Teguh Kurniawan

dokumen-dokumen yang mirip
PBJ, KORUPSI & REFORMASI BIROKRASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. keagenan dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

Fakta Korupsi di Sektor Pengadaan Tidak ada korupsi yang ongkosnya semahal korupsi dalam pengadaan barang dan jasa (Donald Strombom, 1998) Bank Dunia

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. keagenan dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan

POLICY PAPER. : Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia Inisiator : Pusat Kajian Administrasi Internasional LAN, 2007

Integritas Pelayanan Publik

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

PERAN DAN KONDISI BIROKRASI. Andhyka Muttaqin

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

BAB II GAMBARAN BIROKRASI PEMERINTAH KOTA MALANG

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Pembangunan Integritas Bisnis

Peranan Akuntabilitas Publik dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemberantasan. Korupsi di Pemerintahan: Perspektif Teoritis * Teguh Kurniawan **

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. tindak kecurangan yang dilakukan oleh aparatur sipil negara seperti perilaku

BAB I P E N D A H U L U A N

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

PERMASALAHAN KORUPSI DI DAERAH PANDEGLANG DAN STRATEGI PENANGGULANGANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Departemen Ilmu Adminstrasi FISIP Universitas Indonesia. di Indonesia

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

Menimbang Kembali Gagasan Revisi UU Aparatur Sipil Negara

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

PEDOMAN UMUM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN I. Pendahuluan

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Teguh Kurniawan http://staff.blog.ui.edu/teguh1

Outline Presentasi Perspektif Teori Kondisi Di Indonesia Upaya Pencegahan yang dapat & telah dilakukan Penutup

Apakah Korupsi Birokrasi Korupsi di Pemerintahan Sipil (Mahmood, 2005) Definisi yang berpusat pada Jabatan Publik sebagaimana diungkapkan oleh Nye (1967, 219 dalam Desta, 2006), yaitu: perilaku yang menyimpang dari tanggungjawab seharusnya sebagai petugas publik karena kepentingan pribadi (keluarga, kawan dekat), karena mengharapkan keuntungan uang atau status; atau pelanggaran aturan dengan memanfaatkan pengaruh pribadi Penyuapan (penggunaan hadiah untuk mempengaruhi penilaian seseorang petugas), nepotisme (patronase karena alasan hubungan dekat daripada merit), dan penyalahgunaan (penggunaan ilegal dari sumberdaya publik untuk penggunaan pribadi) UU No. 20/2001 30 (tiga puluh) bentuk/jenis dari tindak pidana korupsi 13 (tiga belas) buah pasal dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok, yaitu: kerugian keuangan negara; suap-menyuap; penggelapan dalam jabatan; pemerasan; perbuatan curang; benturan kepentingan dalam pengadaan; serta gratifikasi

Penyebab Korupsi Langsung (1) pengaturan dan otorisasi; (2) perpajakan; (3) kebijakan pengeluaran/anggaran; (4) penyediaan barang dan jasa dibawah harga pasar; (5) kebijakan diskresi lainnya; serta (6) pembiayaan partai politik Tidak Langsung (1) kualitas birokrasi; (2) besaran gaji di sektor publik, (3) sistem hukuman; (4) pengawasan institusi; (5) transparansi aturan, hukum dan proses; serta (6) teladan dari pemimpin Karakteristik Individu seorang individu itu serakah atau tidak bisa menahan godaan, lemah dan tidak memiliki etika sebagai seorang pejabat publik Pengaruh Struktural (1) birokrasi atau organisasi yang gagal; (2) kualitas keterlibatan masyarakat; serta (3) keserasian sistem hukum dengan permintaan masyarakat Tanzi, 1998 dan Nas, Price dan Weber, 1986

Penyebab Korupsi faktor politik kesenjangan akuntabilitas, transparansi, institusi demokrasi dan pers yang bebas faktor ekonomi intervensi pemerintah yang ekstensif dalam perekonomian faktor budaya Jawa memiliki akar pada tradisi budaya masa lalu Indonesia, khususnya budaya yang berlaku di Jawa. Sejumlah praktek KKN mengakar pada kebiasaan Jawa kuno sehingga untuk kemudian dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar. Kebiasan-kebiasan ini meliputi kebiasaan dalam memberikan hadiah kepada penguasa; loyalitas kepada keluarga yang lebih kuat dibandingkan kepada negara; serta konsep kekuasaan Jawa yang hirarkhis, tetap dan patrimoni Snape, 1999

Penyebab Korupsi Korupsi merupakan persoalan ekonomi & politik meskipun berakar pada sejarah dan budaya Korupsi sebagai sebuah masalah ekonomi kepentingan ekonomi & kesenjangan ekonomi Suap Korupsi oleh pejabat dalam pembuatan kebijakan terkait kontrak Korupsi sebagai Masalah Budaya Korupsi sebagai Masalah Politik Kleptokrasi Demokrasi sistem pemilihan (pemberian suara) & cara pembiayaan kampanye Ackerman, 2006

Berdasarkan Hasil Survei Integritas oleh KPK Tahun 2008

Tipologi Korupsi di Layanan Publik Tipologi Korupsi di Layanan Publik berdasarkan Analisa Kualitatif Survei integritas 2008: Pengguna layanan memberikan suap kepada petugas dalam memuluskan perolehan izin walaupun persyaratan tidak dipenuhi Pengguna layanan memberi suap kepada petugas untuk mempercepat pelayanan dan menghindari kesewenang-wenangan petugas Pengguna layanan dengan atau tanpa pengetahuan petugas mereduksi kewajiban pembayaran dari yang seharusnya (tidak membayar sesuai dengan yang seharusnya) Petugas meminta sejumlah uang tambahan di luar biaya resmi (biaya sesuai prosedur) kepada pengguna layanan

Petugas melakukan pungutan yang berkedok infak, kotak tips atau sumbangan seikhlasnya Petugas memberikan harga khusus kepada orang/kelompok/institusi tertentu ---Jalur Cepat Petugas mengedepankan pemberian izin atau layanan tertentu kepada anggota keluarga/kerabat Pengelolaan yang buruk (bad governance) yang berpotensi korupsi Pengguna layanan dengan atau tanpa pengetahuan petugas memanipulasi sebagian persyaratan Petugas layanan menjadi calo (perantara tidak resmi) Petugas memberikan izin, melakukan penilaian yang tidak proporsional, mempercepat pelayanan di luar standar dengan alasan kepentingan pribadi/kelompok tertentu

Faktor Pendorong Korupsi di Layanan Publik Berdasarkan Hasil Survei Integritas Sektor Publik 2008: Faktor Eksternal Kebiasaan masyarakat yang ingin serba instan/cepat, tidak ingin mengikuti prosedur dan lebih menyukai menggunakan jasa calo Proses sosialisasi yang tidak efektif terkait prosedur (waktu, syarat dan biaya), sehingga tidak ada kontrol yang kuat dari pengguna layanan Layanan publik dijadikan sebagai komoditas politik Kebiasaan pemberian sejumlah uang/barang sebagai ucapan terima kasih setelah akhir pengurusan layanan Pemahaman yang keliru bahwa uang tambahan dan uang dalam jumlah kecil dianggap bukan korupsi

Faktor Internal Integritas pelaksana sistem yang masih rendah Pemberian sanksi kepada petugas yang melakukan pelanggaran tidak menimbulkan efek jera Ruang untuk partisipasi publik (pengawasan dan pengaduan) tidak disediakan dan pengaduan seringkali tidak ditindaklanjuti Kampanye anti korupsi tidak optimal, bahkan cenderung hanya sebatas jargon Kapasitas petugas yang terbatas dalam hal pengetahuan dan keahlian untuk memberikan pelayanan yang efisien serta sikap yang melayani dengan baik

Strategi Pemberantasan Korupsi strategi terkait masyarakat norma etika, pendidikan, dan kewaspadaan publik strategi terkait hukum pengenaan aturan hukum terhadap tindak pidana korupsi akan lebih efektif jika diperkuat oleh strategi pendukung lain seperti keberadaan auditor dan investigator independen, komisi khusus yang dapat melakukan tindakan hukum terhadap pelaku korupsi, serta peningkatan besar hukuman bagi pelaku korupsi strategi terkait pasar mengurangi intervensi pemerintah dalam perekonomian serta mengurangi regulasi yang kompleks dan berlapis strategi terkait politik kewenangan; akses terhadap proses politik; serta reformasi administrasi/birokrasi Gillespie dan Okruhlik, 1991

Strategi Pemberantasan Korupsi dimulai dengan menggoreng ikan yang besar melibatkan masyarakat guna menghasilkan kampanye yang berhasil memperbaiki sistem yang korup; serta meningkatkan penghasilan pegawai negeri Klitgaard, 1998

Strategi Pemberantasan Korupsi memfokuskan pada penegakkan hukum dan penghukuman terhadap pelaku melibatkan masyarakat dalam mencegah dan mendeteksi korupsi melakukan upaya reformasi sektor publik yang utama, dimana termasuk didalamnya kegiatan penguatan akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan; serta memperkuat aturan hukum, meningkatkan kualitas UU anti korupsi, penanganan tindakan pencucian uang, dan mempromosikan tata kelola pemerintahan yang baik Widjajabrata dan Zacchea, 2004

Strategi Pemberantasan Korupsi meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penilaian keinginan politik dan titik masuk untuk memulai mendorong partisipasi masyarakat mendiagnosa masalah yang ada; serta melakukan reformasi dengan menggunakan pendekatan yang holistik de Asis, 2006

Prioritas Strategi disesuaikan dengan Tingkatan Korupsi dan Governance Pengaruh Korupsi/Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Prioritas Upaya Anti Korupsi Tinggi/buruk Pembuatan aturan hukum; memperkuat partisipasi dan akuntabilitas dalam institusi; pembuatan citizen charter; membatasi intervensi pemerintah; melaksanakan reformasi kebijakan ekonomi Menengah/sedang Rendah/baik Desentralisasi dan reformasi kebijakan ekonomi dan manajemen publik; memperkenalkan akuntabilitas kinerja Pembentukan badan anti korupsi; memperkuat akuntabilitas keuangan; meningkatkan kesadaran masyarakat dan pejabat publik; membutuhkan ikrar anti penyuapan; melakukan penuntutan terhadap tokoh besar Huther dan Shah, 2000 (dalam Shah, 2007)

Strategi Pemberantasan Korupsi Mengurangi insentif & meningkatkan biaya bagi pelanggar aturan (penerima suap) Eliminasi program Membentuk proses swastanisasi yang dapat dipercaya transparansi & pengawasan Reformasi program publik perbaikan program yang ada Tekanan kompetitif dalam administrasi Efek penangkal UU anti korupsi sanksi berat; perlindungan; imbalan Reformasi dalam pengadaaan (pemantauan harga pasar); Reformasi Pelayanan Sipil; Insentif Ackerman, 2006

Strategi Pemberantasan Korupsi Reformasi Kepegawaian Pemerintah membangun sistem kepegawaian yang profesional & berbasis merit Reformasi penggajian Konflik kepentingan Reward & punishment pengawasan Korupsi Hirarkhi mengurangi petugas; reformasi pelayanan Sistem kontrak dengan swasta Ackerman, 2006

Strategi Pemberantasan Korupsi Mengawasi Kekuatan Politik Pengawasan & perimbangan dalam proses legislasi check and balances Implementasi bertanggung jawab transparansi & pengawasan masyarakat Federalisme: exit dan suara peran dari struktur pemerintahan yang lebih tinggi Lembaga peradilan dan kejaksaan yang independen profesionalisme; gaji; dukungan kerja; insentif dan disinsentif Badan anti korupsi yang independen Keterbukaan & akuntabilitas Informasi dan auditing Media dan opini masyarakat Asosiasi swasta & organisasi nirlaba sebagai prakarsa perubahan Menyalurkan keluahan perorangan mekanisme & perlindungan Ackerman, 2006

Strategi Pemberantasan Korupsi yang Telah Dilakukan Berbagai upaya telah dilakukan sejak 1957 sampai dengan dibentuknya KPK (2003) namun tidak berhasil karena sejumlah alasan (Jasin dalam www.setneg.go.id) Dasar hukum untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam pemberantasan korupsi tidak kuat, program pemberantasan korupsi tidak dilakukan secara sistematis dan terintegrasi, sebagian lembaga yang dibentuk tidak punya mandat atau tidak melakukan program pencegahan, sementara penindakan tindak pidana korupsi dilaksanakan secara sporadis,sehingga tidak menyurutkan pelaku korupsi lain dalam melakukan pelanggaran yang sama, masyarakat mempunyai persepsi bahwa lembaga anti korupsi yang dibentuk berafiliasi kepada golongan/partai tertentu sehingga masyarakat tidak mempercayai keberhasilan lembaga tersebut dalam memberantas korupsi tidak mempunyai sistem sumber daya manusia yang baik, sistem rekrutmennya tidak transparan, program pendidikan dan pelatihan tidak dirancang untuk meningkatkan profesionalisme pegawai dalam bekerja, sehingga SDM yang ada pada lembaga tersebut tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam melaksanakan tugas dalam pemberantasan korupsi, tidak didukung oleh sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel. Sistem penggajian pegawai yang tidak memadai, mekanisme pengeluaran anggaran yang tidak efisien dan pengawasan penggunaan anggaran yang lemah, lembaga dimaksud menjalankan tugas dengan benar hanya pada tahun pertama dan kedua, maka setelah itu menjadi lembaga pemberantas korupsi yang korup dan akhirnya dibubarkan

Strategi Pemberantasan Korupsi yang Telah Dilakukan Laporan Tahunan KPK Tahun 2008 penindakan kepada banyak pejabat negara yang memanfaatkan uang dan aset negara untuk kepentingan pribadi dan golongan koordinasi dan supervisi di bidang penegakan hukum, KPK menggandeng penegak hukum lain untuk bersama-sama berkomitmen dan menjaga kesolidan dalam pemberantasan korupsi melalui cara represif berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait untuk melakukan perbaikan dan perubahan terhadap peraturan yang justru dapat menjadi celah untuk melakukan korupsi peran dalam upaya perbaikan sistem tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik meningkatkan efektivitas peran pengawasan internal dengan mengundang segenap jajaran pengawas internal pada institusi dan lembaga pemerintah, baik dari tingkat pusat maupun daerah untuk duduk bersama membahas bagaimana menciptakan pengawasan yang berdaya guna dan mampu melakukan pencegahan korupsi berperan sebagai trigger mechanism, KPK melaksanakan upaya perbaikan dengan terlebih dulu melakukan kajian sistem Mengampanyekan pentingnya tatakelola pemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi untuk menciptakan iklim yang positif di Indonesia mengajak aparat penegak hukum dan penyelenggara negara untuk mengucapkan deklarasi antikorupsi

Strategi Pemberantasan Korupsi yang Telah Dilakukan Upaya Pemerintah: Belum terlihat upaya yang sistematis dan komprehensif dalam melakukan pencegahan dan penindakan korupsi Reformasi birokrasi Penguatan peran dan fungsi kejaksaan dan kepolisian Penguatan tata kelola pemerintahan Penyediaan peraturan perundang-undangan pendukung Berdasarkan Laporan Tahunan KPK Tahun 2008, sejumlah kendala yang dihadapi oleh KPK dalam upaya pemberantasan korupsi yang berasal dari eksternal: Keengganan sebagian penyelenggara Negara untuk berkomitmen melakukan perubahan dan pemberantasan korupsi dikarenakan kondisi saat ini yang telah membuat dirinya nyaman Jikapun telah berkomitmen untuk melakukan perbaikan sistem dan pencegahan korupsi, ternyata hanya pada tataran teori Kemauan politik untuk menjamin kepastian hokum terkait dengan belum juga disahkannya Rancangan Undang-undang Pengadilan Tindak pidana Korupsi yang merupakan muara bagi seluruh kasus yang ditangani KPK Selain itu, upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK, ternyata malah membangkitkan segelintir orang untuk berupaya mempreteli kewenangan, bahkan mengusulkan agar KPK dibubarkan

Langkah Bagi Pemberantasan Korupsi yang Lebih Komprehensif Penguatan strategi pemberantasan korupsi yang dapat menyentuh semua penyebab dari korupsi baik secara langsung, tidak langsung, faktor individual, maupun faktor struktural sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia Mendorong penyelenggara negara (selain KPK) untuk melakukan upaya-upaya dalam memperbaiki kondisi birokrasi dan tata kelola pemerintahan