BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas pasar modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik merupakan salah satu ciri kemajuan ekonomi suatu Negara. Hal tersebut dapat tercermin dari angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena IHSG merepresentasikan rata-rata dari harga saham di BEI. Perubahan indeks IHSG sangat dipengaruhi oleh berbagai informasi baik informasi yang bersifat ekonomi maupun non-ekonomi. Informasi yang bersifat non-ekonomi tidak berpengaruh secara langsung dengan pasar modal, tetapi informasi ini dapat mempengaruhi aktivitas di pasar modal. Informasi non-ekonomi tersebut seperti isu hak asasi manusia, kepedulian terhadap lingkungan sosial, dan peristiwa-peristiwa politik. Informasi non-ekonomi ini sering digunakan oleh para investor sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan investasinya. Hipotesis pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) menyatakan bahwa harga sekuritas yang terbentuk di pasar modal secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information), termasuk informasi yang berada dalam laporan-laporan keuangan perusahaan emiten (Jogiyanto, 2010). Pada saat informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, maka terlebih dahulu para pelaku pasar menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news) (Ervira et al, 2014). 1
2 Peristiwa-peristiwa yang memiliki kandungan informasi positif akan mendorong kegiatan perekonomian dalam negeri sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan para stakeholdersnya. Sebaliknya peristiwa yang memiliki kandungan informasi negatif akan menghambat kegiatan perekonomian dalam negeri sehingga perusahaan sulit berkembang dan akhirnya menurunkan value perusahaan di mata investor (Zaqi, 2006) Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa suatu peristiwa yang memiliki informasi buruk biasanya akan direspon negatif oleh pasar dan peristiwa yang memiliki informasi yang baik akan direspon positif oleh pasar. Suatu peristiwa yang memiliki kandungan informasi relevan bagi investor akan menimbulkan reaksi pasar yang tercermin melalui perubahan harga saham. dimana reaksi ini dapat diukur dengan abnormal return. Abnormal return menurut Jogiyanto (2010) adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Peristiwa-peristiwa politik, seperti pemilihan Presiden (pilpres), pemilihan legislatif (pileg), pergantian pemerintahan, pengumuman kabinet menteri, kerusuhan politik, peperangan, dan peristiwa lainnya sangat mempengaruhi harga saham di bursa efek karena peristiwa-peristiwa politik tersebut bersifat tidak pasti dan berkaitan erat dengan kestabilan perekonomian negara. Peristiwa politik seperti penggantian Presiden dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dengan
3 perubahan terhadap kebijakan pemerintah. Oehler et al (2013) menyatakan bahwa hasil dari pemilihan presiden berdampak terhadap seluruh sektor ekonomi dan perusahaan secara positif maupun negatif berkaitan dengan kebijakan seperti kebijakan perpajakan, kebijakan moneter, kebijakan perdagangaan, kebijakan lingkungan serta pertahanan dan keamanan. Chen (2013) menyimpulkan bahwa ketika terjadi penggantian Presiden sinyal perubahan kebijakan politik berpengaruh terhadap ekonomi. Salah satu peristiwa politik yang akan diuji pengaruhnya terhadap pasar modal Indonesia adalah peristiwa Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tahun 2014. Alasan peneliti memilih peristiwa tersebut adalah karena peristiwa tersebut merupakan peristiwa berskala nasional yang berdampak luas dan berpengaruh terhadap iklim investasi Indonesia dan peristiwa ini relevan memberikan harapan return dari investasi yang akan dilakukan oleh investor. Selain itu Pemilu pada tahun 2014 berbeda dengan pemilu tahun-tahun sebelumnya, yaitu adanya perbedaan hasil penghitungan suara cepat (quick count). Dimana hasil penghitungan suara cepat tersebut memberikan hasil berbanding terbalik yang dilakukan oleh dua belas lembaga survei di Indonesia pada tanggal 9 Juli 2014. Delapan lembaga survei, yaitu Lembaga Survei Indonesia (LSI), Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Populi Center, Kompas, Radio Republik Indonesia (RRI), CSIS-Cyrus Network, Indikator, dan Pol-Tracking memenangkan pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden nomor urut 2, yaitu Jokowi-Jusuf Kalla, sedangkan empat lembaga survei lainnya Lembaga Sandi Negara (LSN), Jaringan Suara Indonesia (JSI), Puskaptis, dan Indonesia
4 Research Center (IRC) memenangkan pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden nomor urut 1 yaitu Prabowo-Hatta. Sementara itu, pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengenai hasil pemilihan Presiden pada tanggal 21 Juli 2014 menetapkan pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden Jokowi-Jusuf Kalla sebagai pemenang pemilu dengan hasil kemenangan sebesar 53,15 persen, sedangkan pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden nomor urut 1, Prabowo-Hatta memperoleh 46,85 persen suara. Saat penetapan oleh KPU pihak Prabowo-Hatta yang pada saat itu dalam posisi kalah kemudian menarik diri dari proses penghitungan suara karena diduga adanya kecurangan dalam proses pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Akibat ketidakpuasan dari hasil penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum, pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden Prabowo- Hatta melaporkan Lembaga Komisi Pemilihan Umum ke Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Kontitusi memberikan putusan menolak seluruh permohonan calon Presiden dan calon Wakil Presiden Prabowo-Hatta pada tanggal 21 Agustus 2014. Dengan ditolaknya seluruh permohonan menandakan bahwa pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden nomor urut 2, yaitu Jokowi-Jusuf Kalla adalah pemenang dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2014. Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 terpilih dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014 di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kondisi politik yang terjadi sebelumnya berangsur membaik, proses pelantikan berjalan dengan lancar dan
5 aman. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada masing-masing pengumuman serangkaian pemilihan umum Pesiden 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Data Indeks Harga Saham Gabungan pada Masing-Masing Pengumuman Serangkaian Pemilu 2014 Tanggal IHSG Perubahan Previous Closing 10 Juli 2014 Rp 5.024,71 Rp 5.098,01 1,46% 22 Juli 2014 Rp 5.127,12 Rp 5.083,52-0,85% 22 Agustus 2014 Rp 5.206,14 Rp 5.198,90-0,14% 20 Oktober 2014 Rp 5.028,95 Rp 5.040,53 0,23% Sumber: www.duniainvestasi.com Dari Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa kenaikan nilai IHSG paling tinggi terjadi pada tanggal 10 Juli 2014, yaitu pada peristiwa pengumuman perbedaan hasil penghitungan suara cepat (quick count) oleh lembaga survei di Indonesia (quick count) sedangkan penurunan nilai IHSG terendah terjadi saat peristiwa pengumuman resmi (real count) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini menandakan bahwa pasar lebih merespon informasi pada peristiwa perbedaan hasil penghitungan suara cepat (quick count) oleh lembaga survei di Indonesia (quick count) dibandingkan dengan pengumuman resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) walaupun masih belum mendapat kepastian secara hukum. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa reaksi pasar modal dipengaruhi oleh informasi non-ekonomi, yaitu peristiwa Pemilu Legislatif 2009 (Nurhaeni, 2009), Pernyataan Negatif Presiden Barack Obama tentang Berwisata ke Las Vegas agar Para Traveller Menghindari Kawasan Kasino (Gift dan Gift,
6 2010), Peristiwa Pergantian Menteri Keuangan tahun 2010 (Syafitri, 2012), dan Peristiwa Pemilihan Presiden di Mesir (Nezerwe, 2013). Penelitian tentang reaksi pasar dengan event study peristiwa politik yang dihubungkan dengan analisis fundamental belum banyak dilakukan. Noekent (2001) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi terjadinya abnormal return, yaitu ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan risiko perusahaan. Hal tersebut yang memotivasi peneliti untuk menambahkan variabel kontrol rasio leverage karena sangat penting bagi para investor yang hendak berinvestasi dalam saham di pasar modal untuk mengalisis tingkat risiko dari investasi yang dipilih khususnya bagi para investor konservatif yang memiliki tujuan untuk menguasai perusahaan. Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari utang atau modal, sehingga dengan rasio ini dapat diketahui posisi perubahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap kepada pihak lain serta keseimbangan nilai aktiva tetap dengan modal yang ada. Rasio leverage dalam Esthirahayu et al (2014) terdiri dari debt to asset ratio (DAR) dan debt to equity ratio (DER). DAR merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Sedangkan DER merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total ekuitas. Rasio leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) karena memiliki ukuran nilai yang dapat diidentifikasi dengan jelas dan sering dirujuk penelitian sebelumnya yang membahas tentang analisis fundamental. Selain itu bagi investor
7 konservatif akan cenderung menginginkan prospek tingkat pengembalian yang tinggi, namun mereka enggan untuk menghadapi risiko, oleh karena itu investor tersebut lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak risiko dari risiko utang yang tinggi (Brigham dan Houston, 2006). Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat yang dapat mengurangi hak pemegang saham (Sandhieko, 2009). Perusahaan dengan tingkat DER yang tinggi memiliki risiko rugi yang lebih tinggi namun memiliki tingkat pengembalian harapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki DER yang rendah. Sejalan dengan teori harapan oleh Vroom (1994) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara upaya melaksanakan kerja dengan hasil kerja dalam hal ini apabila investor menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi dengan mengurangi risiko yang ada maka diperlukan upaya yang tinggi salah satunya dengan menggunakan analisis terhadap rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan emiten. Dengan adanya event politik yang menyita perhatian investor, dapat diduga bahwa perusahaan yang memiliki angka DER rendah akan lebih direspon positif dibandingan perusahaan yang memiliki angka DER yang tinggi karena tingkat risiko perusahaan dapat mempengaruhi sensitivitas dari pasar modal. Hal ini memungkinkan adanya perbedaan reaksi pasar diantara perusahaan yang memiliki DER rendah dan DER tinggi. Penelitian ini berupaya melakukan event study mengenai kaitan antara abnormal return dengan peristiwa Pemilu Presiden 2014 dengan tujuan untuk
8 mengamati ada tidaknya perbedaan reaksi pasar modal terhadap suatu event pemilihan Presiden pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan rendah. Rasio DER dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkan suatu utang (Suharli, 2005). Sampel dari penelitian ini menggunakan seluruh saham perusahaan diluar sektor keuangan yang aktif diperdagangkan di BEI, serta perusahaan yang tidak melakukan corporate action. Indeks yang digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan alasan bahwa IHSG menjadi indikator kinerja bursa saham paling utama dan merepresentasikan harga saham secara keseluruhan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Apakah terdapat perbedaan reaksi pasar terhadap peristiwa perbedaan hasil penghitungan suara cepat (quick count) oleh dua belas Lembaga Survei di Indonesia pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan angka DER rendah? 2) Apakah terdapat perbedaan reaksi pasar terhadap peristiwa pengumuman resmi (real count) oleh Komisi Pemilihan Umum pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan angka DER rendah?
9 3) Apakah terdapat perbedaan reaksi pasar terhadap peristiwa putusan Mahkamah Kontitusi tentang Pemenang Pemilu Presiden 2014 pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan angka DER rendah? 4) Apakah terdapat perbedaan reaksi pasar terhadap peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI yang terpilih pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan angka DER rendah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan reaksi pasar modal Indonesia terhadap peristiwa perbedaan hasil penghitungan suara cepat (quick count) oleh dua belas Lembaga Survei di Indonesia pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan angka DER rendah. 2) Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan reaksi pasar modal Indonesia terhadap peristiwa pengumuman resmi (real count) oleh Komisi Pemilihan Umum pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan angka DER rendah. 3) Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan reaksi pasar modal Indonesia terhadap terhadap peristiwa putusan Mahkamah Kontitusi tentang Pemenang Pemilu Presiden 2014 pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan angka DER rendah.
10 4) Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan reaksi pasar modal Indonesia terhadap peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI yang terpilih pada saham perusahaan yang memiliki angka DER tinggi dan angka DER rendah. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya serta pengembangan teori harapan dan teori pasar efisien dengan metode studi peristiwa dari penelitian terdahulu, yang diimplementasikan untuk mengetahui keinformatifan informasi yang terkandung dalam peristiwa politik dengan mempertimbangkan analisis faktor fundamental serta motivasi investor untuk memperoleh return dan menghindari risiko yang mungkin terjadi. 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajer perusahaan investasi dalam mengambil keputusan investasi dengan memperhatikan pengaruh kondisi politik di Indonesia terhadap kondisi perekonomiannya serta kemungkinan risiko terhadap investasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu investor untuk meminimalisir kerugian yang mungkin akan diderita
11 oleh investor akibat kondisi yang tidak pasti saat menjelang dan setelah pergantian kepemimpinan di Indonesia selain dari risiko fundamental dari investasi yang dipilih. 2) Bagi Manajemen Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengambilan keputusan investasi oleh perusahaan menjelang pergantian kepemimpinan yang akan datang, yaitu Pemilihan Umum tahun 2019. Dari hasil penelitian ini, diharapkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dapat memprediksi situasi non-ekonomi yang mungkin terjadi dan mempengaruhi volatilitas harga saham perusahaannya.