I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan telah disempurnakan

BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan bagian intergral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dengan penyusunan anggaran,

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

I. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu agenda reformasi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

SKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi mengenai posisi keuangan dan apa saja hasil-hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Konsep tentang mekanisme penyusunan program kerja pemerintah daerah,

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BUPATI MALUKU TENGGARA

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 40 PERATURAN WALIKOTA CILEGON TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2 Pasal 4 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menegaskan bahwa Keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah Keuangan daerah digunakan untuk mendanai kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang memadai, sumber pembiayaan yang memadai, dan dilengkapi dalam kehidupan bernegara yang semakin terbuka. Pemerintah selaku perumus dan pelaksana kebijakan APBN / APBD berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab itu diwujudkan dengan menyediakan informasi keuangan yang komprehensif kepada masyarakat luas, termasuk informasi keuangan daerah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat guna mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Sistem pengelolaan keuangan yang cepat, tepat dan akurat sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaran pemerintahan di

3 daerah seperti hal tersebut diatas. Untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban daerah (Peraturan Pemerintah RI Nomor 56 Tahun 2005 : Pasal 1 ayat 15). Dalam penyelenggaraan SIKD yang meliputi penyajian informasi anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan daerah dihasilkan oleh Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) melalui situs resmi pemerintah daerah dalam rangka mendukung SIKD secara Nasional (PP RI Nomor 56 Tahun 2005 : Pasal 13) SIPKD mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Sistem ini berbasis pada jaringan komputer, yang mampu menghubungkan dan mampu menangani konsolidasi data antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dengan SKPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah), sehingga data di Pemerintah Daerah dapat terintegrasi dengan baik. Pengembangan SIPKD untuk menyediakan informasi

4 anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelaporan dan pengendalian, serta mempermudah mendapatkan informasi. SIPKD merupakan sistem informasi yang didalamnya memuat proses penyusunan APBD sampai ke tahap realisasinya lengkap dengan laporan keuangan beserta pencatatan kode rekeningnya. Proses penyusunan dimulai dari pencatatan satuan kerja yang ada di daerah beserta program dan kegiatannya, program dan kegiatan tersebut nantinya akan dijadikan data awal dalam penyusunan pra rencana kerja dan anggaran bagi setiap SKPD. Data pra rencana kerja ini nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar dalam proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) hingga rancangan tersebut disusun menjadi data APBD. Dalam salah satu tugas dan perannya sebagai penyedia informasi keuangan, pemerintah bertugas menyelenggarakan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) guna menjawab kebutuhan informasi keuangan oleh masyarakat publik, sedangkan pemerintah daerah wajib menyampaikan data/informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah kepada Pemerintah yang disebut dengan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). SIPKD yang dikembangkan dengan basis teknologi informasi, didesain sedemikian rupa agar bisa menjadi sarana untuk pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan referensi, serta proses komunikasi data/informasi keuangan daerah antara Departemen Keuangan

5 dan Departemen Dalam Negeri dengan pemerintah daerah dan para pemilik atau pengguna informasi keuangan daerah lainnya (PP Nomor 56 Tahun 2005 : penjelasan pasal 4 ayat 2). Dari uraian di atas menunjukkan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengelolaan data administrasi dan keuangan menjadi informasi, mulai mengalami perubahan. Dari pengelolaan yang rumit menjadi lebih mudah. Kehadiran Teknologi Informasi (TI) dalam dalam beberapa dasawarsa terakhir telah membuktikan bahwa Teknologi Informasi mampu memberikan sesuatu yang awalnya sulit menjadi mudah dikerjakan atau dikelola oleh administrasi, yakni dalam kecepatan dan keakuratannya. Dengan demikian Teknologi Informasi telah diyakini menjadi faktor untuk lebih diperhatikan guna mewujudkan administrasi yang professional (Sedarmayanti, 2012 : 159) Kabupaten Lampung Utara sebagai salah satu pemerintah daerah kabupaten yang ada di Indonesia telah melaksanakan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah. Sebelum Tahun 2011, Pengelolaan dan Penatausahaan Keuangan di Kabupaten Lampung Utara masih menggunakan sistem manual konvensional, dimana penginputan data dan prosesnya dilakukan secara manual tanpa menggunakan sistem, yang dipusatkan di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA) Kabupaten Lampung Utara (sebelum April 2012, bernama Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Lampung Utara).

6 Sejak Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Lampung Utara mulai melaksanakan pengelolaan dan penatasahaan keuangan di Kabupaten Lampung Utara dengan menggunakan sistem komputerisasi berteknologi, yaitu Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). Hal ini sesuai dengan program pemerintah dalam penerapan e-government, yang mana untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan agar lebih efisien, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel. Dan mulai Tahun 2012 ini penyelenggaran SIPKD ini online langsung dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dimana BPK dapat langsung mengakses data pengelolaan dan penatausahaan keuangan daerah Kabupaten Lampung Utara secara online (Nota Kesepahaman Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Utara, 2012). Ini sesuai dengan upaya pemerintah dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mana dalam good governance menghendaki adanya akuntabilitas, transparansi, keterbukaan dan rule of law. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data yaitu : data sebelum menggunakan aplikasi SIPKD adalah data Tahun 2006 dan Tahun 2007, dan untuk data setelah menggunakan aplikasi SIPKD adalah data Tahun 2012 dan Tahun 2013 dengan jenis Informasi Keuangan Daerah (IKD) antara lain APBD, APBD Perubahan, Laporan Realisasi APBD Semester, Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas.

7 Indikator yang digunakan sebagai tolok ukur perubahan apa yang terjadi sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi SIPKD ini adalah Waktu Penyelesaian IKD, Waktu Penyampaian IKD, dan Tingkat Akurasi Data data IKD. Fenomena yang terjadi sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi SIPKD adalah dibandingkan Tahun 2006 dan Tahun 2007, pada Tahun 2012 dan Tahun 2013, Waktu Penyelesaian dan Waktu Penyampaian IKD relatif lebih cepat sekitar 1 (satu) - 2 (dua) bulan (lihat Tabel 1.1. sampai dengan Tabel 1.4.). Kemudian untuk Tingkat Akurasi (yang meliputi APBD, APBD Perubahan, Laporan Realisasi APBD Semester, Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas) pada tahun sesudah penggunaan aplikasi SIPKD meningkat 2 (dua) - 10 (sepuluh) persen dibanding sebelum penggunaan aplikasi SIPKD. Penghitungan Tingkat Akurasi data Laporan Realisasi APBD Semester, Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas ini dilihat dari tingkat kesalahan, kesesuaian dan ketepatan data laporan yang disusun. Untuk penghitungan Tingkat Akurasi data APBD dan APBD Perubahan dilihat dari proses penyusunan, perumusan dan pencatatan program kerja, kegiatan satuan kerja dan proses pencatatan kode rekeningnya menjadi Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang merupakan dokumen yang berisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telah disahkan oleh DPR/DPRD (dalam hal ini DPRD Kabupaten Lampung Utara), dimana

8 tingkat kesalahan itu dilihat dari kesesuaian antara data program kerja dan kegiatan serta kode rekening yang disusun dalam APBD dan APBD Perubahan dengan usulan yang diajukan oleh masing - masing SKPD. Kemudian untuk Tingkat Akurasi Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas dilihat dari selisih antara nilai anggaran dan nilai realisasi. Dimana pada Tahun 2006 dan 2007 tingkat akurasi Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas berkisar 90%, dan mengalami kenaikan pada Tahun 2012 dan Tahun 2013 dengan persentase 98 100 % setelah menggunakan aplikasi SIPKD. Tingkat Akurasi Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas pada Tahun 2006 dan 2007 dinilai cukup rendah karena hanya sekitar 90%, ini berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Namun Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Utara berupa Dokumen Laporan Keuangan Daerah sudah dalam posisi nol atau tidak ada selisih lagi (dinolkan/clear) karena telah dilakukan perbaikan setelah melalui proses audit dari BPK. Dan untuk Tahun 2012 dan 2013 Tingkat Akurasi Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas cukup tinggi yaitu mencapai nilai 98-100% karena dari hasil audit BPK memang kecil sekali nilai selisih antara nilai

9 anggaran dengan nilai realisasi, bahkan pada tahun 2013 tidak ditemukan selisih dalam Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas. Semua data data IKD tersebut dinyatakan valid atau sah bila telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lampung Utara yang ditandatangani oleh Bupati Lampung Utara. Dan data data IKD ini bias diakses melalui internet, tetapi masih kalangan terbatas (pihak pihak yang berkompeten saja) karena dalam pengaksesan masih menggunakan password dan menggunakan system jaringan. Berikut dibawah ini data data mengenai proses waktu penyampaian dan tingkat akurasi data Informasi Keuangan Daerah (IKD) sebelum dan sesudah menggunakan SIPKD.

10 Tabel 1.1. Tabel Waktu Penyampaian dan Tingkat Akurasi Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) Kabupaten Lampung Utara Tahun 2006 (Sebelum menggunakan aplikasi SIPKD) Tahun Anggaran 2006 Jenis IKD Batas Waktu Penyampaian IKD Waktu Penyelesaian Waktu Penyampaian Tingkat Akurasi APBD APBD Perubahan Laporan Realisasi APBD Semester Laporan Realisasi APBD (Tahunan) Paling lambat 31 Januari Tahun Anggaran bersangkutan(31 Jan 2006) Paling lambat 30 hari setelah ditetapkannya perubahan APBD tahun berjalan (21 Nov 2 06) (Penetapan Tgl 20 Okt 2006) Paling lambat 30 hari setelah berakhirnya semester yang bersangkutan (30 Juli 2006) Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2007) 07 Nov 2005 19 Jan 2006 95% 15 Nov 2006 30 Nov 2006 95% 03 Agt 2006 26 Agt 2006 90% 27 Mei 2007 30 Agt 2007 90% Laporan Arus Kas Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2007) 27 Mei 2007 30 Agt 2007 90% Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara Tabel 1.2. Jenis IKD Tabel Waktu Penyampaian dan Tingkat Akurasi Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) Kabupaten Lampung Utara Tahun 2007 (Sebelum menggunakan aplikasi SIPKD) Batas Waktu Penyampaian IKD Tahun Anggaran 2007 Waktu Penyelesaian Waktu Penyampaian Tingkat Akurasi APBD APBD Perubahan Laporan Realisasi APBD Semester Laporan Realisasi APBD (Tahunan) Paling lambat 31 Januari Tahun Anggaran bersangkutan (31 Jan 2007) Paling lambat 30 hari setelah ditetapkannya perubahan APBD tahun berjalan (11 Nov 2007) (Penetapan Tgl 12 Okt 2007) Paling lambat 30 hari setelah berakhirnya semester yang bersangkutan (30 Juli 2007) Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2008) 31 Okt 2006 11 Jan 2007 95% 28 Sept 2007 14 Okt 2007 95% 29 Juli 2007 19 Agt 2007 90% 20 Mei 2008 24 Agt 2008 90% Laporan Arus Kas Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2008) 20 Mei 2008 24 Agt 2008 90% Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara

11 Tabel 1.3. Jenis IKD Tabel Waktu Penyampaian dan Tingkat Akurasi Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012 (Setelah menggunakan aplikasi SIPKD) Batas Waktu Penyampaian IKD Tahun Anggaran 2012 Waktu Penyelesaian Waktu Penyampaian Tingkat Akurasi APBD APBD Perubahan Laporan Realisasi APBD Semester Laporan Realisasi APBD (Tahunan) Paling lambat 31 Januari Tahun Anggaran bersangkutan (31 Jan 2012) Paling lambat 30 hari setelah ditetapkannya perubahan APBD tahun berjalan (01 Des 2012) (Penetapan Tgl 01 Nov 2012) Paling lambat 30 hari setelah berakhirnya semester yang bersangkutan (30 Juli 2012) Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2013) 25 Okt 2011 20 Des 2011 97% 15 Nov 2012 29 Nov 2012 97% 23 Juli 2012 03 Agt 2012 98% 20 Apr 2013 02 Juli 2013 99% Laporan Arus Kas Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2013) 20 Apr 2013 02 Juli 2013 99% Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara Tabel 1.4. Tabel Waktu Penyampaian dan Tingkat Akurasi Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013 (Setelah menggunakan aplikasi SIPKD) Tahun Anggaran 2013 Jenis IKD Batas Waktu Penyampaian IKD Waktu Penyelesaian Waktu Penyampaian Tingkat Akurasi APBD APBD Perubahan Laporan Realisasi APBD Semester Paling lambat 31 Januari Tahun Anggaran bersangkutan (31 Jan 2013) Paling lambat 30 hari setelah ditetapkannya perubahan APBD tahun berjalan (05 Okt 2013) (Penetapan Tgl 05 Sept 2013) Paling lambat 30 hari setelah berakhirnya semester yang bersangkutan(30 Juli2013) 24 Agt 2012 02 Des 2012 97% 18 Agt 2013 02 Sept 2013 98% 15 Juli 2013 28 Juli 2013 98% Laporan Realisasi APBD (Tahunan) Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2014) 27 Mar 2013 sedang dalam proses audit BPK 100% Laporan Arus Kas Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2014) 27 Mar 2013 sedang dalam proses audit BPK Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara 100%

12 Dari data data yang tercantum dalam Tabel 1.1., Tabel 1.2. Tabel 1.3. dan Tabel 1.4. dapat dilihat bahwa Data Informasi Keuangan Daerah yang telah menggunakan aplikasi SIPKD memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang diolah dengan menggunakan cara cara manual (belum menggunakan aplikasi SIPKD). Begitu juga dengan efisiensi waktu penyelesaian dan waktu penyampaiannya, Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang diolah dengan menggunakan aplikasi SIPKD memerlukan waktu yang relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang diolah dengan cara cara manual. Data data ini menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi SIPKD pada pengelolaan Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) lebih efektif dan efisien dibandingkan cara pengelolaan manual baik dari efisiensi waktu dan tingkat akurasinya. Selama beberapa tahun penggunaan aplikasi SIPKD di BPKA Kabupaten Lampung Utara, belum pernah ada masalah dalam keamanan data ataupun terjadi manipulasi data yang dilakukan oleh pihak pihak yang tidak berkepentingan (hack), hanya gangguan jaringan biasa (error). Dan sejauh ini efek yang muncul dengan penggunaan aplikasi SIPKD hanya pembiayaan yang cukup tinggi. Dan hal ini umum dalam upaya pembukaan jaringan dan persiapannya untuk pertama kali. Dengan perhitungan bahwa untuk kedepan biaya yang dikeluarkan akan lebih kecil karena efektivitas aplikasi SIKPD ini. Mulai dari penghematan Alat Tulis Kantor (ATK) dan jumlah SDM akan lebih sedikit sehingga biaya untuk ATK dan SDM bisa lebih ditekan (dalam proses manual diperlukan lebih

13 banyak SDM, karena system penghitungan yang manual lebih memakan banyak waktu, sehingga untuk mengejar waktu penyampaian laporan maka digunakan SDM yang lebih banyak agar lebih cepat selesai). Masalah atau kendala yang dihadapi adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Lampung Utara adalah belum semua Informasi Keuangan Daerah tersebut menggunakan aplikasi SIPKD, ada beberapa jenis Informasi Keuangan Daerah yang dalam pengolahan data nya masih menggunakan cara cara manual, diantaranya : Neraca Daerah, Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, dan data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal Daerah. Dan kondisi ini menyebabkan waktu penyelesaian dan penyampaian Informasi Keuangan Daerah menjadi lebih lama. Demikian juga dengan tingkat akurasinya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan Informasi Keuangan Daerah yang sudah menggunakan Aplikasi SIPKD. Berikut dibawah ini Tabel penjelasan jenis jenis Informasi Keuangan Daerah yang sudah menggunakan Aplikasi SIPKD dan yang belum menggunakan Aplikasi SIPKD (Manual)

14 Tabel 1.5. Tabel Jenis Informasi Keuangan Daerah yang sudah Menggunakan Aplikasi SIPKD dan Manual No. Jenis Informasi Keuangan Daerah Keterangan 1 APBD Aplikasi SIPKD 2 APBD Perubahan Aplikasi SIPKD 3 Realisasi APBD Semester Aplikasi SIPKD 4 Realisasi APBD Tahunan Aplikasi SIPKD 5 Neraca Daerah Manual 6 Laporan Arus Kas Aplikasi SIPKD 7 Catatan Atas Laporan Keuangan Manual 8 Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Manual Pembantuan 9 Laporan Keuangan Perusahaan Daerah Manual 10 Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah Manual Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara Dari uraian permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan kajian dan penelitian mengenai hal tersebut diatas. Peneliti ingin mengetahui dan mengkaji / mengevaluasi penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lampung Utara yang sudah mulai disosialisasikan pada tahun 2008 hingga berjalan sampai tahun 2014 sekarang ini, mengapa sampai saat ini belum semua Informasi Keuangan Daerah menggunakan Aplikasi SIPKD. Karena mengingat tuntutan dari berbagai pihak untuk dapat lebih cepat, tepat dan akurat dalam penyelenggaraan pemerintahan, khususnya masalah keuangan. Dan faktor faktor penghambat apa saja yang mempengaruhi

15 hal tersebut / faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Dengan adanya Penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Lampung Utara, beberapa jenis IKD dapat disusun dengan lebih cepat, tepat dan akurat, tetapi ternyata belum semua IKD itu disusun dengan aplikasi SIPKD. Oleh karena peneliti ingin mengevaluasi penerapan SIPKD (dalam kurun waktu 6 (enam) tahun penerapan aplikasi) dilaksanakan yang dirumuskan dengan pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana Penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Lampung Utara? 2. Faktor faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Lampung Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Mengevaluasi Penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah

16 (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Lampung Utara. 1.4. Kegunaan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi kegunaan secara teoritis maupun kegunaan secara praktis, yaitu sebagai berikut : 1. Kegunaan secara teoritis, diharapkan dapat berguna unt uk pengembangan kajian Ilmu Pemerintahan mengenai Manajemen Keuangan Daerah, khususnya kajian mengenai Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD). 2. Kegunaan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Kabupaten Lampung Utara untuk pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan keuangan yang komprehensif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat guna mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.