ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dibentuk sebagai organisasi regional pada 8 Agustus 1967 di Bangkok

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. Daya saing sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2005 menempati

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

PERANAN PENDIDIKAN SAINS DAN TEKNOLOGI PADA ERA ASEANEconomic Community. Oleh Sarwanto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

#GusDur

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PEMBERLAKUAN AREA PERDAGANGAN BEBAS ASEAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

TUGAS ARTIKEL ETIKA PROFESI. Strategi Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. maka dibutuhkannya peranan negara dalam menyusun laju perekonomian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

: : PANGKAT/ GOL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik luar negri dan strategi keamanan dan perdamaian kawasan. Namun setelah itu kerjasama ASEAN lebih ditingkatkan, diperluas dan dipererat sekaligus bertambah negara anggotanya. Negara-negara ASEAN telah mengadakan kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi sejak awal tahun 80an 1 seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial Complementation Scheme (AIC) tahun 1981 (atau disebut juga dengan Brand to Brand Complementation/BBC) dan the ASEAN Industrial Joint Venture (AIJV) tahun 1983. 2 Kemudian pada awal 1990an kerjasama ekonomi ditingkatkan menjadi integrasi ekonomi ASEAN yaitu membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN atau ASEAN Free Trade Area yang ditandatangani pada 1992 dan terbentuk 2003. Selanjutnya perjanjian tersebut ditingkatkan lagi dengan membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN atau AEC (ASEAN Economic Community) pada 2003 dengan terbentuknya piagam ASEAN. 3 1 Koesrianti, Pembentukan ASEAN ECONOMIC COMMUNITY ( AEC ) 2015 : Integrasi Ekonomi Berdasar Komitmen Tanpa Saksi, Law Review VOL. XIII No.2 November, 187, 2013, h. 188 2 Ibid, h. 192 3 Koesrianti, Op. Cit, h. 188 1

2 AEC merupakan realisasi tujuan akhir integrasi ekonomi sesuai visi ASEAN 2020, yang didasarkan pada kepentingan bersama Negara Anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang telah ada dan inisiatif baru dengan kerangka waktu yang jelas. 4 Untuk membentuk AEC, ASEAN harus melaksanakan kewajiban sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi yang terbuka, berwawasan keluar, inklusif, dan berorientasi pada pasar, sesuai dengan aturan-aturan multilateral serta patuh terhadap system berdasarkan aturan hukum agar pemenuhan implementasi komitmen-komitmen ekonomi dapat berjalan efektif. 5 AEC akan membentuk ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan langkah-langkah dan mekanisme baru untuk memperkuat implementasi inisiatif-inisiatif ekonomi yang telah ada, mempercepat integrasi kawasan dalam sektor-sektor prioritas, mempermudah pergerakan para pelaku usaha tenaga kerja terampil dan berbakat dan memperkuat institusi ASEAN. 6 Karakteristik utama AEC sebagai berikut : a. Pasar tunggal dan basis produksi b. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi c. Kawasan pembangunan ekonomi yang merata d. Kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global Karakteristik tersebut memiliki sifat ketergantungan antara satu dan lainnya. 7 4 ASEAN Economic Community Blueprint h.6-7 5 Ibid 6 Ibid 7 Ibid

3 Liberalisasi perdagangan internasional ini akan membawa banyak keuntungan yaitu : 1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi. 8 2. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15%. 9 3. Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke intra-asean hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-asean masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-asean berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-asean. 10 4. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan mendistribusikan barang 8 http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=7911 9 Ibid 10 Ibid

4 yang berkualitas secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produkproduk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri. 11 5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. 12 Tetapi juga akan menimbulkan banyak masalah di bidang hukum persaingan usaha, misalnya akan ada banyak praktek kartel yang terjadi lingkupnya bukan di dalam negeri saja namun kartel ini bisa saja kerjasama antar negara sesama anggota ASEAN, dengan maksud untuk mengontrol jumlah produksi mereka dan akhirnya mereka dapat mengontrol harga. Hal ini pun tentunya akan merugikan konsumen yang berharap dengan adanya AEC maka mereka 11 Ibid 12 Ibid

5 akan mendapat barang-barang berkualitas dengan harga terjangkau. Robert Shalpen menyebutkan bahwa pada kenyataannya ASEAN belum mampu menunjukkan jati dirinya sebagai wadah kerjasama ekonomi regional sebagaimana yang telah diperjanjikan semula. 13 Masih banyak kendala yang dihadapi ASEAN untuk mewujudkan apa yang tercantum pada statuta pendiriannya, seperti persaingan yang bersifat politis, ekonomis, rasialis, dan lainlain. Di samping masih rendahnya tingkat saling mengisidalam kegiatan ekonomi, masing-masing negara anggota ASEAN juga memiliki tingkat Produk nasional Bruto (PNB) yang cukup besar. Contohnya dapat dilihat pada perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara Singapura dan Indonesia, dan hal ini menjadi kendala apabila ASEAN akan menciptakan wilayah perdagangan bebas, karena barang-barang dari Negara yang telah memiliki industry yang maju akan membanjiri negara-negara berkembang sehingga akan mengakibatkan terciptanya polarisasi perkembangan ekonomi dan industri, dimana negara yang telah maju industrinya akan bertambah maju dan yang belum maju akan semakin tertinggal. Terlepas dari semua hal tersebut keberhasilan kerjasama regional merupakan keharusan dan tidak dapat ditawar lagi karena jika gagal tentunya akan berdampak buruk bagi Indonesia. 14 Competition authority di wilayah regional Asia Tenggara semakin menunjukkan peran yang signifikan, hal tersebut ditunjukkan dengan penyelenggaraan ASEAN Competition Conference dan AEGC High Level Meeting. Mengutip dari Jurnal Kompetisi hasil wawancara dengan KPPU 13 Jonker Sihombing, KERJASAMA ASEAN : Manfaat dan Tantangannya bagi Indonesia, Law Review VOL. XIII No.2 November, 187, 2013, h.231 14 Ibid, h. 237

6 mengenai apakah akan segera dibentuk competition authority di ASEAN, KPPU menyatakan bahwa tidak akan membuka pembicaraan mengenai hal tersebut sebelum tahun 2015 sebelum setiap negara harus mengambil keputusan apakah akan mengadopsi kebijakan persaingan atau tidak. Itu adalah langkah terakhir, kemungkinan Regional Competition Authority terbentuk tahun 2020. Keputusan adanya Regional Competition Authority akan dibicarakan ketika semua Negara ASEAN sudah menjalankan kebijakan persaingan karena jika dimulai sekarang maka akan banyak tanggapan buat apa ikut, mending tidak usah. Hal ini sudah dibicarakan namun perlu kehati-hatian, karena ketika konferensi pertama di Bali yaitu Declaration of ASEAN Concord II pada 7 Oktober 2003 yang menyepakati untuk membentuk komunitas ASEAN pada 2020 termasuk AEC. 15 Saat itu semua negara anggota dari seluruh ASEAN anti persaingan contohnya Singapore, Malaysia, dan Brunei. Thailand yang telah memiliki lembaga sejenis KPPU pun masih anti persaingan. Dua tahun setelah konferensi di Bali sudah mulai banyak yang menanyakan mengenai competition authority tersebut dan kurang lebih 1-2 tahun kemudian ketika ada pertemuan di negara lain, mereka sudah mulai tertarik. 16 Meskipun keberadaannya masih sekedar wacana competition authority akan sangat dibutuhkan nantinya, menurut Phillip J.H. Schroder dalam Cartel Economic Integration, menemukan bahwa integrasi ekonomi akan memberikan penurunan biaya perdagangan tertentu (tarif, biaya asuransi, atau resiko nilai tukar) dan memperlemah upaya kartel (baik dalam kuantitas atau harga), sehingga 15 ASEAN Economic Community Blueprint h.2 16 Jurnal Kompetisi, COMPETITION POLICY adalah pilar pasar tunggal ASEAN?, Jurnal Kompetisi Edisi 30 tahun 2011 hal 17-19

7 pasar menjadi lebih pro-persaingan. Beberapa peneliti lain juga pernah mengungkapkan bahwa perilaku anti persaingan dalam hal potensi kolusi antar perusahaan dapat terjadi karena kartel antar perusahaan dari beberapa negara menjadi lebih stabil ketika hambatan perdagangan dikurangi. 17 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka munculah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah telah ada lembaga sejenis KPPU yang bertugas mengawasi persaingan usaha di masing-masing negara anggota ASEAN? 2. Apakah diperlukan regional competition authority untuk mengawasi persaingan usaha negara-negara sesama anggota ASEAN dalam menghadapi (AEC) ASEAN Economic Community 2015? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah ada lembaga sejenis KPPU di masing-masing negara anggota ASEAN 2. Mengetahui apakah dibutuhkan adanya regional competition authority untuk mengawasi persaingan usaha di ASEAN dalam rangka AEC 1.4 Metode Penelitian 1.4.1 Pendekatan Masalah Penelitian ini menggunakan 2 Pendekatan yaitu Pendekatan Perundangundangan (statute approach) dan Pendekatan Konseptual (conceptual approach). 17 Deswin Nur, Integrasi Ekonomi dan Kebijakan Persaingan di Asia Tenggara, Jurnal Kompetisi Edisi 15 tahun 2009 hal 18

8 Pendekatan Konseptual adalah pendekatan yang berasal dari pandanganpandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum yang nantinya akan digunakan untuk mencari seberapa pentingnya kelembagaan dalam menghadapi AEC. 18 1.4.2 Sumber bahan hukum Penulisan skripsi ini menggunakan 2 sumber penelitian hukum yaitu sumber hukum primer dan sekunder. Sumber hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer dalam penulisan ini adalah UU No.5 th 1999 19 Bahan hukum sekunder merupakan semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen-dokumen resmi. Yang meliputi jurnal-jurnal hukum, dan buku-buku teks, artikel-artikel di internet, artikel di majalah, surat kabar, dan karya ilmiah yang terkait dengan penulisan skripsi ini. 20 1.4.3 Teknik Pengumpulan dan Pengelolaan Bahan Hukum Penulisan skripsi ini menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum melalui studi kepustakaan, bahan hukum yang telah diperoleh diseleksi, diuraikan, dan dianalisis kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Bahan hukum tersebut selanjutnya diolah dan dirumuskan dalam suatu pokok bahasan yang sistematis dan saling berkaitan dengan tema penulisan dan perumusan masalah yang diangkat pada penulisan skripsi ini. 18 Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2005, h.135 19 Ibid, h. 181 20 Ibid

9 1.4.4 Analisa Bahan Hukum Analisa bahan hukum yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deduktif, yaitu menganalisa bahan-bahan hukum yang telah diperoleh baik yang berasal dari bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selanjutnya dibahas, disusun, diuraikan, ditafsirkan, dan dikaji permasalahannya guna mendapatkan sinkronisasi dari semua bahan hukum dan memperoleh suatu kesimpulan sebagai upaya pemecahan masalah. 1.5 Pertanggungjawaban Sistematika Bab I berisi Pendahuluan yaitu sebagai pengantar penulisan skripsi ini yang terdiri dari Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Lalu ada Tujuan Penelitian dan Metode Penelitian yang berisi pendekatan masalah, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan dan pengelolaan bahan hukum, analisa bahan hukum dan yang terakhir adalah sistematika penulisan. Bab II akan membahas mengenai rumusan masalah yang pertama yaitu Apakah telah ada kelembagaan yang bertugas mengawasi persaingan usaha di semua negara anggota ASEAN. Pada bab ini akan dijelaskan apakah semua negara di ASEAN telah memiliki lembaga pengawas persaingan usaha di negara mereka masing-masing. Bab III akan membahas rumusan masalah yang kedua yaitu Apakah diperlukan regional competition authority untuk mengawasi persaingan usaha negara-negara sesama anggota ASEAN dalam menghadapi (AEC) ASEAN Economic Community 2015. Pada bab ini akan dijelaskan apakah semua negara

10 di ASEAN sudah tidak anti persaingan sehingga dapat menyepakati adanya lembaga yang mengawasi persaingan usaha antar negara ASEAN. Bab IV sebagai bagian penutup dari keseluruhan penulisan ini, dengan mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban-jawaban dari pembahasan permasalahan-permasalahan yang ada pada skripsi ini. Pada bab ini juga disertai saran-saran atas permasalahan yang dikemukakan dalam bab sebelumnya.