: SUSANTI ROSMALA DEWI

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

SKRIPSI. Oleh. Agus Andreas Santoso NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

I. PENDAHULUAN. makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan. Selain itu, ASI

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius yaitu mendapat nutrisi yang baik (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

SKRIPSI MITHA SARWO INDAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Kuesioner. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

ARIS SETYADI J

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh:

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI KELURAHAN LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN, KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN PEMBERIANNYA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS LENTENG KABUPATEN SUMENEP SKRIPSI Oleh : SUSANTI ROSMALA DEWI 0 3 2 0 1 0 1 0 1 0 0 2 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JEMBER 2007

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN PEMBERIANNYA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS LENTENG KABUPATEN SUMENEP SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan Fakultas Kedokteran (S1) dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran Oleh : SUSANTI ROSMALA DEWI 0 3 2 0 1 0 1 0 1 0 0 2 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JEMBER 2007

RINGKASAN Hubungan Tingkat Pendidikan Formal, Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Pemberiannya Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep; Susanti Rosmala Dewi, 032010101002; 2007: 88 halaman; Jurusan Fakultas Kedokteran Umum Universitas Jember. Pemberian makanan pendamping sangat diperlukan bagi bayi setelah usia 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi sehingga dapat mempertahankan kondisi tubuh sekaligus meningkatkan status gizinya. Namun, banyak orang tua yang tidak mengerti sehingga memberikan makanan pendamping secara dini pada bayinya, apalagi mereka menganggap bayinya dapat gemuk sehingga kelihatan sehat. Padahal, pemberian makanan pendamping sebelum berusia 6 bulan akan mengakibatkan bayi merasa kenyang dan banyak tidur. Begitu juga kebutuhan ASI semakin hari akan semakin berkurang, akibatnya produksi ASI juga berkurang dan dampaknya zat-zat gizi yang seharusnya didapatkan oleh bayi akan berkurang juga, yang pada akhirnya dapat menurunkan konsumsi ASI dan menyebabkan sebagian bayi mengalami obesitas. Menurut Laporan Tahunan Puskesmas tahun 2005 di wilayah kerja Puskesmas Lenteng, dari sejumlah 575 ibu menyusui didapatkan data 70% dari jumlah ibu tersebut memberikan MP-ASI secara dini. Adanya data tersebut menunjukkan bahwa sangat diperlukan penanganan yang serius melalui penyuluhan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai usia 6 bulan dan bahaya-bahaya pemberian MP-ASI secara dini. Penulis melakukan penelitian mengenai pendidikan formal, pengetahuan, dan sikap ibu dikaitkan dengan pemberian MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan, karena hal ini dapat menyebabkan banyak terjadi infeksi pada bayinya terutama infeksi saluran pencernaan (diare). Apalagi hal ini merupakan kebiasaan di kampung- viii

kampung untuk memberikan MP-ASI pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, berupa nasi atau pisang yang dikunyah terlebih dahulu oleh ibunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal, pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan pendamping ASI dengan pemberiannya pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai masukan bagi Petugas Puskesmas sehingga dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini untuk memberikan penjelasan dan dukungan pada ibu menyusui untuk lebih mengutamakan pemberian ASI pada bayinya sampai usia 6 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain retrospektif, yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep pada bulan Agustus-September 2006. Sampel penelitian ini adalah Ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 7-24 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lenteng. Besar sampel yang diteliti sebanyak 85 responden dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis Chi-Square dengan α<0,05. Pengolahan data menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences 11,5 (SPSS 11,5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu yaitu sebesar 30,6% memiliki tingkat pendidikan SD, sebagian besar keluarga yaitu sebesar 50,6% memiliki tingkat pengetahuan sedang, sebagian besar keluarga yaitu sebesar 71,8% memiliki sikap positif terhadap pemberian MP-ASI dini dan sebagian besar Ibu yaitu sebesar 70,6% memiliki tindakan pemberian MP-ASI dini sedang. Dari hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal, pengetahuan dan sikap Ibu tentang MP-ASI mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberiannya pada bayi usia 0-6 bulan (α<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan formal, pengetahuan dan sikap Ibu tentang MP-ASI dengan pemberiannya pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep. ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi, serta mempunyai nilai tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia, seperti susu sapi. ASI sangat menguntungkan ditinjau dari beberapa segi, baik dari segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosial psikologis dan ASI juga dapat memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai usia 6 bulan. Sesudah itu, ASI tidak dapat lagi memenuhi seluruh kebutuhan, karena itu bayi memerlukan pula makanan pendamping agar dapat memenuhi seluruh kebutuhannya untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Namun, dalam pemberian makanan pendamping pada bayi haruslah sesuai dengan usia bayi jadi makanan untuk bayi terdiri dari dua unsur pokok yaitu ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Suharjo, 1999). ASI ekslusif sebaiknya diberikan sampai umur 6 bulan (WHO, 2002). Rekomendasi Pemberian ASI ekslusif sampai 6 bulan karena kandungan energi pada ASI yang masih dapat memenuhi kebutuhan energi rata-rata bayi sesuai dengan masukan ASI hanya dapat terpenuhi sampai 6 bulan (WHO,2002). Pemberian ASI ekslusif dapat memberikan keuntungan bagi bayi dan Ibu. Bayi yang diberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan mempunyai morbiditas yang lebih rendah dalam infeksi saluan cerna dibandingkan dengan bayi yang dibeikan ASI hanya sampai 3-4 bulan. Pemanjangan waktu ASI ekslusif dapat dihubungkan dengan penurunan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) dan penyakit Atopik. Beberapa studi bahkan memberi kesan peningkatan perkembangan neurocognitive, melindungi terhadap kondisi dan penyakit kronis seperti obesitas, DM type I, Cronh s disease dan lymphoma (WHO, 2002). Sedangkan keuntungan bagi Ibu antara lain memungkinkan adanya perlindungan terhadap kanker payudara pada 1

2 wanita premenopause, kanker ovarium, dan osteoporosis. Selain itu, Ibu yang memberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan memiliki pemanjangan waktu amenorrhea karena laktasi (WHO, 2001). Pemberian makanan pendamping sangat diperlukan bagi bayi setelah usia 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi sehingga dapat mempertahankan kondisi tubuh sekaligus meningkatkan status gizinya. Namun, banyak orang tua yang tidak mengerti sehingga memberikan makanan pendamping secara dini pada bayinya, apalagi mereka menganggap bayinya dapat gemuk sehingga kelihatan sehat. Padahal, pemberian makanan pendamping sebelum berusia 6 bulan akan mengakibatkan bayi merasa kenyang dan banyak tidur. Begitu juga kebutuhan ASI semakin hari akan semakin berkurang, akibatnya produksi ASI juga berkurang dan dampaknya zat-zat gizi yang seharusnya didapatkan oleh bayi akan berkurang juga, yang pada akhirnya dapat menurunkan konsumsi ASI dan menyebabkan sebagian bayi mengalami obesitas (Rulina, 2004). Akibat yang lain adalah pemberian makanan padat terlalu awal dapat mengakibatkan eksema pada awal umur 12 bulan yang disebabkan oleh pemberian makanan padat sebelum atau pada umur 17 minggu terutama pada bayi laki-laki ( Morgan et al, 2004) dan pemberian pisang pada awal makanan padat merupakan faktor resiko yang penting untuk memunculkan Symptom of Intestinal Obstruction (gejala-gejala pembuntuan usus) pada neonatus ( Wiryo et al, 2003) Hasil survey demografi kesehatan di Indonesia tahun 1997 menunjukkan bahwa pemberian makanan pendamping secara dini cukup besar, yaitu sebanyak 35 % pada bayi usia kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37 % pada usia diatas 3 bulan serta gangguan pertumbuhan pada bayi terjadi pada saat menginjak usia 3-4 bulan ( Depkes RI, 2003). Selain itu hasil penelitian terhadap 900 ribu ibu disekitar Jabotabek pada tahun 1999 diperoleh fakta bahwa yang dapat memberikan ASI eklusif sampai usia 6 bulan hanya sekitar 5% dari 98% ibu yang menyusui dan selebihnya (75%) mereka memberikan MP-ASI secara dini ( Rugti, 2000).

3 Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Lenteng pada tahun 2005, dari sejumlah 575 ibu menyusui didapatkan data 70% dari jumlah ibu tersebut memberikan MP-ASI secara dini ( Laporan Tahunan Puskesmas, 2005). Adanya data tersebut menunjukkan bahwa sangat diperlukan penanganan yang serius melalui penyuluhan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai usia 6 bulan dan bahaya-bahaya pemberian MP-ASI secara dini. Penulis melakukan penelitian mengenai pendidikan formal, pengetahuan, dan sikap ibu dikaitkan dengan pemberian MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan, karena hal ini dapat menyebabkan banyak terjadi infeksi pada bayinya terutama infeksi saluran pencernaan (diare). Apalagi hal ini merupakan kebiasaan di kampungkampung untuk memberikan MP-ASI pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, berupa nasi atau pisang yang dikunyah terlebih dahulu oleh ibunya. Sedangkan cara memasak, menyimpan, dan memberikan makanan pendamping tidak menghiraukan kebersihan, sehingga bardampak pada gangguan tumbuh kembang bayi. Adapun pemilihan wilayah kerja Puskesmas Lenteng sebagai tempat penelitian oleh karena penulis sudah tahu kondisi yang sebenarnya tentang penduduk dari kecamatan Lenteng ini yang masih mempunyai tingkat pendidikan formal dan pengetahuan yang rendah serta masih banyaknya ibu menyusui yang memberikan MP-ASI secara dini pada bayinya sebelum usia 6 bulan, apalagi belum ada penelitian sejenis yang dilakukan di tempat tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut Adakah hubungan antara tingkat pendidikan formal, pengetahuan dan sikap Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan pemberiannya pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep?