BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Bambang Riyanto (2001:327) menyatakan bahwa laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai laporan finansial suatu perusahaan, dimana Neraca mencerminkan nilai aktiva, utang, dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan Rugi & Laba mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dari kedua pengertian laporan keuangan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, dimana laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai laporan finansiil suatu perusahaan pada periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. 2.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut IAI dalam SAK (2004:4) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai 7
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut APB Statement No.4 tujuan laporan keuangan diklasifikasikan menjadi tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif yang dijelaskan sebagai berikut : 1) Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan. 2) Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : (1) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar dapat : a) Mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya. b) Menunjukkan pendanaan dan investasinya c) Mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi komitmen-komitmennya d) Menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya (2) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat : a) Menyajikan ekspektasi pengembalian dividen kepada para investor b) Menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar kreditor dan pemasok, memberikan pekerjaan bagi karyawankaryawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk perluasan usaha c) Memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian kepada manajemen 8
d) Menyajikan profitabilitas jangka panjang (3) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan (4) Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban (5) Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan. 3) Tujuan kualitatif dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : (1) Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk memberikan bantuan kepada para pengguna dalam keputusan ekonomi mereka. (2) Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi tersebut harus jelas, tetapi para pengguna juga harus dapat memahaminya. (3) Dapat diverifikasi, yang artinya hasil akuntansi dapat didukung oleh pengukuran-pengukuran yang independen, dengan menggunakan metodemetode pengukuran yang sama. (4) Netralitas, yang artinya informasi akuntansi ditujukan kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukannya kebutuhan-kebutuhan tertentu dari pengguna-pengguna yang spesifik. (5) Ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya kelambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. 9
(6) Komparabilitas, yang secara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan. (7) Kelengkapan, yang artinya adalah telah dilaporkannya seluruh informasi yang memenuhi persyaratan dari tujuan kualitatif yang lain. 2.3 Pengungkapan dalam laporan keuangan Laporan keuangan merupakan mekanisme penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan investor luar. Dalam Statement of Finance Accounting Concepts (SFAC) nomor 1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan calon investor, kreditur dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis yang rasional. Informasi tersebut harus dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai wawasan bisnis dan ekonomi. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan agar dapat dipahami dan tidak menjadikan salah interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan disclosure yang cukup, artinya informasi yang disajikan tidak berlebihan namun juga tidak kurang sehingga tidak menyesatkan orang yang membacanya. Menurut Suwardjono (2005:283) menyatakan bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan suatu perusahaan dapat terdiri dari pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). 10
1) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan informasi yang wajib berdasarkan standar akuntansi atau yang diatur oleh badan pengawas. 2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar yang diwajibkan dalam standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Keterbukaan (disclosure) informasi dalam laporan tahunan diperlukan oleh pemegang saham dan stakeholders untuk mendapatkan informasi atas pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Melalui informasi tersebut pengguna laporan tahunan dapat mengetahui kondisi perusahaan, kinerja perusahaan serta memprediksi perkembangan perusahaan. Laporan tersebut memberikan manfaat bagi investor maupun calon investor di pasar modal dalam pembuatan keputusan investasi. Menurut Suwardjono (2005:580) secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Pengungkapan dapat diwajibkan untuk : 1) Tujuan melindungi Pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi para perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan terbuka, Tujuan melindungi menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat autoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal. 11
2) Tujuan informatif Pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pembuatan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini melandasi penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan, seperti Bapepam. 3) Tujuan keputusan khusus Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Bapepam membuat peraturan yang mewajibkan suatu perusahaan untuk menyampaikan laporan tahunan bagi perusahaan publik yang tercatat di BEI. Peraturan Bapepam melalui keputusan Ketua Bapepam yaitu : Kep-38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, berikut ini adalah gambaran umum isi peraturan tersebut : 1) Kewajiban manyampaikan laporan tahunan 2) Bentuk dan isi laporan tahunan a. Ketentuan umum b. Laporan manajemen (1) Penjelasan umum (2) Penjelasan khusus c. Bagian mengenai iktisar data keuangan penting d. Bagian mengenai analisis dan pembahasan umum oleh manajemen e. Bagian mengenai laporan keuangan 12
2.4 Karakteristik kualitatif laporan keuangan Karakteristik kualitatif yang dimiliki oleh laporan keuangan, dapat meningkatkan kemampuan laporan keuangan untuk membantu pemakai laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Dalam SAK (2004:7) karakteristik kualitatif yang dimiliki oleh laporan keuangan antara lain : 1) Dapat dipahami. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. 2) Relevan. Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. 3) Dapat dibandingkan. Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. 4) Keandalan. Informasi memakai kualitas handal (reliable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) 2.5 Pengungkapan Sukarela Perusahaan memiliki keleluasaan dalam melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi luas ungkapan sukarela antar perusahaan. Salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan kredibilitas adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas. Perkembangan perusahaan akan meningkat sejalan dengan praktik pengungkapan informasi yang lebih informatif. 13
Pengungkapan sukarela juga akan dibatasi oleh beban atau cost yang terlibat. Cost tersebut mencakup direct cost seperti cost pengumpulan data, pengolahan data, penerbitan, dan pengauditan. Selain itu juga mencakup indirect cost seperti risiko tertentu akibat pemberian informasi yang dimanfaatkan oleh pesaing maupun calon pesaing. Keputusan untuk melakukan pengungkapan sukarela dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor. Pengungkapan sukarela hanya akan dilakukan jika persepsi terhadap manfaat melebihi cost pengungkapan itu sendiri. Dalam penelitian ini, pengukuran luas pengungkapan informasi sukarela laporan tahunan menggunakan daftar item pengungkapan yang digunakan sebelumnya oleh Sunyasmi (2003) yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Botosan (1997) yang berjudul Disclosure Level & The Cost of Equity Capital. Item pengungkapan yang digunakan oleh Botosan merupakan panduan rekomendasi dari American Institute of Certified Public Accountants (1994), studi mengenai business reporting yang dilakukan anatara lain oleh Jenkins Comitte Report, SRI International (1987) yang dilakukan melalui survei kebutuhan informasi dari investor dan Canadian Institute of Charactered Accounts (1991) melalui studi atas annual report. Adapun item-item pengungkapan sukarela yang terdapat dalam penelitian Botosan terdiri atas lima kategori, yaitu : 1) Informasi mengenai latar belakang perusahaan Informasi ini meliputi tujuan dan strategi perusahaan, lingkungan persaingan, produk utama yang dihasilkan dan pasar utama yang dilayani perusahaan. Perusahaan akan mendapatkan skor satu untuk masing-masing latar 14
belakang perusahaan yang diungkapkan. Satu skor tambahan untuk masingmasing item apabila informasi yang disediakan tersebut memuat data kuantitatif yang tidak termuat dalam laporan keuangan seperti tujuan perusahaan yang targetnya dinyatakan dalam angka. 2) Ringkasan hasil kinerja perusahaan selama sepuluh tahun atau lima tahun Ringkasan hasil kinerja yang penting untuk diungkapkan adalah return on asset, net profit margin, asset turnover, return on equity, sales and net income. Perusahaan akan diberikan skor dua untuk setiap pengungkapan. 3) Informasi non keuangan Informasi non keuangan antara lain meliputi jumlah tenaga kerja, unit terjual, kompensasi untuk karyawan, dan persentase penjualan desain produk dalam jangka waktu lima tahun terakhir. Perusahaan akan mendapatkan skor dua untuk masing-masing pengungkapan informasi tersebut. 4) Proyeksi perusahaan di masa depan Informasi ini antara lain meliputi perkiraan arus kas, perkiraan penjualan, serta pengungkapan atas kesempatan perusahaan di masa mendatang. Informasi tersebut diperlukan oleh para investor dan calon investor untuk memprediksi kesempatan dan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan akan mendapatkan skor dua untuk masing-masing pengungkapan dan skor tiga untuk perkiraan yang disertai data kuantitatif. 5) Analisis dan pembahasan umum oleh manajemen Informasi ini dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca laporan tahunan yang berkaitan dengan perubahan dan tidak dimuat dalam laporan 15
keuangan. Seperti perubahan penjualan, biaya-biaya, persediaan, dan lain sebagainya. Perusahaan akan mendapatkan skor satu untuk masing-masing pengungkapan dan tambahan satu skor apabila penjelasan diperkuat dengan data kuantitatif yang termuat dalam laporan keuangan. 2.6 Hubungan Likuiditas dengan Tingkat Pengungkapan Sukarela Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:21), likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dan rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Bambang Riyanto (2001:26) juga menyatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuiditas sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Dapat disimpulkan dari dua pengertian diatas bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi atau jatuh tempo tepat pada waktunya. Cooke (1989) dalam Marwata (2001) menyebutkan bahwa rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan tersebut tentu akan menjadi perhatian dari para pemegang saham, investor maupun calon investor untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga pengungkapan sukarela menjadi sangat penting dalam penyusunan laporan tahunan dan dalam hal ini hubungan antara likuiditas dan tingkat pengungkapan sukarela adalah positif. 16
2.7 Hubungan Profitabilitas dengan Tingkat Pengungkapan Sukarela Agus Sartono (2001:122) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Bambang Riyanto (2001:336), profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dengan seluruh aktivitas atau modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dalam suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan Return on Asset (ROA) yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. ROA merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. ROA mencerminkan profitabilitas perusahaan yang mendorong investor untuk melakukan investasi pada perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi ROA yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi pula profitabilitas perusahaan dan semakin besar peluang investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang bersangkutan. Hal inilah yang menuntut perusahaan untuk tetap menunjukkan kinerja yang baik dihadapan investor yaitu dengan menghasilkan angka laba yang stabil. Sehingga semakin besar ROA semakin besar pula dorongan perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela begitupula sebaliknya. Dalam hal ini hubungan ROA dengan tingkat pengungkapan sukarela adalah positif. 17
2.8 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Tingkat Pengungkapan Sukarela Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan, pengalaman, kemampuan tumbuh perusahaan serta kebutuhan dan kemungkinannya untuk melakukan ekpansi di masa mendatang. Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Marwata, 2001:160). Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntanbilitas publik. Perusahaan besar biasa menanamkan modal pada berbagai jenis usaha, lebih mudah memasuki pasar, dan memperoleh penilaian kredit yang tinggi. Semua itu akan mempengaruhi keberadaan total asetnya. Menurut Gunawan dalam Sunyasmi Yoanita (2003:13) perusahaan yang berukuran relatif besar cenderung memiliki permintaan terhadap informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Perusahaan besar lebih mungkin merekrut karyawan dengan keterampilan tinggi yang diperlukan untuk menerapkan sistem pelaporan manajemen yang baik sehingga dapat mengungkapkan informasi yang lebih luas. Dapat dikatakan bahwa dalam hal ini hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan sukarela adalah positif. 2.9 Hubungan Status Perusahaan dengan Tingkat Pengungkapan Sukarela Menurut Susanto (1994) dalam Marwata (2001), perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan asing (multinasional) mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih luas daripada perusahaan yang tidak berafiliasi. Terdapat beberapa alasan mengenai dugaan ini. Pertama, perusahaan dengan kepemilikan saham asing 18
mendapatkan pelatihan yang baik, misalnya dalam bidang akuntansi, dari perusahaan induknya diluar negeri. Kedua, perusahaan dengan kepemilikan saham asing mungkin mempunyai sistem informasi manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan kebutuhan informasi perusahaan induknya. Ketiga, kemungkinan juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan dengan kepemilikan sahaml asing dari pelanggan, pemasok, analis, dan masyarakat pada umumnya. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan saham asing menghadapi tekanan permintaan akan informasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan saham dalam negeri. Semakin besar kepemilikan saham oleh pihak asing, semakin beragam pula informasi yang dibutuhkan sehingga diperkirakan perusahaan tersebut akan melakukan pengungkapan sukarela secara lebih luas. Dalam hal ini hubungan antara status perusahaan dengan tingkat pengungkapan sukarela adalah positif. 2.10 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Marwata (2001) meneliti tentang karakteristik perusahaan dengan kualitas ungkapan sukarela pada laporan keuangan perusahaan publik. Besarnya sampel yang digunakan sebanyak 132 perusahaan dengan periode penelitian laporan keuangan tahun 1995. Marwata menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Suripto dalam mengukur tingkat pengungkapan sukarela. Hasil uji signifikansi model penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas ungkapan dalam laporan tahunan berkaitan dengan paling tidak satu dari seperangkat karakteristik perusahaan yaitu besar perusahaan, rasio ungkitan, rasio likuiditas, basis perusahaan, penerbitan 19
sekuritas tahun berikutnya, umur perusahaan di bursa, kepemilikan publik, dan kepemilikan asing. Hasil uji signifikansi masing-masing variabel individual menunjukkan bahwa besar perusahaan dan penerbitan sekuritas pada tahun berikutnya berkaitan positif secara statistik signifikan dengan kualitas ungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Penelitian ini tidak menemukan kaitan secara statistik signifikan antara kualitas ungkapan sukarela dalam laporan tahunan dan variabel-variabel rasio ungkitan, likuiditas, basis perusahaan, umur perusahaan di bursa, dan struktur kepemilikan perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Marwata adalah sama-sama menggunakan variabel ukuran perusahaan, basis perusahaan dan likuiditas sebagai variabel independen dan variabel pengungkapan sukarela sebagai variabel dependen. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini menggunakan laporan keuangan tahunan periode tahun 2006-2008 dan peneliti menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Botosan dalam mengukur tingkat pengungkapan sukarela. Sunyasmi Yoanita (2003) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunan. Penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur dengan periode laporan keuangan pada tahun 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan tingkat pengungkapan sukarela adalah tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, pengelompokkan saham ke dalam kategori LQ.45 serta pembentukan komisaris independen dan komite audit. Namun faktor yang tidak berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan sukarela pada laporan keuangan tahunan yaitu hanya faktor pembentukan komisaris dan komite audit. Persamaan penelitian ini dengan penelitian 20
Sunyasmi yaitu sama-sama menggunakan variabel ukuran perusahaan dan likuiditas sebagai variabel independen. Perbedaannya yaitu dalam penelitian ini juga menggunakan variabel independen yang lain seperti profitabilitas dan status perusahaan serta menggunakan laporan keuangan periode 2006-2008. 2.11 Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan, landasan teori, dan kajian hasil penelitian sebelumnya maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. H4 : Status perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. 21