1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan masyarakat di banyak negara maju dan perkembangannya lebih baik dari abad lalu. Timbal berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan karena logam tersebut mempunyai sifat merusak jaringan tubuh makhluk hidup. Sumber keracunan timbal bisa berasal dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar bertimbal dan juga dari biji logam hasil pertambangan, peleburan, pabrik pembuatan timbal atau recycling industri, debu, tanah, cat, mainan, perhiasan, air minum, permen, keramik, obat tradisional dan kosmetik (DHOCNY, 2007) Saat ini pencemaran timbal terjadi di mana-mana. Di Semarang dan Makassar kadar timbal di udara mencapai 9 µg/m 3, Banjarmasin 8.7 µg/m 3, di Bandung dan Yogyakarta mencapai 2 µg/m 3. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas udara di berbagai kota di Indonesia sangat buruk. Berbagai parameter pencemar terutama partikel debu yang diemisikan oleh berbagai
2 aktivitas kota terutama transportasi menjadi penyebab buruknya kualitas udara karena menggunakan bensin bertimbal (KPBB, 2006). Timbal dapat merusak perkembangan otak pada anakanak, menghambat tumbuh-kembang anak, serta dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal, sistem kardiovaskuler, saluran pencernaan bahkan dapat menyebabkan kematian (Vance et al., 2005). WHO menyatakan tidak ada ambang batas paparan timbal di udara maupun di dalam darah mengingat sifatnya sebagai logam berat dan neurotoksik. Sedangkan menurut CDC di Amerika Serikat menetapkan bahwa untuk anak-anak kadar timbal dalam darah (BLL) yang tinggi adalah 10 mikrogram per desiliter (µg/dl) (Preventing Lead Poisoning in Young Children, 2005) namun ada buktibukti bahwa dampak negatif dapat terjadi pada tingkattingkat yang lebih rendah dari kadar itu (Schwartz, 1994). Timbal yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Sistem saraf dan pencernaan anak dan remaja masih dalam tahap
3 perkembangan, sehingga lebih rentan terhadap timbal yang terserap. Anak dapat menyerap hingga 50% timbal yang masuk ke dalam tubuh, sedangkan orang dewasa hanya menyerap 10-15%.(Prigi, 2006) Hubungan antara status timbal dan fungsi kognitif pada anak-anak dan remaja telah jelas ditunjukkan selama 20 tahun terakhir. Paparan timbal dikaitkan dengan beberapa aspek perkembangan dan status kognitif. Sejumlah data telah dihasilkan dari studi crosssectional dan prospektif menunjukkan hubungan negatif antara IQ anak, darah dan dentin timbal. Berbagai penelitian juga berusaha untuk membuktikan adanya efek timbal pada prestasi sekolah dan perilaku kognitif maupun domain fungsional lebih sepsifik, seperti memori, atensi, atau perkembangan motorik (Kordas et al., 2006). Ruff et al., (1996) melaporkan bahwa terdapat adanya hubungan antara paparan timbal dengan perilaku kognitif anak usia 18-30 bulan di New York, sedangkan penelitian lain yang dilakukan terhadap 278 anak Afrika-Amerika menyatakan bahwa paparan timbal pada awal kehidupan berpengaruh terhadap IQ anak. (Min et al., 2009) Di Indonesia sendiri juga telah dilaksanakan penelitian yang melaporkan bahwa terjadi perbedaan skor
4 memory task, recall, dan recognition pada kelompok timbal darah tinggi dengan kelompok timbal darah rendah di populasi penguji kendaraan bermotor kota Surabaya dan kabupaten Sidoarjo. Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa terdapat pengaruh kadar timbal dalam darah terhadap kemampuan kognitif pada remaja, terutama berbagai daerah di Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Pajanan timbal yang meningkat akhir-akhir ini akan berdampak terhadap kesehatan. 2. Kesadaran masyarakat akan bahaya timbal khususnya pada kelompok berisiko masih kurang. 3. Belum banyak dilakukan penelitian mengenai pengaruh pajanan timbal udara terhadap status kognitif pada usia remaja.
5 1.3 Pertanyaan penelitian Apakah terdapat hubungan kadar Pb darah dengan gangguan kognitif pada remaja jalanan? 1.4 Tujuan penelitian Mengetahui hubungan kadar Pb dalam darah dengan gangguan kognitif pada remaja jalanan 1.5 Manfaat Penelitian 1. Mengetahui hubungan kadar Pb dalam darah dengan gangguan kognitif pada remaja jalanan 2. Hasil penelitian bisa menjadi acuan penelitian lebih lanjut tentang gangguan kognitif pada remaja jalanan yang terpapar timbal 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengaruh timbal terhadap gangguan kognitif yang penulis temukan dapat dilihat pada tabel 1. Sebagian besar meneliti mengenai anak dan usia dewasa, dan penelitian mengenai usia remaja sangat sulit ditemukan.
6 Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti Judul Populasi Hasil Weuve et Cumulative Exposure Wanita Paparan timbal al.,2009 to Lead in Relation usia 30- pada wanita yang to Cognitive 55 tahun lebih tua Function in Older di USA menunjukkan Women penurunan kemampuan kognitif. Holly et Relationships among Anak usia Terdapat adanya al., 1996 Blood Lead Levels, 18-30 hubungan antara Iron Deficiency, and bulan di paparan timbal Cognitive New York dengan perilaku Development in Two- kognitif anak Year-Old Children Min et Cognitive 278 Anak Paparan timbal al.,2009 Development and Low- ras pada awal Level Lead Exposure Afika- kehidupan in Poly- Amerika berpengaruh Drug Exposed terhadap IQ anak Children