BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis merupakan istilah dari bahasa Yunani Kuno yang digunakan untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjuk melalui bahasa. Menurut Djajasudarma (2010 : 57) deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks di dalam struktur bahasa itu sendiri. Deiksis terbagi menjadi beberapa bagian yaitu ada deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis persona dan deiksis sosial tampaknya saling mempengaruhi karena kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan dalam situasi komunikasi atau tuturan. Deiksis sosial merupakan deiksis yang mengacu kepada keadaan tertentu dan juga mengandung konotasi sosial tertentu, seperti adanya persona kedua. Deiksis sosial dapat dilihat dari penggunaan bahasa untuk berkomunikasi atau bertutur. Deiksis sosial tidak hanya ditemukan dalam bahasa lisan, tetapi juga ditemukan dalam bahasa tulis. Deiksis sosial ini digunakan dalam suatu tuturan dengan memperhatikan konteks pembicaraan. Konteks dalam tuturan atau kalimat sangat mempengaruhi masyarakat karena masyarakat Indonesia yang menganut adat ketimuran yang masih menjujung tinggi status dan tingkat sosial di masyarakat. Levinson (1983: 90) mengatakan bahwa ada dua bentuk dasar informasi mengenai deiksis sosial yaitu bentuk relational (relasional) dan bentuk absolute (mutlak). Bentuk relasional berhubungan dengan peringkat relatif atau 1
2 rasa hormat antara penutur dengan mitra tutur, rujukan, penonton, dan tingkat keformalitasan yang berkaitan dengan tempat atau menyatakan suatu peristiwa. Bentuk deiksis sosial mutlak terkadang dikaitkan dengan status sosial yang berbeda (lebih tinggi dan lebih rendah). Bentuk deiksis sosial mutlak yaitu di antaranya authorized speaker (penutur yang berwenang) dan authorized recipient (penerima yang berwenang). Bentuk deiksis sosial ini memang ditujukan lebih kepada sebutan penghormatan yang dapat dilihat dari kesopan-santunan dalam berbahasa. Masyarakat Indonesia merupakan negara Timur yang masih menjunjung tinggi kesopanan dalam berbicara, meskipun kesopanan dan ungkapan hormat tersebut mulai memudar dengan berkembangnya zaman. Rubrik Khazanah merupakan salah satu rubrik yang disajikan pada surat kabar Republika. Rubrik Khazanah menghadirkan informasi dan berita khusus mengenai keagamaan, membahas tokoh-tokoh Islam di Indonesia, pejabat-pejabat tinggi khusus keagamaan di Indonesia, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh penggiat Islam, serta permasalahan mengenai keagamaan Islam. Penggunaan bahasa dalam rubrik Khazanah sangat diperhatikan, karena memang disesuaikan dengan konteks isi dari rubrik Khazanah yaitu memberikan informasi dan berita keagamaan Islam. Dalam aturan agama Islam, adab penggunaan sopan santun berbahasa dan ungkapan hormat masih sangat diperhatikan untuk berkomunikasi dalam sehari-hari. Peneliti menemukan adanya bentuk deiksis sosial di dalam rubrik Khazanah. Deiksis sosial tersebut salah satunya berkaitan dengan bentuk penghormatan. Bentuk penghormatan yang digunakan oleh penulis untuk orang yang dibicarakan dan untuk rujukannya. Bentuk deiksis sosial berupa penghormatan tersebut di antaranya berupa gelar dan sapaan yang ditujukan kepada
3 orang yang memahami dan mendalami ilmu keagamaan Islam. Tak hanya itu, bentuk deiksis sosial di dalam rubrik Khazanah juga dapat dilihat dari pemilihan kata sebagai bentuk keformalitasan bahasa sesuai dengan konteks berita. Adanya bentuk deiksis sosial membuat rubrik Khazanah menghadirkan informasi dan berita yang memberikan kesan baik dan sopan. Ketika membaca berita dalam rubrik Khazanah pada tanggal 1 Desember 2015, peneliti menemukan bentuk deiksis sosial dalam kalimat percakapan berikut ini: Bagaimana caranya supaya cita-cita kami tercapai seperti Bapak? Tanya seorang anak yatim piatu kepada Direktur Utama PLN (Persero) Sofyan Bashir. (I.1) Mendapat pertanyaan itu Sofyan segera memberikan jawaban kepada sejumlah anak yatim yang mengelilinginya Harus rajin belajar supaya pandai, berdoa dan patuh kepada orang tua. (I.2) Kutipan kalimat tersebut menunjukkan adanya bentuk deiksis sosial relasional ungkapan hormat yang digunakan penutur kepada mitra tuturnya. Mitra tutur pada konteks kalimat tersebut adalah lelaki yang bernama Sofyan dan yang berperan sebagai penutur adalah seorang anak kecil. Pada konteks kalimat tersebut anak kecil tersebut menghormati Sofyan Bashir menyapa dengan sebutan Bapak. Dalam kutipan kalimat tersebut terjadi adanya bentuk penghormatan dari seorang anak yatim kepada Sofyan Bashir. Penghormatan tersebut dipengaruhi oleh perbedaan faktor usia antara anak kecil dengan Sofyan Bashir. Ketika membaca berita dalam rubrik Khazanah pada tanggal 9 Desember 2015, peneliti juga menemukan bentuk deiksis sosial pada kutipan kalimat berikut: Saat itu sedang shalat Zhuhur dan akan dilanjutkan shalat jenazah. Namun Ustaz Toto tiba-tiba pingsan di beberapa rakaat terakhir shalat Zhuhur. Kata adik kandung Ustaz Toto, Indra Jaya. (VIII.4)
4 Pada kalimat tersebut, Ustaz termasuk bentuk mutlak deiksis sosial berupa penghormatan kepada yang berwenang (authorized recipient). Dikatakan mutlak, karena Ustaz memang mutlak atau sudah ditetapkan untuk digunakan sebagai penghormatan dalam keagamaan. Penerimanya pun dibatasi, hanya digunakan untuk penghormatan yang ditujukan hanya dalam keagamaan Islam. Ustaz merupakan orang yang dihormati karena kepandaiaannya dalam ilmu Islam. Sehingga sapaan Ustaz harus disebutkan kepada Toto sebagai penerima penghormatan dari Indra Jaya. Meskipun surat kabar termasuk dalam wacana tulis yang terkait dan dengan ketentuan gaya jurnalistik. Namun, dalam gaya jurnalistik pada surat kabar juga terdapat ketentuan untuk memperhatikan sebutan penghormatan dan juga pemilihan kata-kata sebagai bentuk kesopanan dan keformalitasan bahasa. Maka, peneliti berasumsi bahwa deiksis sosial juga terdapat dalam wacana tulis rubrik Khazanah pada surat kabar Republika. Oleh karena itu, penelitian berjudul Bentuk Deiksis Sosial dalam Wacana Rubrik Khazanah pada Surat Kabar Republika Edisi Desember 2015 perlu dilakukan untuk membuktikan kebenaran asumsi peneliti mengenai deiksis sosial dengan menggunakan kajian yang empirik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana bentuk deiksis sosial yang digunakan dalam rubrik Khazanah pada surat kabar Republika edisi Desember 2015?
5 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu untuk mendeskripsikan bentuk deiksis sosial yang digunakan dalam rubrik Khazanah pada surat kabar Republika edisi Desember 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan sebagai upaya menambah pengetahuan kebahasaan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai deiksis sosial dalam bahasa Agama. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian deiksis sosial ini bermanfaat untuk para editor surat kabar, karena berkaitan dengan penulisan yang baik dan juga menyatakan penghormatan yang penulis tujukan kepada mitra tutur atau pembaca. b. Penelitian deiksis sosial ini dapat bermanfaat untuk pembaca dalam berkomunikasi sehari-hari agar dapat menggunakan bahasa yang lebih baik lagi dengan memperhatikan lawan bicara dan konteks pembicaraan. c. Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai penggunaan deiksis sosial dalam bahasa Jawa di lingkungan keraton.