Lampiran 1 CONTOH PERHITUNGAN SETELMEN TRANSAKSI LENDING FACILITY -------------------------------------------------- Bank melakukan transaksi Lending Facility yang berjangka waktu 1 (satu) hari pada tanggal 17 Juni 2010 dengan Repo rate sebesar 7,5% dan jatuh waktu tanggal 18 Juni 2010. Tabel 1. Perhitungan Setelmen Haircut nominal 1) Accrued interest/ Imbalan 2) first leg (6) = {(2)x[(3)- Bunga repo (7) = (6) x 7,5% x 1/360 (8) = (6) + (7) (4)]} + (5) 1. SBI 10.000 98,46433 0-9.846,43 2,05 9.848,48 2. FRxxxx 20.000 110,37000 5 195,65 21.269,65 4,43 21.274,08 3. ZCxxxx 5.000 83,62000 5-3.931,05 0,82 3.931,87 4. SPN 5.000 99,46000 5-4.723,00 0,98 4.723,98 5. SBSN 5.000 114,23600 5 116,88 5.578,68 1,16 5.579,84 1) pada tanggal first leg sebagaimana diumumkan di BI-SSSS. 2) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal first leg. Rumus perhitungan : 1. first leg a. Untuk SBI, ZCB dan SPN Nominal first leg = yang - Haircut repo di kan b. Untuk Obligasi Negara termasuk ORI dan SBSN dengan kupon Nominal = yang - Haircut first leg direpo kan + Accrued interest / imbalan 2. = first leg + Bunga Repo Lending Facility Lampiran 2
Lampiran 2 CONTOH PERHITUNGAN TRANSAKSI PENJUALAN SECARA OUTRIGHT -------------------------------------------------- Pada saat transaksi Lending Facility jatuh waktu pada tanggal 18 Juni 2010, Bank tidak dapat memenuhi kewajiban. Transaksi Lending Facility yang mengalami kegagalan diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara oleh Bank. A. pada tanggal transaksi first leg dan tanggal transaksi tidak berubah, maka perhitungan nilai transaksi adalah sebagai berikut : Tabel 2. Perhitungan Transaksi Outright (harga tetap) 1) nominal Accrued interest/ Imbalan 2) = [(2)x(3)]+(4) 1. FRxxxx 20.000 110,37000 201,77 22.275,77 2. ZCxxxx 5.000 83,62000-4.181,05 3. SPN 5.000 99,46000-4.973,00 4. SBSN 5.000 114,23600 118,14 5.829,94 1) pada tanggal transaksi sebagaimana diumumkan di BI-SSSS. 2) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal. Rumus perhitungan nilai transaksi : a. Untuk SPN, ZCB dan SBSN tanpa kupon Setelmen = Nominal x b. Untuk Obligasi Negara termasuk ORI dan SBSN dengan kupon Setelmen = Nominal + Accrued interest /imbalan Tabel 3
Tabel 3. Selisih Setelmen Second Leg dan Transaksi Outright (harga tetap) nominal Selisih (3) dan (4) 1. FRxxxx 20.000 21.274,08 22.275,77 1.001,68 2. ZCxxxx 5.000 3.931,87 4.181,05 249,18 3. SPN 5.000 4.723,98 4.973,00 249.02 4. SBSN 5.000 5.579,84 5.829,94 250,09 Karena nilai kewajiban (kolom (3)) lebih kecil dari nilai transaksi (kolom (4)), Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro sebesar selisih nilai dimaksud (kolom (5)). B. pada tanggal transaksi lebih kecil dari harga pada tanggal transaksi first leg, maka perhitungan nilai transaksi adalah sebagai berikut : Tabel 4. Perhitungan Transaksi Outright (harga turun) 1) nominal Accrued interest/ Imbalan 2) = [(2)x(3)]+(4) 1. FRxxxx 20.000 105,00000 201,77 21.201,77 2. ZCxxxx 5.000 78,00000-3.900,00 3. SPN 5.000 94,00000-4.700,00 4. SBSN 5.000 109,00000 118,14 5.568,14 1) pada tanggal transaksi sebagaimana diumumkan di BI-SSSS. 2) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal. Tabel 5. Selisih Setelmen Second Leg dan Transaksi Outright (harga turun) nominal Selisih (3) dan (4) 1. FRxxxx 20.000 21.274,08 21.201,77 72,31 2. ZCxxxx 5.000 3.931,87 3.900,00 31,87 3. SPN 5.000 4.723,98 4.700,00 23,98 4. SBSN 5.000 5.579,84 5.568,14 11,70 Karena nilai kewajiban (kolom (3)) lebih besar dari nilai transaksi (kolom (4)), Bank Indonesia mendebet Rekening Giro sebesar selisih nilai dimaksud (kolom (5)). C. Bila
C. Bila pada tanggal transaksi harga naik melebihi harga pada tanggal transaksi first leg, maka harga yang digunakan dalam perhitungan transaksi adalah harga pada transaksi first leg. Bank Indonesia akan mengkredit Rekening Giro sebesar selisih nilai transaksi (menggunakan harga first leg) dan nilai. Tabel 6. Perhitungan Transaksi Outright (harga naik) nominal 1) untuk transaksi 2) Accrued interest/ Imbalan 3) (6) = [(2)x(4)]+(5) 1. FRxxxx 20.000 112,00000 110,37000 201,77 22.275,77 2. ZCxxxx 5.000 85,00000 83,62000-4.181,05 3. SPN 5.000 101,00000 99,46000-4.973,00 4. SBSN 5.000 117,00000 114,23600 118,14 5.829,94 1) pada tanggal transaksi sebagaimana diumumkan di BI-SSSS. 2) Dalam hal harga transaksi lebih besar dari harga pada tanggal transaksi first leg, maka perhitungan transaksi menggunakan harga pada tanggal transaksi first leg. 3) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal. Tabel 7. Selisih Setelmen Second Leg dan Transaksi Outright (harga naik) nominal Selisih (3) dan (4) 1. FRxxxx 20.000 21.274,08 22.275,77 1.001,69 2. ZCxxxx 5.000 3.931,87 4.181,05 249,18 3. SPN 5.000 4.723,98 4.973,00 249,02 4. SBSN 5.000 5.579,84 5.829,94 250,10 Karena nilai kewajiban (kolom (3)) lebih kecil dari nilai transaksi (kolom (4)), Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro sebesar selisih nilai dimaksud (kolom (5)). Lampiran 3
CONTOH PENGENAAN SANKSI KARENA PEMBATALAN TRANSAKSI OPERASI MONETER -------- Lampiran 3 Kasus 1 Terdapat 6 (enam) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi lelang SBI 1 (satu) bulan, 1 (satu) kali transaksi deposit facility, 1 (satu) kali transaksi penjualan SUN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi Term Deposit tenor 3 (tiga) hari dan 1 (satu) kali transaksi Repo tenor 7 (tujuh) hari. Tanggal Pembatalan 13 Jul 2010 16 Sep 2010 9 Des 2010 Transaksi Transaksi Batal Pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder Lelang SBI 1 bulan 1) Deposit facility 2) Penjualan SUN oleh BI di pasar sekunder 3) Term Deposit tenor 3 (tiga) hari 4) Repo tenor 7 (tujuh) hari Jumlah Pembatalan 1 1 4 Akumulasi Pembatalan 1 2 6 1) Tanggal Pengenaan Sanksi 14 Jul 2010 17 Sep 2010 10 Des 2010 Sanksi a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak 1) Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 6 (enam) kali sejak 13 Juli 2010. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya. b. Kewajiban membayar ribu) dari nilai nominal Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 10, 13,14, 15 dan 16 Desember 2010. Kasus 2...
Kasus 2 Terdapat 5 (lima) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi lending facility, 1 (satu) kali transaksi penjualan SUN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi Term Deposit tenor 3 (tiga) hari dan 1 (satu) kali transaksi Repo tenor 7 (tujuh) hari. Selanjutnya, terdapat 3 (tiga) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi deposit facility dan 2 (dua) kali transaksi lelang SBI (lelang SBI 1 (satu) bulan dan lelang SBI 3 (tiga) bulan). Tanggal Pembatalan 13 Jul 2010 9 Agt 2010 9 Des 2010 16 Des 2010 Transaksi Transaksi Batal Pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder 1) Lending facility 2) Penjualan SUN oleh BI di pasar sekunder 3) Term Deposit tenor 3 (tiga) hari 4) Repo tenor 7 (tujuh) hari Deposit Facility 1) Lelang SBI 1 bulan 2) Lelang SBI 3 bulan Jumlah Pembatalan 1 4 1 2 Akumulasi Pembatalan 1 5 2) 1 3 3) Tanggal Pengenaan Sanksi 14 Jul 2010 10 Agt 2010 10 Des 2010 17 Des 2010 Sanksi a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; b. Kewajiban membayar b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 11, 12, 13, 16, dan 18 Agustus 2010. 2) Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 5 (lima) kali sejak 13 Juli 2010. 3) Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 3 (tiga) kali sejak 9 Agustus 2010. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya. b. Kewajiban membayar b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara selama 5 (lima) hari kerja berturutturut, yaitu tanggal 17, 20, 21, 22 dan 23 Desember 2010. Kasus 3...
Kasus 3 Pada tanggal 13 Juli 2010, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder. Pada tanggal 9 Agustus 2010, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi Deposit Facility. Sehingga akumulasi pembatalan adalah 2 (dua) kali yang dihitung sejak 13 Juli 2010 (masih dalam kurun waktu 6 (enam) bulan). Pada tanggal 24 Januari 2011, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi Deposit Facility. Akumulasi pembatalan tidak dihitung sejak pembatalan tanggal 13 Juli 2010 karena telah melewati kurun waktu 6 (enam) bulan, namun dihitung sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2010. Sehingga akumulasi jumlah pembatalan adalah sebanyak 2 (dua) kali. Selanjutnya, pada tanggal 3 Februari 2011 terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi lelang SBI 1 (satu) bulan. Akumulasi pembatalan adalah sebanyak 3 (tiga) kali yang dihitung sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2010 (masih dalam kurun waktu 6 (enam) bulan). Tanggal Pembatalan 13 Jul 2010 9 Agt 2010 24 Jan 2011 3 Feb 2011 Transaksi Transaksi Batal Pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder Deposit Facility Deposit Facility Lelang SBI 1 bulan Jumlah Pembatalan 1 1 1 1 Akumulasi 1 2 2 4) 3 5) Pembatalan Tanggal Pengenaan 14 Jul 2010 10 Agt 2010 25 Jan 2011 4 Feb 2011 Sanksi Sanksi a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; b. Kewajiban membayar b. Kewajiban membayar b. Kewajiban membayar b. Kewajiban membayar transaksi yang dinyatakan juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 4, 7,8,9 dan 10 Februari 2011. 4) Akumulasi pembatalan transaksi OPT sebanyak 2 (dua) kali sejak 9 Agustus 2010. Pembatalan tanggal 24 Januari 2011 berada di luar kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 13 Juli 2010, namun masih dalam kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2010. 5) Akumulasi pembatalan transaksi OPT sebanyak 3 (tiga) kali sejak 9 Agustus 2010. Pembatalan tanggal 3 Februari 2011 berada di luar kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 13 Juli 2010, namun masih dalam kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2010. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya.