BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

dokumen-dokumen yang mirip
66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)


I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

"Sejarah tidak hanya memiliki narasi besar (mayor) yang berkisah tentang tokoh-tokoh dengan seluruh tindakan historisnya." Indra Tranggono (2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

Sejarah sebagai Kisah, Peristiwa, Ilmu, dan Seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia.

Manfaat Mempelajari Sejarah

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Sejarah. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik. daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan. identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Di dalam tubuh negara Indonesia terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Oleh : Dr. Agus Mulyana

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. yang di ikuti melalui syarat-syarat yang jelas dan ketat ( Hasbullah,2003

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk mengetahui kejadian di masa lampau itu kita dapat dipelajari dari buktibukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti material (fisik) maupun non material (non fisik), ataupun melalui sumber tertulis maupun tak tertulis. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan manusia sebagai suatu sitem sosial di kelampuan dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan di tempat tertentu pula. Dengan demikian kejadiankejadian di masa lampau itu menjadi sejarah suatu kisah dan selanjutnya menjadi sejarah sebagai tulisan ilmiah. Kejadian-kejadian di masa lampau itu, berhubungan erat dengan aktivitas manusia. Dalam kaitannya dengan itu Gazalba, mengatakan sib dari kesatuan sosial atau golongan manusia. Cerita mengisahkan laku perbuatan dari tokohpahlawan-pahlawan, orang- 1993: 21). Dengan demikian, tokoh dalam peristiwa sejarah di suatu tempat memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kolektif masyarakatnya.

digilib.uns.ac.id 2 Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metodologi tertentu. Terkait dengan pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran sejarah telah diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari mata pelajaran IPS, sedangkan tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran sejarah memiliki arti yang sangat strategis dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Indonesia sangat kaya dengan nilai-nilai lokal seperti dalam tradisi lisan. Tradisi lisan banyak lahir dalam bahasa-bahasa daerah dan upacara adat istiadat di Nusantara. Dewasa ini nilai-nilai kearifan lokal mulai diangkat kembali, sebab dalam kebudayaan lokal yang mengandung adat istiadat, kebiasaan dan tradisi sering memiliki makna mendasar dalam kehidupan. Sering kali nilai-nilai lokal justru menjadi kekuatan dan mampu menjadi perekat masyarakat. Kearifan lokal sebagai sebuah kebijakan yang bersumber dari tata nilai dan budaya di suatu tempat jika dipelajari dan diungkapkan pada dasarnya mengandung nilai perikehidupan dan ajaran yang tinggi. Nilainilai kearifan yang terkandung dalam sejarah mencakup nilai pedagogis, nilai praktis, nilai teoritis, nilai ke Tuhan-an, dan nilai filsafat. Nilai-nilai

digilib.uns.ac.id 3 yang ada pada sejarah perlu ditanamkan kepada diri siswa serta dilestarikan melalui pembelajaran sejarah. Nilai-nilai kearifan banyak tersimpan dalam tradisi lokal. Nilai-nilai budaya daerah yang dianggap luhur oleh masyarakat pendukungnya cenderung untuk diwariskan dari generasi kegenerasi berikutnya baik secara lisan maupun secara perbuatan sesuai dengan nilainilai budaya tersebut. Nilai-nilai budaya yang berintikan adat istiadat selain mempunyai fungsi kultur juga mempunyai fungsi sosial yang memberi penuntun yang jelas dan dihormati oleh masyarakat setempat yang menyakininya. Pengajaran Sejarah Nasional Indonesia, dimaksud sebagai salah satu usaha penanaman kesadaran sejarah bangsa Indonesia pada peserta didik, apa yang dikenal dengan Sejarah Nasional Indonesia, adalah sejarah bekas wilayah Hindia Belanda. Batasan sejarah nasional bersifat politis administratif proklamasi 17 Agustus 1945. Sejarah Nasional Indonesia selanjutnya diturunkan dalam sejarah daerah yang meliputi sejarah berbagai daerah di Indonesia dengan batasan administratif Propinsi atau Kabupaten. Sejarah Daerah mempunyai fungsi untuk memperkuat sejarah nasional melalui penjabaran dan mengangkat peran daerah dalam konstelasi nasional. Baik sejarah nasional maupun sejarah daerah bersifat ideologis politik, dan tidak mempunyai batasan ilmiah yang selalu bisa dipertahankan secara akademis. Sebab batasan tersebut sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan perkembangan politik nasional. Sering terjadi, dalam penulisan

digilib.uns.ac.id 4 sejarah daerah selalu menonjolkan kasus-kasus yang mempunyai relevansi dengan sejarah nasional. Sebagai contoh, penulisan sejarah daerah dengan mencari kasus-kasus yang berhubungan dengan peranan daerah tersebut dalam kebangkitan nasional, sumpah pemuda, proklamasi kemerdekaan, dan sebagainya. Akibatnya, pembelajaran sejarah terasa kering dan membosankan, karena indoktrinatif dan bersifat trickle down. Di luar kedua batasan sejarah sejarah nasional dan daerah, muncul locality, yang batasannya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah. Penulis mempunyai kebebasan menentukan batasan penulisannya, apakah dengan skope geografis, etnis, yang luas atau sempit. Sejarah lokal bersifat elastis, bisa berbicara mulai hanya mengenai suatu desa, kecamatan, kabupaten, tempat tinggal suatu etnis, suku bangsa, yang ada dalam satu daerah atau beberapa daerah. Madiun merupakan kota bersejarah. Berbagai peristiwa di masa lalu meninggalkan jejak-jejak sejarah yang penting, baik bagi masyarakat lokal maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Jejak-jejak sejarah tersebut diantaranya berupa tempat atau situs bersejarah dan peninggalan benda-benda bersejarah. Situs bersejarah merupakan tempat yang memiliki nilai sejarah. Suatu tempat dikatakan memiliki nilai sejarah antara lain apabila di tempat tersebut terdapat benda atau peninggalan bersejarah; merupakan tempat kelahiran, kemangkatan, dan makam tokoh penting; atau merupakan ajang peristiwa penting tertentu terjadi, yang dalam disiplin

digilib.uns.ac.id 5 sejarah disebut dengan peristiwa pada masa lampau yang memiliki signifikansi sosial. Situs bersejarah berkaitan erat dengan sejarah lokal. Situs bersejarah mengandung sejarah lokal dan sejarah lokal biasanya muncul di tempat-tempat bersejarah. Sejarah lokal di Indonesia masih belum banyak ditulis, karena keterbatasan sumber. Sejarah lokal di suatu lokalitas tertentu masih berupa kisah-kisah yang dituturkan secara lisan. Kisah-kisah tersebut merupakan memori kolektif masyarakat. Sejarah lokal ditransmisikan secara lisan dari satu generasi ke generasi yang lain, sehingga dalam kasus-kasus tertentu sejarah lokal merupakan tradisi lisan yang dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan (Abdullah, 1990:15). Di era otonomi daerah, sejarah lokal semakin penting keberadaannya. Sejarah tidak hanya memiliki narasi besar yang berkisah tentang tokoh-tokoh dengan seluruh tindakan historisnya. Sejarah, juga mengandung banyak serpihan yang mengandung narasi kecil tentang bangunan dengan seluruh pernik-perniknya, kisah manusia yang terjadi di dalam kemelut persoalan politik, sosial, budaya, dan hal-hal lain yang layak diketahui sebagai referensi bagi generasi demi generasi. Otonomi daerah meniscayakan kemandirian masyarakat di daerah. Kemandirian daerah adalah terbangunnya jati diri daerah. Jati diri tersebut secara kultural menjadi kebanggaan warga daerah. Sejarah lokal membantu masyarakat daerah menemukan jati dirinya. Secara ekonomis, sejarah lokal juga dapat memberi kontribusi bagi kesejahteraan hidup masyarakat.

digilib.uns.ac.id 6 Sejarah lokal penting sebagai sumber pembelajaran. Haryono mengatakan bahwa pemanfaatan sejarah lokal di tingkat pendidikan manapun akan memungkinkan peserta didik dalam mempelajari sejarah dapat beresonansi dengan aspek eigenwelt yang dimiliki (Sartono Kartodirdjo dalam Soedarsono, 1986). Sejarah lokal memungkinkan kita untuk berhubungan secara sangat "intim" dengan peristiwa yang sangat lokal dan mungkin selama ini dianggap tidak besar, tetapi sesungguhnya memiliki peran penting dan berharga dalam membentuk peristiwa yang lebih besar (Abdullah, 1990:19). Pemaparan sejarah lokal dapat menjembatani peserta didik dalam memahami berbagai peristiwa sejarah di masyarakat sekitarnya dengan peristiwa sejarah di daerah lain. Melalui kajian sejarah lokal, peserta didik dirangsang untuk dapat melihat proses integrasi nasional sebagai suatu peristiwa sejarah. Situs sejarah lokal juga memiliki daya tarik wisata. Para wisatawan biasanya ingin melihat keunikan-keunikan yang tidak terdapat di daerah asal dan belum pernah ditemuinya. Bagi wisatawan, tempat bersejarah dengan sejarah lokalnya merupakan suatu keunikan yang menjadi daya tarik wisata. Hal ini setidaknya dapat terungkap dari motivasi seseorang dalam melakukan perjalanan wisata. Keberadaan situs sejarah amat rawan dari tindak kriminal; dicuri, atau sengaja dijual penduduk lokal kepada penadah benda-benda peninggalan purbakala. Kita tentu tidak ingin satu generasi mendatang,

digilib.uns.ac.id 7 terlepas akar sejarahnya lantaran rusak dan musnahnya situs-situs sejarah. Sebelum terlambat, sudah saatnya pemerintah dibantu masyarakat, melakukan pelacakan riwayat situs penting, baik yang mayor maupun yang minor, dalam bentuk penulisan. Memang ada kesan miring tentang penulisan narasi situs sejarah lokal. Sebagian kalangan menganggap itu pekerjaan sia-sia; karena sudah ada versi lengkap yang ditulis oleh ahli sejarah dari negara lain (Belanda). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Madiun atau yang lebih dikenal dengan IKIP PGRI Madiun merupakan salah satu universitas terkemuka di wilayah Madiun dan sekitarnya. IKIP PGRI Madiun memiliki Jurusan Pendidikan Sejarah. Jurusan Pendidikan Sejarah merupakan salah satu jurusan favorit. Dalam proses pembelajarannya terdapat mata kuliah sejarah lokal. Peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai perencanaan, proses, penilaian dan hambatan pembelajaran Sejarah Lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun. B. Rumusan Masalah Dari sajian di atas, terasa sekali perlunya mengetahui lebih dalam mengenai pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun. Pentingnya penerapan pembelajaran sejarah lokal untuk segera diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, dapat dilihat

digilib.uns.ac.id 8 dari latar belakang di atas. Untuk memperjelas mengenai pola penerapannya dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun? 2. Bagaimana proses pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun? 3. Bagaimana penilaian (assessment) pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun? 4. Bagaimana hambatan dalam proses pembelajaran sejarah lokal Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun? C. Tujuan Penelitian Menurut Moleong (2008: 94)tujuan suatu penelitian adalah upaya untuk memecahkan masalah. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, peneliti mempunyai tujuan penelitian yang akan dicapai. Tujuan itu antara lain sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun 2. Mendeskripsikan proses pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun. 3. Mendeskripsikan penilaian (assessment) pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun.

digilib.uns.ac.id 9 4. Menganalisis hambatan dalam proses pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis, Manfaatnya adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan baru tentang pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun baik bagi peneliti, mahasiswa, dosen/pendidik, ketua jurusan, serta para pemangku kebijakan (stakeholder) dalam dunia pendidikan. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka penyempurnaan pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun, khususnya dalam hal pembelajaran sejarah lokal kepada para mahasiswanya. c. Membuka kemungkinan untuk penelitian lebih lanjut tentang permasalahan sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dosen Sebagai acuan dan dorongan bagi para dosen Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun untuk lebih meningkatkan

digilib.uns.ac.id 10 mutu pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sejarah lokal kepada para mahasiswanya. b. Bagi Mahasiswa Sebagai sarana bagi para mahasiswa agar mendapatkan pengetahuan mengenai hasil pembelajaran sejarah lokal yang diterapkan di kampusnya. c. Bagi universitas Memberikan informasi dan strategi dalam pembelajaran sejarah lokal yang lebih baik. Hal tersebut sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan mutu proses pembelajaran di IKIP PGRI Madiun.