I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Pada Diagnostic

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The Comparison of the Incidence of Sexual Dysfunction According to the FSFI Scoring on IUD and Hormonal Acceptor at Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lampung jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia tentang bahaya pertumbuhan penduduk yang besar dan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dialami oleh negara berkembang, seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49 % pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu fertilisasi, mortalitas dan migrasi ( Saifuddin, 2003) Kegiatan untuk membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Indonesia menerapkan pengendalian penduduk dengan menggalakan program KB. Sejak dicetuskannya program keluarga berencana pada awal 70-an saat ini telah memberikan hasil yang sangat menggembirakan. Keberhasilan program keluarga berencana dapat diterima oleh masyarakat luas. Program keluarga berencana pada awalnya adalah upaya pengaturan kelahiran dalam rangka peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, kemudian berkembang menjadi Program Keluarga Berencana diajukan untuk membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Prawirohardjo, 2007).

2 Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas pada tahun (2004) didapatkan perhitungan persentase wanita usia 15-49 tahun yang sedang memakai alat atau cara KB, secara keseluruhan jumlah total persentase Indonesia pada daerah perkotaan 57,55% dan daerah pedesaan 56,10%, sedangkan pada daerah Lampung jumlah persentase pada daerah perkotaan 60,88% dan pada daerah pedesaan 65,00%. Berdasarkan tetapan BKKBN Provinsi Lampung pada tahun 2008 didapatkan jumlah pemakai alat kontrasepsi berdasarkan jenis-jenisnya, yaitu suntikan sebesar 162.055 orang (40,35%), pil sebanyak 137,38 orang (35,10%), dan implant 20,713 orang (12,05%). (BKKBN Provinsi Lampung, 2008). Dengan semakin berkembangnya program KB yang dicanangkan pemerintah, alat kontrasepsi pun semakin berkembang. Berbagai pilihan alat kontrasepsi ditawarkan kepada masyarakat. Dari yang mulai sederhana sampai yang permanen/ mantap, yaitu kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, dan implant. Ada jenis kontrasepsi lain, yaitu vasektomi untuk pria dan tubektomi pada wanita. Menurut data pemerintah 2003, kontrasepsi suntik yang paling banyak digunakan oleh wanita di Indonesia 35,2%, pil KB sebanyak 28,1%, IUD 18,8%, implant 12,4%, sterilisasi 5,5% dan alat kontrasepsi lain 1%. (Susenas, 2004). Implant (Norplant) adalah salah satu metode kontrasepsi hormonal dengan menempatkan bahan aktif steroid ke dalam sebuah kapsul silastik yang dapat melepaskan hormon progesteron secara perlahan- lahan. Banyak wanita yang memperlihatkan tingkat penerimaan dan kepuasaan yang

3 tinggi terhadap norplant (Varney et al., 2007). Secara keseluruhan angka kehamilan pada pemakaian implant adalah 0,2 per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian, dengan angka kehamilan kumulatif 3,9 per 100 wanita per tahun kelima. Efektifitas implant tidak tergantung pada keterlibatan pemakai secara teratur (Wulansari, 2007). Efektifitas jangka panjang yang sangat baik membuktikan bahwa implant adalah salah satu kontrasepsi reversibel paling efektif (Glaiser, 2006). Sebagian wanita yang menggunakan implant mengalami efek samping yang tersering adalah perubahan perdarahan haid (Wulansari, 2007). Efek samping yang lebih jarang adalah penurunan libido dan disfungsi seksual wanita (Meirik et al., 2003). Metode Implant diketahui dapat meningkatkan risiko menderita disfungsi seksual melalui hipotalamus. Di Purworejo, sekitar 20% memakai metode Impalnt,. Penelitian tentang KB hormonal yang pernah dilakukan menunjukkan, sebesar 59,4% responden mengalami disfungsi seksual Menganalisis hubungan metode Implant dengan risiko mengalami disfungsi seksual dibanding metode IUD. Wawancara dilakukan berdasarkan kuesioner yang diadaptasi dari Female Sexual Function Index (FSFI) yang menjadi acuan penilaian fungsi seksual yang cukup valid. Hasil: Akseptor metode Implant yang menderita disfungsi seksual mencapai 77 (79,4%) dan IUD sebesar 34 (35,1%). Risiko akseptor metode Implant mengalami disfungsi seksual sebesar 2,26 kali IUD, dengan RR 2,26 (CI 95% 1,74-2,95). Setelah dilakukan analisis

4 multivariat logistik regresi, risiko meningkat menjadi 9,24 kali dengan RR adjusted 9,24 (CI 95% 4,22-20,24). Metode Implant meningkatkan risiko mengalami disfungsi seksual terhadap hasrat seksual sebesar 9,15 kali dengan RR adjusted 9,15 (CI 95% 4,16-20,13) dan terhadap rangsangan sebesar 1,12 kali dengan RR 1,12 (CI 95% 1,02-1,23), sedangkan terhadap orgasme sebesar 0,20 dengan RR adjusted 0,20 (CI 95% 0,07-0,56) dibanding IUD. Kejadian disfungsi seksual juga meningkat secara bermakna pada akseptor yang berusia > 35 tahun, akseptor yang bekerja, pendidikan rendah, lama memakai Implant >5 tahun dan akseptor yang tinggal di desa. Simpulan: Risiko mengalami disfungsi seksual akan meningkat pada akseptor metode Implant, usia >35 tahun, bekerja, pendidikan rendah, memakai Implant >5 tahun dan tinggal di desa (Dasuki, 2007). Pada beberapa tahun terakhir ini, lembaga kesehatan RI telah mencatat peningkatan kasus disfungsi seksual. Hal ini dinilai dari segi peningkatan kasus pada orang tua maupun muda yang mengalami disfungsi seksual dengan onset yang lebih cepat. Suatu penelitian di Amerika, pada wanita, dilaporkan 33% mengalami penurunan hasrat seksual, 19% mengalami masalah lubrikasi vagina, dan 24% tidak dapat mencapai orgasme. Pada pria kesulitan yang umum dilaporkan pada pria meliputi ejakulasi dini (29%), kecemasan terhadap kemampuan seksual (17%), dan rendahnya hasrat seksual (16%). (Cyranoswki et al., 2009)

5 Fenomena ini memberikan gambaran betapa masalah fungsi seksual kaum wanita adalah sesuatu yang kompleks sekaligus memiliki nilai signifikan bagi kaum wanita khususnya dan masyarakat luas umumnya (Chandra, 2005). Dalam konteks kehidupan sosial (keluarga dan masyarakat), tidak bisa disangkal bahwa fungsi seksual kaum wanita adalah komponen penting dari kualitas hidup wanita itu sendiri (Baziad, 2005). Disfungsi seksual sebenarnya masih cukup tabu untuk dibicarakan di masyarakat luas. Namun efek samping ini sangat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga dan dapat mempengaruhi psikologi untuk wanita yang bekerja. Oleh karena itu mengingat pentingnya kehidupan seksual dalam kebahagiaan keluarga, maka disfungsi seksual perlu mendapat penanganan yang benar (Prawirohardjo, 2005). Selama ini belum ada penelitian penelitian yang mengkaji secara mendalam efek kontrasepsi terhadap disfungsi seksual ibu-ibu di Lampung Tengah dan belum adanya program pelayananan kesehatan untuk disfungsi seksual pada ibu-ibu di Lampung Tengah menjadi alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian. Selain itu belum ada juga publikasi mengenai prevalensi disfungsi seksual pada wanita di Indonesia, khususnya di Lampung Tengah. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui prevalensi disfungsi seksual pada wanita pengguna kontrasepsi implant, sebagai penelitian dasar yang diharapkan dapat digunakan dalam penelitan selanjutnya.

6 B. Rumusan Masalah Kontrasepsi hormonal implant adalah kontrasepsi dengan metode susuk yang ditanamkan di dalam kulit dan mempunyai efektifitas 99% sehingga banyak digunakan pada wanita usia subur. Sedangkan kontrasepsi implant (susuk) juga mempunyai efek samping terhadap penurunan libido yang dapat menyebabkan disfungsi seksual terhadap akseptornya, maka dirumuskan suatu masalah penelitian yaitu berapa besar prevalensi disfungsi seksual pada wanita pengguna kontrasepsi implant pada ibu-ibu di kecamatan Gunung Sugih kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar prevalensi disfungsi seksual pada wanita pengguna kontrasepsi implant pada ibu-ibu di kecamatan Gunung Sugih kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013. D. Manfaat penelitian 1. Penelitian dapat menjadi bahan evaluasi pelayanan Keluarga Berencana (KB) khususnya pada akseptor kontrasepsi implant Membantu memberikan pertimbangan kepada akseptor terhadap langkah pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi implant.

7 2. Bagi masyarakat, memperluas wawasan di bidang kesehatan reproduksi dan memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh penggunaan KB Implant terhadap disfungsi seksual. 3. Membantu memberikan gambaran bagi peneliti selanjutnya untuk bisa melakukan penelitian yang lebih baik dan mendalam terutama tentang disfungsi seksual wanita akibat penggunaan kontrasepsi. E. Kerangka Pemikiran. 1. Kerangka Teori Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana penggunaan kontrasepsi hormonal ini berdasarkan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, IMT, paritas, lama perkawinan. Sesuai dengan literatur yang didapat salah satu efek samping kontrasepsi hormonal implant adalah disfungsi seksual pada wanita. Disfungsi seksual yang terjadi pada wanita meliputi 6 area domain, yaitu gangguan hasrat seksual, gangguan perangsangan seksual, gangguan basah, gangguan orgasme, gangguan kepuasaan, dan gangguan nyeri seksual.

8 Kontrasepsi Hormonal (Implant) Karakteristik Responden Umur Pendidikan Pekerjaan IMT Paritas Lama Perkawinan Disfungsi Seksual Gangguan hasrat seksual Gangguan perangsangan seksual Gangguan basah/berlendir Gangguan orgasme Gangguan kepuasaan Gangguan nyeri seksual Gambar 1. Kerangka teori tentang penggunaan kontrasepsi hormonal berdasarkan karakteristik responden terhadap disfungsi seksual 2. Kerangka Konsep Konsep merupakan abstrak yang dibentuk oleh generalisasi dari halhal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoadmojo, 2005). Berdasarkan teori tersebut, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

9 Variabel Bebas Variabel Terikat Prevalensi Disfungsi Seksual Wanita pengguna kontrasepsi Implant Gangguan hasrat seksual Gangguan perangsangan seksual (Gangguan berlendir) Gangguan orgasme ( gangguan kepuasan) Gangguan nyeri seksual Gambar 2. Kerangka konsep tentang hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual Prevalensi disfungsi seksual pada wanita adalah suatu konsep, dan untuk mengukur suatu disfungsi seksual pada wanita harus melalui variabel gangguan hasrat seksual, gangguan perangsangan seksual, gangguan basah, gangguan orgasme, gangguan kepuasan, dan gangguan nyeri seksual yang dialami oleh seorang wanita