BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TIDAK DITERIMANYA KUMULASI GUGATAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KABUPATEN KEDIRI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB IV ANALISIS KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI, ISBAT NIKAH DAN PENETAPAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

Bismillahirrahmanirrahim

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada laporan penelitian, deskripsi, dan pembahasan penelitian maka

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

Putusan Nomor : 276/Pdt.G/2011/PA.Pkc. hal. 1 dari 10 hal.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

PUTUSAN Nomor: 467/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

PUTUSAN Nomor 019/Pdt.G/2014/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. NOMOR : 126/Pdt.G/2010/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bismillahirrahmanirrahim

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

PUTUSAN Nomor 1387/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama. masing-masing pihak baik suami maupun istri adalah merupakan harta

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial yang harus diakui keberadaanya, dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Anak juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

bismillahirrahmanirrahim

PUTUSAN. Nomor : xxx/pdt.g/2012/ms-aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 1717/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N Nomor: 1373/Pdt.G/2014/PA. Pas

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 1359/PDT. G/2013/PA. MLG DENGAN ALASAN GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM PERKARA CERAI GUGAT

PUTUSAN Nomor 0040/Pdt.G/2014/PA.Pkc

P U T U S A N. Nomor: 1294/Pdt.G/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0852/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

bismillahirrahmanirrahim

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P E N E T A P A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2011/PA.Ktb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

PENETAPAN. Nomor : 1740/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bismillahirrahmanirrahim

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

bismillahirrahmanirrahim

PUTUSAN Nomor 130/Pdt.G/2015/PA.Pas

bismillahirrahmanirrahim

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI DALAM PUTUSAN NO. 718 K/AG/2012

SALINAN P U T U S A N Nomor 40/Pdt.G/2012/PA.Sgr. pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara Cerai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

P U T U S A N Nomor: 28/Pdt.G/2011/PA.Gst

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

PUTUSAN Nomor 035/Pdt.G/2014/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor 0330/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

P U T U S A N. Nomor : 1053/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

P U T U S A N 37/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim

(Implementasi Pembagian Harta Bersama Terhadap Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Samarinda (Studi Kasus di Pengadilan Agama Samarinda))

bismillahirrahmanirrahim

Salinan P U T U S A N

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

TENTANG DUDUK PERKARA

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc.

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir batin ini harus ada, karena

P U T U S A N. Nomor 1881/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang secara lahir dan batin telah siap menjalankannya. Tidak perlu ada rasa takut dalam diri setiap muslim untuk menjalankan sebuah pernikahan dikarenakan ketidakmampuan finansial. Karena Allah swt telah berjanji akan memberikan kemampuan bagi mereka yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang menjalankan pernikahan akan dimampukan dalam hal finansial, tidak menutup kemungkinan dalam sebuah pernikahan akan mendapatkan ujian. Tidak semua orang yang menjalankan sebuah pernikahan bisa menjaga keutuhan rumah tangganya dengan sempurna. Seperti halnya kasus perceraian yang banyak terjadi di Pengadilan Agama. Itu merupakan contoh dari mereka yang kurang bisa menjaga keharmonisan rumah tangganya. Semua individu yang sudah memasuki kehidupan berumah tangga pasti menginginkan terciptanya suatu rumah tangga yang bahagia, sejahtera, lahir dan batin serta memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat. Tentu saja dari keluarga yang bahagia ini akan tercipta suatu masyarakat yang harmonis dan akan tercipta masyarakat yang rukun, adil, damai dan makmur. Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan keharmonisan berumah tangga sehingga diperlukan perjuangan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga sampai ajal menjemput nantinya, hal ini dikarenakan dalam keluarga akan selalu muncul permasalahan yang bisa

mengoyahkan persatuan yang dibina tadi, bahkan keutuhan keluarga yang kuat bisa terancam dan berakibat kepada perceraian. Alasan setiap orang mengajukan perceraian bermacam-macam, seperti amoral, meninggalkan kewajiban, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan, dan perselisihan yang terjadi secara terus menerus. Pengajuan permohonan perceraian tidak hanya bisa dilakukan oleh seorang suami, tetapi juga bisa dilakukan oleh seorang istri. 1 Adapun perceraian yang diajukan suami disebut cerai talak, yaitu permohonan kepada Pengadilan Agama untuk diizinkan menjatuhkan talak kepada sang istri. Sedangkan cerai gugat adalah permohonan perceraian yang diajukan oleh istri kepada Pengadilan Agama agar memutuskan perkawinannya dengan tergugat. Dalam mengajukan permohonan perceraian, tidak sedikit dari mereka yang menggabungkan beberapa tuntutan dalam satu gugatan yang biasanya disebut kumulasi. Kumulasi gugatan atau samenvoeging van vordering, yaitu penggabungan lebih dari satu tuntutan hukum ke dalam satu gugatan. 2 Perceraian merupakan peristiwa pengakhiran ikatan antara suami dan isteri disebabkan ketidakmungkinannya mempertahankan keutuhan rumah tangga. Oleh karena perkawinan juga merupakan bentuk dari suatu perikatan, maka ketika perikatan itu berakhir timbul berbagai akibat hukum sebagaimana lazimnya suatu 1 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta: Kencana, 2005) h. 41. 2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2007) h. 35

perikatan. Namun demikian, karena perkawinan merupakan bentuk perikatan yang bersifat sangat khusus berupa ikatan batiniah, maka pengaturannyapun tidak tunduk kepada ketentuan perikatan pada umumnya, melainkan diatur secara khusus dalam sebuah Undang-Undang tersendiri yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 sebagai peraturan pelaksanaannya. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengatur berbagai ketentuan hukum materiil perkawinan dan segala sesuatu yang terkait dengannya, sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 mengatur tentang tata cara perkawinan dan perceraian sekaligus merupakan hukum acara dalam menyelesaikan sengketa rumah tangga (perceraian). Selain kedua ketentuan ini terdapat pengaturan lain yang dikhususkan bagi orang beragama Islam yaitu yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang dirubah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang dirubah menjadi Undang- Undang Nomor 50 Tahun 2009. 3 Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, semua tata cara perceraian yang berlaku di lingkungan peradilan agama mengacu kepada ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 sehingga hukum acara tentang perceraian yang diberlakukan di lingkungan peradilan agama sama dengan yang diberlakukan di lingkungan peradilan umum. Namun setelah lahirnya Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 terdapat beberapa ketentuan khusus yang tidak 3 Hoerudin Ahrum, Peradilan Agama (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994) h. 89

ditemukan dalam peraturan pemerintah, salah satunya adalah ketentuan yang mengatur tentang kebolehan menggabungkan gugatan perceraian dengan beberapa gugatan lain sebagaimana diatur dalam Pasal 66 ayat (5) dan Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang tersebut. Kedua pasal ini membolehkan seorang suami atau isteri yang mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama sekaligus mengajukan gugatan penguasaan anak, nafkah anak, nafkah isteri, dan harta bersama. 4 Pembagian harta bersama menurut ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak ditetapkan secara tegas berapa bagian masing-masing suami atau istri yang bercerai baik cerai hidup maupun cerai mati. Selain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, di Indonesia juga berlaku Kompilasi Hukum Islam, yang berkaitan dengan pembagian harta bersama sebagaimana diatur dalam Pasal 96 dan 97 Kompilasi Hukum Islam (KHI) tersebut, yang menyebutkan bahwa pembagian harta bersama baik cerai hidup maupun cerai mati ini, masing-masing mendapat setengah dari harta bersama tersebut. 5 Selengkapnya Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam berbunyi: 1) Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama. 2) Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau suaminya hilang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya yang hakiki atau mati secara hukum atas dasar keputusan Pengadilan Agama. 4 Ibid, h. 157 5 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) h. 288

Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa: janda atau duda yang cerai hidup, masing-masing berhak mendapat seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan. 6 Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa pembagian harta bersama karena cerai hidup dapat dilakukan secara langsung antara bekas istri dan suami dengan pembagian masing-masing separuh bagian. Perkara yang menyangkut perceraian kemudian berlanjut dengan pembagian harta bersama ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Kendari yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam dan terkadang perkara ini diajukan bersama-sama atau biasa disebut kumulasi dan tentunya penyelesaiannya ini berada dalam kewenangan Pengadilan Agama. Menggabungkan dua gugatan ke dalam satu gugatan dengan tujuan, untuk mempercepat proses dalam mengadili, serta menghemat biaya dalam berperkara. Semua itu dilakukan demi asas peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Satu hal yang perlu digaris bawahi, tidak semua perkara yang diajukan ke Pengadilan bisa digabungkan. Harus ada kesesuaian atau koneksitas yang erat antara satu perkara dengan perkara yang lain. Jika dilihat dalam perkara yang sedang peneliti lakukan adalah bahwa antara perkara gugat cerai dengan perkara harta bersama memiliki keterkaitan yang erat. Jadi, tidak ada salahnya jika kedua perkara tersebut digabungkan kedalam satu gugatan. 6 Ibid, h. 288

Tetapi sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa tujuan kumulasi gugat adalah untuk menyederhanakan proses berperkara sehingga terwujud asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan. Diadakannya asas ini tidak lain adalah untuk memberikan kemudahan dan pelayanan yang baik kepada masyarakat pencari keadilan. Upaya mewujudkan asas ini merupakan kewajiban pengadilan (termasuk hakim) sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 yang menyatakan Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Berdasarkan asas ini pula Mahkamah Agung telah menetapkan visinya yaitu mewujudkan supremasi hukum melalui kekuasaan kehakiman yang mandiri, efektif, efisien, serta mendapatkan kepercayaan publik, profesional dan memberikan pelayanan hukum yang berkualitas, terjangkau dan biaya rendah bagi masyarakat serta mampu menjawab panggilan pelayanan publik. Bertitik tolak dari latar belakang diadakannya asas peradilan serta memperhatikan visi Mahkamah Agung maka lembaga peradilan harus berupaya dengan sungguh-sungguh memberikan kemudahan dan pelayanan yang baik bagi pencari keadilan, atau dengan kata lain berusaha mewujudkan kemaslahatan bagi para pencari keadilan. Jika masyarakat merasa tidak terlayani dengan baik atas proses penyelesaian perkaranya berarti lembaga peradilan itu tidak menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.

Berkenaan dengan kumulasi gugat dalam perkara perceraian, maka yang perlu dicermati adalah cara mana yang lebih memberikan kemaslahatan atau lebih cepat proses penyelesaiannya bagi para pihak yang berperkara, apakah dengan diputus secara bersamaan atau diputus secara terpisah. Jika diputus secara bersamaan lebih memberikan kemaslahatan, maka cara itu yang harus ditempuh, sebaliknya jika diputus secara terpisah lebih memberikan kemaslahatan, maka cara terakhir yang harus ditempuh. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti penyelesaian perkara gugatan perceraian yang dikumulasikan dengan harta bersama di Pengadilan Agama Kelas I A Kendari. B. Fokus Penelitian Bertolak dari latar belakang di atas, maka penelitian ini difokuskan pada masalah penyelesaian perkara gugatan perceraian yang dikumulasikan dengan harta bersama di Pengadilan Agama Kelas I A Kendari (Studi Kasus dari Tahun 2007-2012). C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses penyelesaian perkara kumulasi gugatan perceraian di Pengadilan Agama Kelas I A Kendari? 2. Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam penyelesaian perkara kumulasi gugatan perceraian di Pengadilan Agama Kelas I A Kendari?

D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses penyelesaian perkara kumulasi gugatan perceraian di Pengadilan Agama Kelas I A Kendari. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam penyelesaian perkara kumulasi gugatan perceraian di Pengadilan Agama Kelas I A Kendari. E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Untuk memperkaya wacana keislaman dalam bidang hukum, baik Hukum Islam dan Hukum positif. b. Dengan hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi Jurusan Syari ah di STAIN Sultan Qaimuddin Kendari. 2. Secara Praktis a. Dapat memenuhi persyaratan kelulusan strata 1 (S1) F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami skripsi dengan judul Penyelesaian Perkara Kumulasi Gugatan Perceraian di Pengadilan Agama Kelas I A Kendari maka penulis akan mendeskripsikan pengertian sebagai berikut: 1. Penyelesaian adalah proses atau cara menyelesaikan. 2. Kumulasi gugat adalah penggabungan beberapa tuntutan hukum kedalam satu gugatan. 3. Perceraian adalah putusnya perkawinan di depan sidang pengadilan.

4. Faktor penghambat adalah kendala-kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan perkara. Penyelesaian perkara kumulasi gugatan perceraian adalah proses atau cara menyelesaikan beberapa gugatan yang digabungkan menjadi satu dalam hal ini adalah gugat cerai yang dikumulasikan dengan harta bersama di Pengadilan Agama Kelas I A Kendari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Relevan Penelitian yang sejenis dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah skripsi yang ditulis oleh Cahyani dengan judul Penyelesaian Perkara Harta Bersama Pada Pengadilan Agama Kendari Ditinjau Dari Hukum Islam. 7 Masalah yang diteliti yakni ada dua yaitu 1). Bagaimana proses penyelesaian perkara harta bersama suami-istri sebelum bercerai dengan harta bersama suami-istri pasca perceraian? 2). Apakah proses penyelesaian perkara harta bersama di Pengadilan Agama Kendari telah sesuai dengan Hukum Islam?. Hasil penelitian tersebut adalah penyelesaian perkara harta bersama oleh Pengadilan Agama Kendari ditinjau dari segi hukum Islam telah memenuhi kaidah penyelesaian perkara yang sangat mengedepankan penyelesaian secara damai. Sekalipun kedua belah pihak dalam persidangan masing-masing mempertahankan dalil-dalilnya untuk mendapatkan harta bersama terutama pihak suami yang bersikeras menguasai harta bersama tanpa ingin memberikan seperduanya kepada istri/bekas istrinya, namun setelah Pengadilan Agama memutuskan perkaranya, kedua belah pihak bersedia mentaatinya secara suka rela. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama melihat permasalahan harta bersama sedangkan perbedaannya adalah Cahyani hanya membahas tentang 7 Cahyani, Penyelesaian Perkara Harta bersama Pada Pengadilan Agama Kendari Ditinjau Dari Hukum Islam (Kendari: Skripsi, 2004) h. 6