BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. atas dasar harga berlaku triwulan terhadap triwulan tumbuh 5,01

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kinerja Keuangan PT. Telkom (Tbk) Sebelum dan Sesudah Launching Produk Indihome

BAB I PENDAHULUAN. 80% pengguna internet Indonesia adalah remaja berusia tahun. dengan total

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Agus Sugiono (2000) secara umum ada faktor-faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Telekomunikasi memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah dan efisien.

Assalamualaikum Wr Wb.

BAB I PENDAHULUAN. Telekomunikasi dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berikut grafik proyeksi tahun pengguna internet Indonesia keluaran APJII:

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globlisasi saat ini telekomunikasi dan informasi sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Profil Umum Perusahaan GAMBAR 1.1 Logo Telkom Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumber :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Di dalam bidang ekonomi sendiri, persaingan semakin ketat dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini cukup ketat dan kompleks. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu mengerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pelanggan yang dinamakan dengan FTTH (fiber to the home). Selain itu, Telkom IndiHome menggunakan kabel serat optik yang sebelumnya hanya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Indihome Sumber; indihome.co.id

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Objek Penelitian

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tidak dapat melayani semua pelanggan. Hal ini dikarenakan jumlah. menuntut untuk dilayani secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat taraf hidup manusia mempengaruhi gaya hidup yang dijalankan selain itu

BAB I PENDAHULUAN. serat optik (fiber optic), kabel koaksial (coaxial cable), satelit atau dengan koneksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

LAPORAN GELADI. Disusun Oleh: Frinza Marcelino Hasiholan

BAB 1 PENDAHULUAN. praktis, mudah, dan efisien meningkat. Kebutuhan pelanggan (user) yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini internet tidak hanya digunakan sebagai media bertukar

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi undang-undang telekomunikasi yang terjadi akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

BAB I LATAR BELAKANG. kebutuhan akan internet di Indonesia semakin bertambah dari tahun ketahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

Manfaat Teknologi Nirkabel bagi Masyarakat. Oleh : Harjoni Desky, S.Sos.I., M.Si Senin, 25 Oktober :26

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan internet kita bisa mengakses dan menemukan segala informasi di

BAB I PENDAHULUAN. PT. Telekomunikasi Indonesia atau yang sering dikenal oleh awam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan kebutuhan perkembangan teknologi informasi. Semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis manajemen..., Lestari Pragusvita, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT.Indosat Mega Media (Indosat M2) Gambar 1.1 Logo Indosat M2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Gambar 1.1 Sumber: Wifi.id (2015)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi telepon bergerak adalah penurunan pendapatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Telkom Akses

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang pesat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern seperti ini masyarakat mulai membutuhkan internet, internet

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian dunia ditandai oleh semakin

PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari perkembangan teknologi semakin canggih, terbukti bermunculan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pesat teknologi telekomunikasi dan informasi di penghujung

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengguna internet di Indonesia yang sudah mencapai 63 juta pada tahun

Ekonomi Digital Bukan Sekadar Langkah Strategis

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi salah satu kebutuhan utama. Pilihan-pilihan layanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang melalui UU No 36 tahun 1999tentang Telekomunikasi.

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Obyek Studi

I. PENDAHULUAN. tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi informasi,

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam era tersebut dengan berbekal soft skills, hard skills,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi dan internet ini

BAB I PENDAHULUAN. sehingga merambah ke banyak sektor. Internet adalah salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap anggotanya dalam melaksanakan aktivitasnya. Nilai tersebut mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi. Teknologi telekomunikasi. berkomunikasi, berikut perkembangan teknologi telekomunikasi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Para marketer dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Industri Televisi Berbayar Dunia. Televisi berbayar merupakan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

LAPORAN GELADI DIVISI MARKETING WITEL BALI UTARA

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, telekomunikasi memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan manusia. Melalui teknologi komunikasi, manusia dapat saling bertukar informasi dari jarak jauh dengan waktu yang relatif cepat dan efisien. Dengan perkembangan teknologi yang pesat dan kesadaran akan pentingnya mendapatkan informasi membuat banyak orang tertarik untuk menggunakan internet sebagai alternatif untuk dapat mengakses informasi dan melakukan aktivitas komunikasi. Industri telekomunikasi merupakan industri yang paling berkembang dan melibatkan banyak pihak, baik sebagai pelaku bisnis maupun tenaga kerja didalamnya. Keunikan telekomunikasi ialah konsepnya yang saling terhubung dan berkembang tanpa ada batasan. Sekarang ini, hampir seluruh daerah di Indonesia sudah memiliki fasilitas telekomunikasi, hanya saja di beberapa area belum tercover secara merata hingga pelosok, terutama di Indonesia bagian timur. Secara tidak langsung, ini menggambarkan tidak meratanya pengembangan infrastruktur internet di Indonesia dan ketersediaan layanan sambungan internet yang sama di setiap daerah di Indonesia. Padahal akses internet yang dimiliki dapat diandalkan di setiap daerah termasuk daerah pedesaan yang telah diidentifikasi sebagai faktor kunci untuk pembangunan. Menurut APJII (2015), pengguna internet Indonesia mendominasi di wilayah barat, khususnya Pulau Jawa. Gambaran ini juga merefleksikan ketidakmerataan kesejahteraan warga negara di Indonesia secara keseluruhan. Upaya pemerataan akses internet sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Program Pitalebar 2014-2019. Perhatian perlu ditujukan pula pada pengetahuan bahwa pembangunan infrastruktur internet bukan hanya menyangkut hak atas akses informasi, tapi juga berkaitan erat dengan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendidikan, dan pemberdayaan komunitas tertinggal. 1

2 Dalam waktu 10 tahun, internet semakin dikenal luas di kalangan masyarakat. Menurut APJII (2015), jumlah pengguna internet meningkat dengan sangat pesat. Hal ini terjadi beriringan dengan ekspansi kelas menengah, pertumbuhan ekonomi negara, dan proses demokratisasi. Kecenderungan peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah dan Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia (APJII, 2015) Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Pengguna Internet (Juta) (Juta) Penetrasi 2005 206,3 16,0 7,8% 2006 212,7 20,0 9,4% 2007 219,2 20,0 9,1% 2008 225,6 25,0 11,1% 2009 232,1 30,0 12,9% 2010 238,5 42,0 17,6% 2011 242,0 55,0 22,7% 2012 245,5 63,0 25,7% 2013 248,9 71,2 28,6% 2014 252,4 88,1 34,9% Berkaitan dengan itu, melalui Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019, Pemerintah menargetkan sebesar 30% populasi di perkotaan bisa menikmati internet broadband pada tahun 2019. Sementara di pedesaan, target penetrasi broadband akan mencapai 6%. Dari rencana pembangunan ini, Pemerintah mengharapkan harga layanan broadband dapat mencapai 5% dari total pendapatan per kapita. Artinya, ini menjadi peluang bagi bisnis dalam berbagai industri telekomunikasi. Sebanyak 54% dari penduduk DI Yogyakarta adalah pengguna internet. Konsumsi layanan internet yang sangat besar di DI Yogyakarta menjadi peluang yang baik untuk pertumbuhan industri layanan telekomunikasi. Penetrasi pengguna

3 internet di Provinsi DI Yogyakarta dan beberapa provinsi lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Jumlah dan Penetrasi Pengguna Internet di Pulau Jawa Tahun 2014 (APJII, 2015) Provinsi Jumlah Penduduk Jumlah Pengguna Internet (Juta) (Juta) Penetrasi DI Yogyakarta 3,70 2,0 54% Jawa Timur 39,03 12,1 31% Jawa Barat 45,55 16,4 36% Jawa Tengah 31,20 10,7 32% DKI Jakarta 33,43 5,6 56% Banten 11,78 3,3 28% Seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat sekarang ini, masyarakat membutuhkan akses informasi yang beragam, mudah, cepat, dan handal. Hal tersebut menjadi peluang serta tantangan bagi perusahaan layanan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Pesatnya perkembangan teknologi akses jaringan dan teknologi yang berbasis internet memungkinkan bagi perusahaan layanan untuk dapat menyediakan layanan yang beragam (multiservice) bagi pelanggannya yaitu layanan suara (telepon), data (internet) dan, gambar (IPTV) dalam satu jaringan akses atau dikenal dengan layanan triple play. Teknologi Fiber To The Home (FTTH) saat ini telah menjadi salah satu solusi untuk dapat memberikan layanan triple play di dalam satu infrastruktur yang praktis. Banyaknya penyedia jasa telekomunikasi dan persaingannya yang semakin ketat membuat salah satu perusahaan BUMN, yaitu PT Telkom Tbk melakukan inovasi untuk mengeluarkan produk terbaru yang menyediakan berbagai fasilitas komunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sektor telekomunikasi dengan menyediakan layanan bagi pelanggannya yaitu layanan suara (telepon), data (internet), dan gambar (IPTV) dalam satu jaringan akses atau dikenal dengan layanan triple play.

4 IndiHome merupakan layanan triple play dari PT Telkom Tbk yang terdiri dari Internet on Fiber atau High Speed Internet, Phone (telepon rumah), dan IPTV (UseeTV Cable). Produk dari PT Telkom Tbk yang dikeluarkan pada awal tahun 2015 merupakan produk bundling sehingga harga yang ditawarkan kepada pelanggan juga harga paket sesuai kebutuhan paket yang digunakan oleh pelanggan. Terdapat 58 kecamatan Di DI Yogyakarta yang sudah terjangkau layanan IndiHome dan terdapat 13 kecamatan yang belum terjangkau layanan IndiHome. Meskipun jumlah kecamatan yang terjangkau layanan sangat banyak namun jumlah layanan di tiap wilayah belum merata dan tingkat penjualan total yang mencapai 36% masih dirasa belum begitu maksimal (PT Telkom, 2016). PT Telkom Witel Yogyakarta melakukan pemetaan terhadap tingkat penjualan dan harga bangunan atau rumah di semua kawasan untuk mengetahui tingkat penjualan berdasarkan rata-rata harga bangunan di wilayah tersebut. Harga bangunan diasumsikan sebagai daya beli masyarakat terhadap layanan IndiHome. Persentase penjualan IndiHome dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Persentase Penjualan Berdasarkan Klasifikasi Harga Bangunan dan Tingkat Penjualan (PT Telkom, 2016) Harga Bangunan Klasifikasi Harga Tingkat Klasifikasi Tingkat Nyata (Juta Rupiah) Bangunan Penjualan Penjualan >300 High affordability 0%-40% Low occupancy 17% Medium affordability 41%-70% Medium occupancy 56% Low affordability 71%-100% High occupancy 82% High affordability 0%-40% Low occupancy 19% 150 300 Medium affordability 41%-70% Medium occupancy 55% Low affordability 71%-100% High occupancy 82% <150 High affordability 0%-40% Low occupancy 16% Medium affordability 41%-70% Medium occupancy 46% Low affordability 71%-100% High occupancy 73% Penggolongan tingkat wilayah telekomunikasi IndiHome terbagi menjadi golongan high, medium, dan low affordability. Strategi pembagian golongan ini

5 berguna untuk mendirikan jaringan telekomunikasi berupa jaringan fiber optik produk IndiHome. Penggolongan tersebut awalnya dilakukan PT Telkom untuk memetakan wilayah yang dinilai memiliki kecenderungan calon pemakai indihome berdasarkan tingkat daya belinya, sehingga jaringan fiber optik banyak dibangun berdasar tingkatan golongan tersebut. Harga bangunan atau rumah yang pada awalnya diasumsikan sebagai daya beli masyarakat membuat PT Telkom Witel Yogyakarta memfokuskan pembangunan jaringan dan pemasangan perangkat-perangkat layanan IndiHome di kawasan yang termasuk dalam kategori high affordability dengan rata-rata harga bangunan atau rumah lebih dari Rp 300.000.000, 00. Namun asumsi yang dibangun kurang tepat, hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah slot Optic Distribution Panel (ODP) terpasang yang masih belum terjual. ODP adalah salah satu perangkat yang berfungsi sebagai perantara dan penguat sinyal komunikasi grafis melalui kabel fiber optik yang dihubungkan dari jalur sentral. Tiap unit ODP memiliki beberapa jenis kapasitas slot, ada yang berisi 8 slot, 16 slot, dan yang terakhir 32. Kapasitas tersebut dapat digunakan secara penuh jika ODP berfungsi secara normal. Persentase available slot ODP produk IndiHome dapat dilihat pada Tabel 1.4. Tabel 1.4 Persentase Available Slot ODP (PT Telkom, 2016) Klasifikasi Harga Jumlah ODP Persentase Kapasitas Available Bangunan (Unit) Available Slot High affordability 3.961 41.207 27.871 67,63% Medium affordability 778 7.707 5.032 65,29% Low affordability 123 1.130 740 65.48% Sehubungan dengan jangkauan layanan IndiHome yang sangat luas dan konsumen IndiHome yang beraneka ragam, pengukuran peluang kesuksesan produk IndiHome sangat diperlukan untuk dapat mencapai target perusahaan. Dengan adanya pengukuran, tingkat kemajuan perusahaan dapat ditentukan

6 sehingga dapat melakukan perbaikan (Kusrini, 2014). Adanya kompetisi yang ketat antara perusahaan membuat tidak sedikit produk mengalami kegagalan saat diluncurkan. Hal itu memicu berbagai perusahaan untuk mengukur peluang kesuksesan suatu produk sebelum diluncurkan, namun pengukuran yang ada masih sering bersifat subjektif (Cooper, 1979). Pengukuran peluang secara kuantitatif dibutuhkan agar perusahaan bisa mempunyai dasar yang empiris untuk memilih produk yang akan diluncurkan (Cooper, 1979). Dengan adanya pengukuran peluang kesuksesan produk secara kuantitatif, perusahaan dapat memisahkan produk winners dari produk losers (Cooper, 1979). Selain itu, Cooper (1985) menyatakan bahwa memprediksi kesuksesan pada produk dapat meminimalkan rata-rata kesalahan penggunaan sumber daya dan memaksimalkan keuntungan. Semakin dini prediksi dilakukan, maka tingkat risiko yang ditanggung juga semakin kecil (Uletika, 2009). Kesuksesan produk dapat mempengaruhi kelancaran bisnis dalam perusahaan. Ulrich dan Eppinger (2001) menyatakan bahwa kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Jika suatu perusahaan dapat menciptakan produk yang sukses, maka perusahaan tersebut mampu meningkatkan pendapatannya sampai lebih dari 25% dalam waktu 3-5 tahun (Calantone dkk, 1996). Berdasarkan pada uraian diatas, maka penting bagi perusahaan telekomunikasi untuk memiliki produk sukses yang didukung dengan tool untuk memprediksi kesuksesan produk di pasaran. Tool untuk memprediksi produk telekomunikasi ini dapat digunakan untuk memperkirakan sejauh apa kesuksesan produk industri telekomunikasi yang akan dihasilkan. Dengan tool kesuksesan produk maka industri dan perusahaan dapat memfokuskan pada peningkatan nilai variabel atau faktor yang tepat bagi produk yang akan diproduksi sehingga dapat menghasilkan produk yang sukses di pasaran dan perusahaan dapat terus bersaing. Penelitian ini akan membahas tentang kesuksesan produk IndiHome dan selanjutnya membangun model yang bisa digunakan sebagai tool untuk

7 memprediksi kesuksesan produk IndiHome. Untuk kedepannya, prediksi kesuksesan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan pasar potensial pelanggan produk IndiHome. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang dibahas dalam penelitian ini antara lain: 1. Kurang optimalnya penjualan produk IndiHome di beberapa kluster di DI Yogyakarta. 2. Prediksi potensi pembelian yang kurang tepat dengan banyaknya slot ODP yang belum terjual. 3. Faktor-faktor atau variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi kesuksesan produk layanan IndiHome? 4. Bagaimana model matematis sederhana berbasis Multiple Linear Regression (MLR) dan model Kano yang dibangun untuk memprediksi kesuksesan produk layanan IndiHome? 1.3. Asumsi dan Batasan Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku konsumen. 2. Indikator kesuksesan produk IndiHome diukur dengan menggunakan persentase pembelian produk layanan IndiHome di beberapa kluster. 3. Analisis dilakukan di tingkat kluster yang yang telah dibuat oleh PT Telkom Witel Yogyakarta. 4. Analisis hanya dilakukan di wilayah DIY. 5. Variabel kesuksesan yang digunakan untuk membangun model terdiri dari 12 variabel. Variabel lain diluar variabel yang dipakai dianggap tidak berpengaruh. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

8 1. Membuat model berbasis Multiple Linear Regression (MLR) dan model Kano untuk memprediksi kesuksesan produk IndiHome. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor-faktor atau variabelvariabel yang dapat mempengaruhi kesuksesan produk layanan IndiHome di DI Yogyakarta. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Membangun model matematis yang dapat membantu memprediksi kesuksesan produk layanan IndiHome. 2. Menginformasikan tentang karakteristik dari pelanggan produk layanan IndiHome sehingga kedepannya dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk layanan IndiHome. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu dalam bidang pemodelan persamaan, yang nantinya dapat dikembangkan lagi dengan model yang lebih baik dan lebih luas penggunaannya.