BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. 237,6 juta jiwa, sedangkan untuk jumlah remaja usia tahun sekitar 26,67

BAB I PENDAHULUAN.

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal


BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan remaja yang dihadapi sekarang berkaitan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REMAJA GENRE: PELUANG MENUJU BONUS DEMOGRAFI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kelahian dibanding tahuin sebelumnya,namun ledakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keputusan dan mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan dapat diaplikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

UPAYA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEBUMEN P A D A SOSIALISASI PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI SMA NEGERI 2 KEBUMEN Sabtu, 13 Juni 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

GENERASI BERENCANA G-E-N-R-E

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKAWINAN USIA MUDA DI PROVINSI GORONTALO

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini

proses kaderisasi. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

Analisis Penguasaan Pengetahuan Hasil Penyuluhan Pendewasaan Usia Perkawinan Dalam Program Generasi Berencana Pada Remaja Di SMP Negeri 39 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

EFEKTIFITAS PROGRAM PIK-KRR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMU AL-WASLIYAH MEDAN TAHUN 2010

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN AJANG KREATIVITAS REMAJA TINGKAT PROVINSI RIAU TAHUN 2016 DI KABUPATEN BENGKALIS

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

TERM OF REFERENCE LOMBA SENI MURAL/GRAFFITI GENRE

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

Key Words : Strategi Komunikasi, Bidang Bina Ketahanan Remaja, Jumlah Genre

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya atau sekitar 64 juta jiwa adalah remaja usia 10-24 tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang pelatihan dan pengembangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) Ida Bagus Permana, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah usia angkatan kerja (produktif) 15-64 tahun mencapai sekitar 70 % sedang 30% penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun) yang akan terjadi pada tahun 2020-2030. Dengan jumlah penduduk yang besar dapat menimbulkan masalah kependudukan yang akan berpengaruh terhadap pembangunan nasional karena kurangnya kesiapan dan keterbatasan pembangunan yang dilakukan pemerintahan dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, budaya, dan politik untuk seluruh masyarakat Indonesia, khususnya pembangunan manusia di bidang kesehatan. Pembangunan manusia Indonesia di bidang kesehatan dapat terlaksana dengan baik jika Indonesia bisa mewujudkan target sustainable development goals (SDG s) seperti mewujudkan kesehatan yang baik dengan menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia. Untuk mendukung kesehatan remaja yang baik pemerintah memiliki inisiatif membuat program bersama BkkbN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana) yaitu Program Generasi Berencana (GenRe) untuk mencapai target SDG S tersebut. Melalui

program generasi berencana yang melibatkan orang tua dengan wadah Bina Keluarga Remaja (BKR) dan remaja sekolah dengan wadah Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R). Program generasi berencana diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi, berperilaku sehat, menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan keluarga kecil keluarga sejahtera sehingga hal ini dapat menekan angka kematian ibu dan anak terutama bagi kaum remaja sekolah yang melakukan pernikahan dini (BkkbN, 2012). Khususnya untuk remaja sekolah, melalui program generasi berencana ini diharapkan kaum remaja sekolah bisa mengekspresikan bakatnya melalui kegiatan bermanfaat yang bisa mengeksplor budaya, seni, atau olahraga. Kaum remaja sekolah juga bisa menyampaikan pesan pada remaja lain agar semakin memahami pentingnya kesehatan reproduksi. Berdasarkan antusiasme dan inisiatif generasi muda, pemerintah mempunyai serangkaian kegiatan yang memberdayakan kreativitas dan membawa pesan kesehatan. Bahkan para kaum remaja sekolah bisa berinovasi dengan membuat tarian, yel-yel dan membuat GenRe (Generasi Berencana) supaya ke depannya tidak terlibat pada tiga hal yaitu seks bebas, narkoba, dan HIV-AIDS. Jumlah penduduk remaja di Indonesia sekitar 64 juta jiwa (27,6 % dari penduduk indonesia) diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara khususnya di bidang kesehatan. Dalam hal ini remaja merupakan penerus perjuangan bangsa dalam pembangunan nasional, khususnya kaum remaja sekolah untuk menjadi generasi berkualitas dan berprestasi. Generasi yang berkualitas akan terbentuk jika

remaja dapat terhindar dari masalah remaja seperti seks pra nikah, Narkoba, HIV dan AIDS serta aborsi yang menjadi isu penting saat ini. Remaja sekolah yang pada tahap ini memerlukan perhatian dari keluarga. sekolah, dan pemerintah dalam pembinaannya. Karena remaja sangat rentan terhadap resiko prilaku seksualitas tidak sehat, narkoba, psikotropika, zat antidiktif, HIV dan AIDS (BkkbN, 2012). Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2013 yakni sekitar 22% dari 4 juta penduduk Indonesia penyalahguna narkoba, atau sekitar 880 ribu penyalahguna napza adalah pelajar dan remaja atau mahasiswa. Akibat kondisi prilaku remaja yang tidak sehat tersebut akan mempengaruhi kualitas penduduk terutama remaja sekolah untuk ke depannya akan mengganggu 5 (lima) transisi kehidupan remaja yaitu melanjutkan sekolah, mencari pekerjaan, memulai kehidupan berkeluarga, menjadi anggota masyarakat, mempraktekkan hidup sehat (BkkbN, 2012). Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja, khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Berdasarkan data BNN perwakilan Provinsi Sumatera Utara kasus narkoba di Sumatera Utara mulai tahun 2007-2011 tercatat pada tingkat Sekolah Menangah Atas (SMA) dengan jumlah kasus 9222, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6480 kasus, Sekolah Dasar (SD) berjumlah 3597 kasus dan perguruan tinggi dengan jumlah 551 kasus (BNN, 2012). Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarif mengatakan pada tahun 2010 beberapa wilayah di Indonesia, seks pranikah dilakukan beberapa remaja di Surabaya tercatat 54 %, Bandung 47 %, dan 52 % di Medan (BkkbN,2010). Apabila masalah perilaku tidak sehat remaja dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi kualitas remaja bahkan kualitas bangsa.

Pemerintah bersama BkkbN membuat suatu pengembangan program generasi berencana melalui wadah Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) yang didalamnya terdapat program generasi berencana untuk menangani dan mengurangi resiko kenakalan remaja seperti narkoba dan pergaulan bebas. Dalam rangka merespon permasalahan remaja tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) mengembangkan program generasi berencana bagi remaja dan keluarga yang memiliki remaja yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Hal ini disesuaikan dengan keluarnya Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional No.47/Hk.010 B5/2010 Tentang Rencana Strategi BkkbN 2010-2014. Program Generasi Berencana (GenRe) dilaksanakan melalui pendekatan dari dua sisi, yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri dan pendekatan kepada keluarga yang memiliki anak usia remaja (BkkbN, 2012). Pendekatan kepada remaja melalui wadah pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) di sekolah, sedangkan pendekatan kepada keluarga dilakukan melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BkkbN, 2012). Program GenRe yang dilaksanakan oleh BkkbN melalui Bina Keluarga Remaja dapat membantu orangtua dalam menangani, membantu dan memahami permasalahan remaja. Dimana melalui Program GenRe ini orang tua yang memiliki anak di usia remaja dapat bertukar informasi dan berdiskusi bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja, meliputi Kebijakan Program Generasi Berencana penanaman nilai-nilai moral melalui 8 fungsi keluarga (pendewasaan usia perkawinan, seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS,

keterampilan hidup, ketahanan keluarga berwawasan gender, komunikasi efektif orangtua terhadap remaja, peran orangtua dalam pembinaan tumbuh kembang remaja, kebersihan dan kesehatan diri remaja, dan pemenuhan gizi remaja. Program Generasi Berencana yang dibuat oleh BkkbN yang diterapkan di sekolah-sekolah melalui pedoman pengelolahan Pusat Informasi Dan Konseling seperti yang dituangkan dalam Peraturan Kepala Kependudukan Nasional Nomor : 88/ PER/F2/2012 tanggal 2 April. Tentang guna dari Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) ialah mendukung terlaksananya program generasi berencana secara optimal di semua tingkatan seperti pada remaja sekolah, mahasiswa, dan keluarga. Program ini mengajarkan tentang kesehatan reproduksi dan mempelajari keterampilan hidup (Life Skills). Peningkatan life skills merupakan pendidikan non formal yang berkaitan dengan keterampilan fisik, keterampilan mental, keterampilan emosional, keterampilan spiritual, keterampilan kejuruan, dan keterampilan menghadapi kesulitan. Dengan adanya program generasi berencana yang dicanangkan BkkbN diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan remaja sekolah tentang kesehatan reproduksi dan mengurangi kenakalan remaja sekolah. Karena itu program GenRe telah dilaksanakan di berbagai kota di Indonesia seperti Lampung Gorontalo dan kota kota lain dan begitu juga halnya di Kota Medan. Hasil penelitian Ardiansyah yang berjudul Implementasi Program Generasi Berencana (GenRe) Di Kota Bandar Lampung tahun 2015 menyatakan bahwa pengembangan program generasi berencana belum berjalan maksimal di Kota Bandar Lampung. Komunikasi dalam pelaksanaan Program GenRe di Kota Bandar Lampung dilakukan dengan sosialisasi, namun sosialisasi program tidak

dilakukan sebagaimana mestinya. Komitmen dan tanggung jawab PIK Remaja dalam mengimplementasikan Program GenRe tidak baik. Pelaksanaan program GenRe-Kota Bandar Lampung ada suatu ketidakjujuran yang ditunjukkan oleh pengelola PIK Remaja. Fragmentasi dari pihak PIK Remaja ini pada akhirnya menyebabkan terhambatnya koordinasi di antara pelaksana kebijakan sehingga PIK Remaja dan sekolah tidak dapat menjadi mitra dalam mengimplementasikan GenRe di Kota Bandar Lampung (Ardiansyah, 2015). Penelitian Puspita Sari Ira yang berjudul Efektivitas Pelakasanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan Deli pada tahun 2015 menyatakan bahwa pelaksanaan program BKR di Kecamatan Medan Deli sudah berjalan namun belum dapat dikatakan efektif. Hal ini terlihat dari kegiatan penyuluhan tidak rutin dilakukan setiap bulan, sosialisasi yang diberikan belum merata dan tidak adanya penyediaan sarana dan prasarana kegiatan (Puspita, 98: 2015). Penelitian diatas terlihat bahwa program generasi berencana (GenRe) yang dikembangkan melalaui wadah Bina Keluarga Remaja (BKR) untuk membina keluarga berencana masih belum merata pada tahap sosialisasi, sarana dan prasarana. Dalam prosedur pelaksanaan kegiatan Bina Keluarga Remaja pembentukan kelompok sudah baik sesuai dengan administrasi pelaksanaanya, hanya saja orang tua dan remaja kurang aktif sementara sosialisasi yang diberikan juga sudah berjalan dengan bentuk penyuluhan dan pendekatan kepada orang tua. Pada tahun 2010 program tersebut bernama program kesehatan reproduksi remaja (KRR) dengan wadah PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesahatan Reproduksi Remaja) kemudian pada tahun 2012 dikembangkan menjadi program generasi berencana (GenRe) melalui wadah (PIK-R). Program GenRe di kota

Medan dilaksanakan oleh BPP dan KB ( Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana) kota Medan melalui wadah PIK-R (Pusat Informasi Konseling Remaja). Tahun 2012 sudah ada sekolah yang mengikuti Program Kesehatan Reproduksi Remaja dengan wadah PIK-KRR tetapi belum dilaksakan dengan efektif kemudian Tahun 2014 BPP dan KB kota Medan melakukan sosialisasi program GenRe melalui wadah PIK-R di beberapa sekolah SMP dan SMA. Program Generasi berencana diikuti oleh sekolah-sekolah yang mau menerima dan menerapkan program generasi berencana yang membentuk Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di sekolah. Mengingat pentingnya manfaat program tersebut bagi masyarakat Kota Medan khususnya kaum remaja sekolah. Hal ini dikarenakan banyaknya permasalahan remaja berkaitan dengan ketidaksehatan perilaku seks remaja, kurangnya perhatian pada kesehatan reproduksi, kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai penggunaan narkoba, dan lainnya. Berdasarkan data BNN Provinsi Sumatera Utara kasus narkoba di Sumatera Utara mulai tahun 2007-2011 tercatat pada tingkat Sekolah Menangah Atas (SMA) dengan jumlah kasus 9222, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6480 kasus, Sekolah Dasar (SD) berjumlah 3597 kasus dan perguruan tinggi dengan jumlah 551 kasus (BNN, 2012). Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarif mengatakan pada tahun 2010 Beberapa wilayah di Indonesia, seks pranikah dilakukan beberapa remaja di Surabaya tercatat 54 %, Bandung 47 %, dan 52 % di Medan. Dari data diatas dapat dilihat betapa pentingnya pengimplementasian program generasi berencana (GenRe) di Kota Medan untuk mencapai

pembangunan manusia yang berkualitas di bidang kesehatan reproduksi, menekan kenakalan remaja seperti seks bebas, hamil pra nikah, Human immuno Defeciency (HIV) dan narkoba khususnya kaum remaja sekolah. Jika pengimplementasian program tersebut berjalan efektif maka tujuan program tersebut akan tercapai sehingga memajukan pembangunan di Kota Medan dan sebaliknya jika program tersebut kurang efektif maka tujuan program juga sulit tercapai. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melihat pelaksanaan program GenRe yang dilakukan BPP dan KB di Kota Medan pada kaum remaja sekolah dan menemukan faktor-faktor penghambat berjalannya program ini. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti menarik suatu permasalahan yang lebih mengarah pada fokus penelitian yang dilakukan. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana implementasi Program Generasi Berencana (GenRe) yang dilaksanakan BPP dan KB kota Medan pada remaja sekolah di Kota Medan? 2. Apa faktor penghambat implementasi Program Generasi Berencana (GenRe) oleh yang dilaksanakan BPP dan KB pada remaja sekolah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

1.Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi program Generasi Berencana (GenRe) yang di selenggarakan dan dilaksanakan oleh BPP dan KB kota Medan bagi remaja sekolah di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat dalam penerapan program generasi berencana di Kota Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat peneltian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan studi pembangunan secara umum dan pembangunan manusia dalam hal kesehatan secara khusus. b. Menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa studi pembangunan selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan. 2. Manfaat praktis a. Menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan BkkbN dan BPP dan KB guna penyempurnan kebijakan generasi berencana ataupun kebijkan baru yang sesuai dengan kebijakan generasi berencana b. Penelitian ini memberikan masukkan kepada remaja tentang kesehatan c. Menambah pengetahuan bagi penulis mengenai permasalahan yang diteliti dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah

d. Menambah pengetahuan masyarakat tentang program generasi berencana dalam hal kesehatan reproduksi dan untuk tidak menggunakan narkoba ataupun tidak melakukan seks pra nikah.