I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang berasal dari dua spesies liar yaitu Musa acuminata (A) dan Musa

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pisang dapat dengan mudah ditemui di

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah salah satu komoditas buah unggulan Indonesia yang terdiri atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Jati Emas (Cordia subcordata) kultur in vitro dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar.

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kentang di Indonesia semakin meningkat akibat pertambahan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Raja Bulu Kuning Kedudukan pisang dalam taksonomi tumbuhan menurut Suprapti (2005) adalah sebagai berikut: Kerajaan :

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

I. TINJAUAN PUSTAKA. 2-9 m yang mempunyai batang dibawah tanah atau rhizom. Pisang merupakan

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pisang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara yaitu kawasan

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

TINJAUAN PUSTAKA. pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. krisan. Perkebunan bunga krisan membutuhkan benih yang bermutu dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar, tanaman pisang banyak ditanam oleh petani baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Negara-negara penghasil pisang dunia adalah Indonesia, Brazil, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Hawai, serta negara-negara di Afrika seperti Pantai Gading, Pulau Kanari dan Uganda (Suyanti dan Supriyadi, 2010). Buah pisang digemari karena rasanya yang manis dan kandungan gizinya yang tinggi. Buah pisang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Vitamin yang banyak terkandung di dalam buah pisang yaitu vitamin A dan Vitamin B (Suhardiman, 1997). Kandungan gizi dalam 100 gram buah pisang yaitu kalori (90 kkal), karbohidrat (22,84 g), gula (12,23 g), serat (2,26 g), lemak (0,33 g), protein (1,09 g), vitamin A (3 μg), vitamin B 1 (0,031 mg), vitamin B 2 (0,073 mg), vitamin B 3 (0,665 mg), vitamin B 5 (0,334 mg), vitamin B 6 (0,367 mg), vitamin B 9 (20 μg), kalsium (8,7 mg), besi (5 mg), vitamin C (0,26 mg), magnesium (27 mg), fosfor (22 mg), potasium (358 mg) dan seng (0,15 mg) (Suyanti dan Supriyadi, 2010).

2 Selain rasa dan kandungan gizinya, kosumen juga menyukai aroma pisang yang harum. Salah satu jenis pisang yang disukai karena beraroma harum adalah pisang Ambon Kuning. Pisang Ambon Kuning ukurannya lebih besar dari jenis pisang Ambon lainnya. Selain itu jenis pisang ini memiliki kulit kuning muda yang tidak terlalu tebal. Daging buah yang sudah matang rasanya pulen, manis dan berwarna putih kekuningan (Nuswamarhaeni dkk., 1999; Widyastuti dan Paimin, 1993). Pisang Ambon Kuning memiliki genom AAA, bersifat triploid dan tidak berbiji (Jumari dan Pudjoarinto, 2000). Semakin meningkatnya pendapatan penduduk menyebabkan kebutuhan akan produk buah segar semakin meningkat. Pisang merupakan salah satu buah segar yang permintaannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut catatan Departermen Pertanian (2011), produksi pisang di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 5.454.226 ton kemudian meningkat pada tahun 2008 menjadi 6.004.615 ton dan tahun 2009 menjadi 6.373.533 ton. Luas areal panen pisang di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 98.143 ha kemudian meningkat pada tahun 2008 menjadi 107.791 ha dan tahun 2009 menjadi 119.018 ha. Namun demikian, meningkatnya produksi dan luas panen pisang tidak selalu diikuti dengan produktivitas pisang yang meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 produktivitas pisang sebesar 55,57 ton/ha dan meningkat pada tahun 2008 yaitu 55,71 ton/ha tetapi terjadi penurunan pada tahun 2009 menjadi 53,55 ton/ha (Departermen Pertanian, 2011). Penurunan produktivitas pisang tersebut salah satunya disebabkan oleh kualitas dan kurangnya ketersediaan bibit pisang yang digunakan sebagai bahan tanam.

3 Pada umumnya penyediaan bibit pisang dilakukan dengan cara konvensional yaitu menggunakan tunas anakan maupun belahan bonggol untuk mendapatkan tanaman yang true-to-type. Cara ini jika digunakan untuk penyediaan bibit dalam jumlah yang banyak tidak efektif. Selain waktu yang dibutuhkan lama, bibit pisang yang dihasilkan juga tidak seragam, sehingga waktu panen tidak sama pada suatu luasan lahan. Hal ini akhirnya menyebabkan produktivitas pisang menurun. Menurut Yusnita (2003) multiplikasi tanaman secara kultur jaringan merupakan teknik alternatif yang tidak dapat dihindari jika penyediaan bibit tanaman harus dilakukan dalam skala besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau lambat apabila diperbanyak dengan cara kovensional, multiplikasi tanaman dengan teknik kultur jaringan menawarkan peluang besar untuk menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Pada perbanyakan pisang dengan kultur jaringan atau metode pembiakan in vitro, pola regenerasi yang sering digunakan adalah perbanyakan tunas samping (axillary branching). Metode ini mengandalkan percabangan tunas samping yang pertumbuhannya dirangsang dengan zat pengatur tumbuh jenis sitokinin. Metode ini sering digunakan karena peluang untuk mendapatkan tanaman true-to-type lebih tinggi dibandingkan dengan metode pembiakan in vitro yang lain (Yusnita, 2003). Zat pengatur tumbuh yang paling utama digunakan dalam kultur jaringan tanaman adalah auksin dan sitokinin. Perbandingan pemberian sitokinin dan auksin berpengaruh terhadap arah pertumbuhan tanaman, hal ini telah diperlihatkan oleh

4 Skoog dan Miller (1957) sebagaimana dikutip oleh Trigiano dan Gray (2000). Apabila nisbah auksin terhadap sitokinin dalam suatu sistem kultur jaringan tinggi, maka kondisi tersebut akan memacu pertumbuhan akar pada eksplan dan menghambat pertumbuhan tunas. Sebaliknya, jika nisbah auksin terhadap sitokinin dalam suatu sistem kultur jaringan rendah, maka kondisi tersebut akan memacu pertumbuhan tunas pada eksplan dan menghambat pertumbuhan akar. Salah satu jenis sitokinin yang sering digunakan adalah benzyladenine (BA) karena efektivitasnya tinggi dan harganya yang relatif murah serta mudah didapatkan di Indonesia (Yusnita, 2003). Indole-3-acetic acid (IAA) merupakan salah satu jenis auksin yang sering dikombinasikan dengan sitokinin untuk multiplikasi tunas in vitro berbagai tanaman contohnya pada tanaman Bougainvillea, Citrullus, dan Sinningi (George dkk., 2008). Perbanyakan kultur in vitro pada pisang telah banyak diteliti oleh banyak peneliti adapun di antaranya pisang Malbhog (Roy dkk., 2010), pisang Ardhapuri, Basrai, Shrimanti (Bhosale dkk., 2011), pisang Abaca (Avivi dan Ikrarwati, 2004), pisang Tanduk (Susanti, 2008; Alisan, 2007), dan pisang Raja Bulu (Murad 2008; Saputra, 2008). Sedangkan pada pisang Ambon Kuning telah dilakukan oleh beberapa peneliti di antaranya dilaporkan oleh Yusnita dkk. (1996), Alisan (2007), Murad (2008), Anegra (2008), dan Pradana (2011) dengan formulasi media dasar yang digunakan adalah formulasi media Murashige dan Skoog, 1962 (MS). Formulasi media Murashige dan Skoog, 1962 (MS) banyak digunakan karena dapat digunakan hampir di semua macam tanaman dan memiliki konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi serta senyawa NO - 3 dan

5 NH 4 + yang mudah diserap oleh tanaman terutama tanaman herbaceus (Hendaryono dan Wijayani, 1994; Trigiano dan Gray, 2000). Oleh karena itu perlu pengujian terhadap efektivitas benzyladenine (BA) yang dikombinasikan dengan indole-3-acetic acid (IAA) terhadap perbanyakan tunas pisang Ambon Kuning. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut : (1) Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi BA terhadap multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning? (2) Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi IAA terhadap multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning? (3) Berapakah konsentrasi BA dan IAA yang menghasilkan tunas terbaik pada pisang Ambon Kuning? (4) Apakah terdapat interaksi antara penggunaan BA dan IAA dalam mempengaruhi multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut : (1) Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi BA terhadap multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning. (2) Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi IAA terhadap multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning. (3) Mengetahui konsentrasi BA dan IAA yang menghasilkan tunas terbaik pada pisang Ambon Kuning.

6 (4) Mengetahui interaksi antara penggunaan BA dan IAA dalam mempengaruhi multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning. 1.3 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran Kultur jaringan tanaman adalah teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2003). Kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat sama dengan induknya (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Menurut Yusnita (2003), pada perbanyakan tunas pisang, metode perbanyakan yang sering digunakan dalam kutur jaringan adalah metode percabangan tunas samping (axillary branching) karena peluang untuk mendapatkan tanaman trueto-type lebih tinggi dibandingkan dengan metode pembiakan in vitro yang lain. Di dalam metode ini, tunas apikal dimatikan untuk mencegah terjadinya dominansi apikal sehingga tunas samping akan muncul dan membentuk seperti rumpun (Hartmann dkk., 2002). Percabangan tunas samping diatur oleh interaksi auksin dan sitokinin. Auksin akan menekan pertumbuhan tunas aksilar apabila dalam kondisi tunggal atau sendiri tetapi apabila dikombinasikan dengan sitokinin maka sitokinin akan merangsang aktivitas sel dan akan memacu percabangan tunas samping sehingga tunas samping yang dihasilkan lebih banyak (Taiz dan Zeiger, 2006). Pengaturan pembentukan tunas dan akar dari eksplan telah dipostulatkan oleh Skoog dan Miller (1957) sebagaimana dikutip oleh Trigiano dan Gray (2000) bahwa

7 perbandingan antara sitokinin dan auksin dalam sistem tersebut berpengaruh terhadap arah diferensiasi tunas atau akar. Apabila nisbah auksin terhadap sitokinin dalam suatu sistem kultur jaringan tinggi, maka kondisi tersebut akan memacu pertumbuhan akar pada eksplan dan menghambat pertumbuhan tunas. Sebaliknya, jika nisbah auksin terhadap sitokinin dalam suatu sistem kultur jaringan rendah, maka kondisi tersebut akan memacu pertumbuhan tunas pada eksplan dan menghambat pertumbuhan akar. Apabila nisbah auksin terhadap sitokinin dalam suatu sistem kultur jaringan seimbang, maka kondisi tersebut akan memacu pertumbuhan kalus. Jenis sitokinin yang sering digunakan karena efektivitasnya tinggi adalah benzyladenine (BA). Selain karena efektivitasnya yang tinggi BA sering digunakan karena harganya yang relatif murah dan mudah didapatkan di Indonesia (Yusnita, 2003). Indole-3-acetic acid (IAA) merupakan salah satu jenis auksin alami yang berasal dari tanaman (Litwack, 2005), selain itu apabila IAA dikombinasikan dengan sitokinin dapat meningkatkan jumlah tunas karena cepat dimetabolisme dalam jaringan tanaman (Chaturvedi et al., 1978; Sharma et al., 1981; Barnes, 1979; Haramaki, 1971; Grunewaldt, 1977 dalam George dkk., 2008). Dengan pemberian BA tinggi dan IAA rendah diharapkan dapat meningkatkan jumlah tunas. Penelitian tentang perbanyakan in vitro pisang Ambon Kuning telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil dari penelitian tersebut di antaranya melaporkan bahwa penggunaan media MS + BA 2 mg/l menghasilkan jumlah tunas terbaik yaitu 12 tunas per ekslan setelah dikulturkan selama 12 minggu (Yusnita dkk,

8 1996). Alisan (2007) mendapatkan bahwa penggunaan media MS + BA 2 mg/l menghasilkan jumlah tunas terbaik yaitu 6,8 tunas per eksplan setelah dikulturkan selama 12 minggu. Murad (2008) melaporkan bahwa penggunaan media MS + BA 4 mg/l + IAA 1 mg/l menghasilkan jumlah tunas terbaik yaitu 6,33 tunas per eksplan setelah dikulturkan selama 16 minggu. Anegra (2008) menerangkan bahwa penggunaan media MS + BA 4 mg/l menghasilkan jumlah tunas terbaik yaitu 5,7 tunas per eksplan setelah dikulturkan selama 16 minggu. Pradana (2011) menjelaskan bahwa penggunaan media MS + BA 2 mg/l yang dikombinasikan dengan 1 mg/l kinetin menghasilkan jumlah tunas terbaik yaitu 7,17 tunas per eksplan setelah dikulturkan selama 16 minggu. 1.4 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : (1) Semakin tinggi konsentrasi BA maka semakin banyak tunas pisang Ambon Kuning yang dihasilkan. (2) Semakin tinggi konsentrasi IAA maka semakin sedikit tunas pisang Ambon Kuning yang dihasilkan. (3) Terdapat kombinasi terbaik antara konsentrasi BA dan IAA yaitu BA 4 mg/l + IAA 1 mg/l yang menghasilkan tunas terbanyak pada pisang Ambon Kuning. (4) Terdapat interaksi antara penggunaan BA dan IAA dalam mempengaruhi multiplikasi tunas pisang Ambon Kuning.