal penggunan lainnya. Dengan informasi ini, diperkirakan sisa hutan tersebut akan musnah dalam kurun waktu 5 tahun kedepan jika aktivitas pengrusakan hutan tidak segera dihentikan (Wahyudi, 2010). Pemahaman Masyarakat tentang Manfaat Hutan Rawa Tripa menjukan bahwa tingkat pemahaman masyarakat manfaat hutan Rawa Tripa tergolong Cukup Baik, dengan persentase Nagan Raya dan Aceh Barat Daya 65.2%. (Gambar 1). Hutan Rawa Tripa memiliki tumbuhan dan hewan yang beragam. Pernyataan tersebut didukung oleh Hesti L Tata, yang menyatakan bahwa Hutan Rawa Tripa memiliki kekayaan jenis pohon relatif tinggi, yaitu 92 jenis dalam plot seluas 4,6 ha, dengan index keragaman jenis (Shannon Wiener index) sebesar 3,61. Sebagian besar jenis (73,9%) yang dijumpai dalam petak contoh adalah jenis pakan orangutan seperti: Eugenia jambos, E. curtisii, Litsea cubeba, Ficus fistulosa, dan Camnosperma coriaceum. Manfaat Hutan Rawa Tripa telah beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Masyarakat beranggapan bahwa konversi hutan Rawa Tripa menjadi lahan perkebunan kelapa sawit lebih menguntungkan di bandingkan hutan Rawa Tripa itu sendiri, karena perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Konflik Orangutan dengan Masyarakat Hutan Rawa Tripa tentang konflik orangutan dengan masyarakat hutan Rawa Tripa tergolong Kurang Baik, dengan persentase Nagan Raya 52.5% dan Aceh Barat Daya 53%. (Gambar 1). Konflik antara orangutan dengan masyarakat hutan Rawa Tripa berawal dari alihfungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Masyarakat menjelaskan bahwa masyarakat merasa dirugikan dengan kehadiran orangutan, karena keberadaan orangutan mengganggu tanaman masyarakat. Tanaman masyarakat yang diganggu oleh orangutan khususnya kabupaten Aceh Barat Daya adalah tanaman sayur (seperti; kacang panjan g, timus labu dan lain-lain) serta kelapa sawit, sehingga keberadaan orangutan dianggap hama oleh masyarakat. Hesti L Tata mengatakan bahwa, Populasi satwa liar menurun dengan drastis karena hutan yang tersisa tidak dapat menyediakan tempat perlindungan dan mendukung kehidupan satwa liar. Satwa liar menjadi stress, kelaparan dan mati karena tidak mendapatkan cukup makanan dan tidak cukup ruang bagi rumah nya. Orangutan akan mudah ditangkap, dibunuh dan diperjualbelikan dalam perdagangan gelap. Fragmentasi Habitat Orangutan 70

Persepsi Masyarakat Terhadap Kebebasan Fragmentasi Habitat Orangutan... tentang fragmentasi habitat Orangutan tergolong Baik, dengan persentase Nagan Raya 72.3% dan Aceh Barat Daya 77,5%. (Gambar 1). Fragmentasi habitat yang terjadi di hutan Rawa Tripa menyebabkan hilangnya flora dan fauna, sehingga mengakibatkan terjadinya konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut sesuai dengan persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa hampir seluruh kawasan hutan Rawa Tripa telah dialihfungsikan menjadi perkebunan sehingga tidak ada ruang bagi orangutan untuk melakukan pergerakan. Pembukaan lahan hutan menjadi areal perkebunan mengancam keberadaan orangutan, karena hilangnya habitat, pohon pakan dan pohon tempat bersarang. Ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup orangutan adalah hilangnya habitat terutama karena konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, degradasi dan fragmentasi habitat akibat penebangan kayu hutan (Hesti L.Tata). Dampak Alihfungsi Hutan terhadap dampak alihfungsi hutan Rawa Tripa tergolong Baik, dengan persentase Nagan Raya 74% dan Aceh Barat Daya 76%. (Gambar 1). Kebakaran hutan beberapa tahun silam yang terjadi di hutan Rawa Tripa menyebabkan terjadinya penurunan populasi orangutan. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat di kabupaten Aceh Barat Daya, jumlah populasi orangutan saat ini yang terlihat hanya 3 ekor sedangkan untuk kabupaten Nagan Raya masyarakat hanya meilihat 1 ekor. Hal tersebut merupakan dampak alihfungsi hutan, sehingga orangutan semakin lama akan punah, akibat tidak adanya habitat yang mendukung seperti keberadaan pohon pakan. Hesti L Tata menyatakan bahwa jumlah populasi orangutan di dalam hutan Rawa Tripa ini tidak diketahui jumlahnya secara pasti, diperkirakan masih ada beberapa orangutan yang masih hidu. pengamatan di lapangan yang dilakukan pada bulan April 2010, masih dijumpai orangutan jantan dewasa dan sarangnya. Dampak alihfungsi hutan juga menyebabkan terjadinya banjir di beberapa kawasan. Hal tersebut terjadi karena pohon kelapa sawit tidak dapat menyerap air dengan baik dibandingkan hutan primer. Konservasi Orangutan terhadap konservasi orangutan tergolong Cukup Baik, dengan persentase Nagan Raya 63% dan Aceh Barat Daya 61%. (Gambar 1). Masyarakat mengganggap bahwa orangutan itu memiliki manfaat dan perlu dilestarikan. Orangutan memiliki manfaat sebagai penyeimbang ekosistem hutan. Akan tetapi, bagi masyarakat yang dirugikan dengan kehadiran orangutan, mereka menganggap bahwa orangutan tidak perlu di lestarikan. Karena dapat mengganggu perkebunan dan tidak memiliki manfaat. Pernyataan masyarakat yang mengatakan bahwa orangutan tidak memiliki manfaat tidak sesuai dengan teori yang di katakana oleh Wich bahwa orangutan memiliki peran aktif dalam perkecambahan biji, apabila orangutan sudah tidak ada, maka akibatnya terjadi pengurangan cadangan karbon di hutan, karena jenis pohon besar unggulan juga cenderung memiliki kayu yang lebih padat, yang menyimpan lebih banyak karbon. Orangutan merupakan satwa liar yang makanan utamanya adalah buah-buahan, termasuk beberapa di antaranya berisi biji besar yang hanya beberapa spesies saja yang dapat mengkonsumsinya, dan akhirnya menyebarkan biji-biji tersebut di wilayah yang luas. KESIMPULAN Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa persepsi masyarakat tentang fragmentasi habitat orangutan sumatera ( Pongo abelii) tergolong Baik. Masyarakat mengetahui bahwa fragmentasi habitat menyebabkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan 71

Wardatul Hayuni, Dkk orangutan, penurunan populasi orangutan, hilangnya tingkat keanekaragaman vegetasi hutan serta kehilangan hasil alam. DAFTAR PUSTAKA Hesti L Tata, dkk., Hutan Rawa Tripa Sebagai Habitat Orangutan Sumatera: Ancaman dan Peluang, World Agroforestry Centre (ICRAF). Purwadi, 2010, Karakteristik Habitat Preferensial Orangutan Pongo pygmaeus di Taman Nasional Sebangau, Bogor: Institut Pertanian Bogor. Wahyudi, 2010, Laporan Akhir Kampanya Penyelamatan Hutan Rawa Tripa- Pantai Barat Aceh, Medan: Yayasan Ekosistem Lestari. Wanda Kuswanda, 2014, Orangutan Batang Toru Kritis di Ambang Punah, Bogor: Forda Press. 72