BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MERUBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

PEMBUATAN DESTALATOR DAN ANALISA KANDUNGAN SULFUR MINYAK DIESEL LIMBAH PLASTIK LDPE HASIL PIROLISIS

No Properties Value 1 Density kg/m 3 2 Viscosity 5.27 m. Poise 3 Flash Point 22 o C 4 Fire Point 29 o C 5 Calorific Value

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengolahan Sampah Plastik Jenis PP, PET dan PE Menjadi Bahan Bakar Minyak dan Karakteristiknya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya

PENGARUH ARAH ALIRAN AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP HASIL PENGEMBUNAN PROSES PIROLISIS LIMBAH PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN RASIO MINYAK/METANOL PADA PEMURNIAN MINYAK PIROLISIS DARI LIMBAH PLASTIK POLYETHYLENE

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE)

TINJAUAN PUSTAKA. atau dibuat dari bahan asal batu bara, batu kapur, udara, air dan juga dari binatang

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak?

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

BERBAGAI METODE KONVERSI SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT DESTILASI MINYAK DARI LIMBAH SAMPAH PLASTIK. : Judhid Adi Mursito. : I Gusti Ketut Sukadana, ST. MT.

Prarancangan Pabrik Etilena dari Propana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

REVIEW JURNAL EFFECT OF ZEOLITE CATALYST ON PYROLYSIS LIQUID OIL

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi)

STUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

UPAYA MENGURANGI TIMBULAN SAMPAH PLASTIK DI LINGKUNGAN

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lisa Purnama A1C112014

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti

PENGARUH GEOMETRI PIPA KONDENSOR TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA DESTILASI MINYAK PLASTIK

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT.

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut

GLOSSARIUM. Ilmu Pengetahuan Alam - Kelas VII SMP/MTs

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : , Maret 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 6 BAHAN POLYMER Part 1

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PIROLISIS SAMPAH PLASTIK HINGGA SUHU 900 o C SEBAGAI UPAYA MENGHASILKAN BAHAN BAKAR RAMAH LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

PIROLISIS Oleh : Kelompok 3

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

Metodologi Penelitian

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

Pengaruh Campuran Bahan Bakar Premium Dengan Plastik Polypropilene (PP) Hasil Piropilis Terhadap Nilai Kalor Bahan Bakar

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MERUBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang tersier dapat dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga macam proses cracking yaitu hydro cracking, thermal cracking dan catalytic cracking (Panda, 2011). 2.1.1 Hydro Cracking Hydro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada temperatur antara 423 673 K dan tekanan hidrogen 3 10 MPa. Dalam proses hydro cracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencapuran dan reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan decalin. Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous silica alumina, zeolite dan sulphate zirconia (Surono, 2013). 2.1.2 Thermal Cracking Thermal cracking adalah termasuk proses pirolisis, yaitu dengan cara memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada temperatur antara 350 C sampai 900 C. Dari proses ini akan dihasilkan arang, minyak dari kondensasi

7 gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi (Surono, 2013). Penelitian dengan jenis plastik yang lain dilakukan oleh Tubnonghee et al. Pada tahun 2010. Plastik yang diteliti untuk dijadikan bahan bakar minyak adalah jenis polyethylene (PE) dan polyprophelene (PP). Pembuatan bahan bakar minyak dari plastik menggunakan proses thermo cracking (pyrolisis). Pyrolisis dilakukan pada temperatur 450 C selama 2 jam. Gas yang terbentuk selanjutnya dikondensasi- kan menjadi minyak di dalam kondenser yang bertemperatur 21 C. Minyak yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dengan gas chromatography/mass spectrometry untuk mengetahui distribusi jumlah atom karbonnya. Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa komposisi minyak dari campuran plastik PE dan PP tersebut mempunyai jumlah atom karbon yang setara dengan solar, yaitu C12 C17. 2.1.3 Catalytic Cracking Cracking cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi perekahan. Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi (Surono, 2013). Agus Sapriyanto (2011) telah melakukan pengujian terhadap mesin pengubah sampah plastik menjadi BBM. Proses pengujian dilakukan pada 1 kg sampah plastik dengan suhu pemanasan 530ºC. Jenis plastik yang dimasukkan ialah semua jenis plastik. Kemudian dalam waktu 2 jam sehingga menghasilkan bahan bakar cair sebanyak 300 ml. Berdasarkan hasil pengujian didapat nilai kalor bahan bakar tersebut sampah plastik sebesar 10.519 Cal/g atau 44.040,95 J/g, setara dengan nilai kalor premium yaitu 10.285 Cal/g atau 43061,24 J/g. Di tahun yang sama, Aprian et al (2011) juga meneliti minyak yang diperoleh dari proses pirolisis pengolahan sampah plastik. Penelitian ini menggunakan dua jenis plastik sebagai variabel tetap yaitu High Density Polyethylene (HDPE) dan Low Density Polyethylene (LDPE) dan menggunakan reaktor dengan diameter 20 cm dan tinggi 40 cm. Pirolisis dilangsungkan pada temperatur 250 C-420 ºC dan waktu reaksi selama 0-60 menit. Minyak yang dihasilkan pada proses pirolisis dapat dibandingkan dengan minyak tanah dan minyak ini merupakan sumber dari bahan kimia yang berharga misalnya

8 alkohol, asam organik, eter, keton, alipatik dan hidrokarbon aromatik. Dan gas yang dihasilkan berupa Cox, NOx, H2 dan Alkana (Damanhuri, 2009). 2.2 PIROLISIS Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, dan volatil matters pada sampah akan pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya, Produk cair yang menguap mengandung tar dan polyaromatic hidrokarbon (Ramadhan dan Ali, 2003). Menurut kondisi operasinya, pirolisis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis kategori yaitu slow, fast dan flashpyrolisis (Jahirul et al., 2012). Tabel 2.1 Parameter operasi proses pirolisis Sumber: Jahirul et al, 2012 Proses pirolisis Waktu tinggal (s) Ukuran partikel (mm) Suhu (K) Slow 450-500 5-50 550-950 Fast 0,5-10 <1 850-1250 Flash <0,5 <0,2 1050-1300 Faktor-faktor yang mempengaruhi produk dalam proses pirolisis (Elykurniati, 2009) adalah: 1. Waktu: Waktu berpengaruh pada minyak yang akan dihasilkan karena,semakin lama waktu proses pirolisis berlangsung, minyak yang dihasilkannya makin naik. 2. Suhu: Suhu sangat mempengaruhi minyak yang dihasilkan, karena semakin tinggi suhu maka semakin banyak minyak yang dihasilkan. 3. Berat Partikel: Semakin banyak bahan yang dimasukkan menyebabkan hasil bahan bakar cair (tar) dan arang meningkat.

9 4. Ukuran Partikel: Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil. Makin besar ukuran partikel luas permukaan persatuan berat makin kecil sehingga proses karbonisasi berlangsung lambat. Encinar J. M., et al, (2009), telah meneliti tentang jerusalem artichoke pyrolysis:energetic evaluation. Mereka meneliti tentang pengaruh dari temperatur (400 C 800ºC), ukuran dari partikel (0,63-2,00 mm), laju nitrogen (75-300 ml min - 1 ), dan massa awal yang digunakan (2,5 10g). Peningkatan temperatur menyebabkan penurunan untuk hasil padatan dan minyak sedangkan hasil gas meningkat. Penurunan hasil minyak disebabkan karena reaksi minyak sekunder ketika temperatur semakin meningkat. Inilah juga yang menyebabkan hasil gas meningkat disebabkan juga karena reaksi minyak sekunder dari minyak. Dengan peningkatan temperatur mempengaruhi juga peningkatan jumlah karbon dan ash sedangkan jumlah volatil menurun. Ketika temperatur meningkat kandungan gas seperti H 2, CO, CH 2 juga meningkat dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai hasil maksimum ini semakin sedikit. Pengaruh dari masa sample awal dan ukuran dari partikel adalah ketika ukuran dari partikel meningkat hasil dari padatan dan gas sedikit menurun dan sedikit peningkatan untuk hasil volatil. Hal ini disebabkan karena sedikit pengaruh dari proses penghantaran panasnya yang terjadi pada setiap partikelnya. Pengaruh dari masa awal dari proses pirolisis adalah konstan, artinya untuk parameter ini tidak begitu berpengaruh terhadap proses pirolisis. Pengaruh dari laju nitrogen yaitu peningkatan dari laju nitrogen menyebabkan penurunan jumlah minyak dan peningkatan jumlah gas, sedangkan hasil padatan sedikit menurun. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari komponen-komponen yang dapat terkondensasi, seandainya waktu untuk terkondensasi semakin cepat (karena laju nitrogen semakin besar) maka hasil minyak yang diperoleh akan semakin sedikit. Nilai kalor tertinggi untuk hasil minyak diperoleh pada temperatur 400 C dan ini akan semakin menurun bersamaan dengan meningkatnya temperatur. Nilai kalor untuk hasil gas akan semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya temperatur sedangkan nilai kalor untuk padatan hampir konstan.

10 2.3 ZEOLIT Zeolit adalah mineral dengan struktur kristal alumina silikat yang berbentuk framework (struktur tiga dimensi)dan mempunyai rongga serta saluran yang diisi oleh kation logam alkali atau alkali tanah serta molekul air. Ion logam dan molekul air dapat digantikan oleh ion atau molekul lain secara reversible tanpa merusak struktur zeolit, sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai adsorben, ion exchange dan katalis (Las, et al, 2012). Fungsi zeolit sebagai katalis disebabkan karena zeolit mempunyai pori. Semakin besar ukuran pori zeolit maka proses katalisasi akan semakin cepat. Jenis mineral zeolit yang sering ditemukan di indonesia adalah klinoptilolit dengan rumus Na 6 [Al 6 Si 30 O 72 ]24 H 2 O dan berwarna putih. Densitas 1,9942-2,1781 g/ml, volume pori total 86,26 x 10-3 dengan luas permukaan 38,93 m 2 (Las, 1989). 2.4 PLASTIK Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen (Kumar et al., 2011). Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan. Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik di atas, thermoplastik adalah jenis yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan penggunaannya (lihat Gambar 2.1 dan Tabel 2.2).

11 Gambar 2.1 Nomor kode plastik Sumber: Surono, 2013 Tabel 2.2 Jenis plastik, kode dan penggunaannyaa Sumber: Surono, 2013 No. Jenis Plastik Kode 1 PET (Polyethylene Terephthalate) 2 HDPE (High Density Polyethylene) 3 PVC (Polyvinyl Chloride) 4 LDPE (Low Density Polyethylene) 5 PP (Polypropylene atau Polypropene) 6 PS (Polvstvrene) 7 Other (O), jenis plastik lainnya selain dari no. 1 hingga 6 Penggunaan Botol kemasan air mineral, botol minyak goreng, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik Botol obat, botol susu cair, jerigen pelumas, dan botol kosmetik Pipa selang air, pipa bangunan, mainan, taplak meja dari plastik, botol shampo, dan botol sambal. Kantong kresek, tutup plastik,plastik pembungkus daging beku, dan berbagai macam plastik tipis lainnya. Cup plastik, tutup botol plastik, mainan anak, dan cup margarin. Kotak CD, sendok dan garpu plastik, gelas plastik, tempat makan dari styrofoam, dan tempat makan plastik transparan. Botol susu bayi, plastik kemasan, galon air mineral, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, sikat gigi, dan mainan lego.

12 2.5 SIFAT TERMAL BAHAN PLASTIK Pengetahuan sifat termal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat termal yang penting adalah titik lebur (Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur dimana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan diatas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010). tabel berikut: Data sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada Tabel 2.3 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik Sumber: Surono, 2013 Jenis Tm Tg Temperatur Bahan ( C) ( C) kerja maks. ( C) PP 168 5 80 HDPE 134-110 82 LDPE 330-115 260 PA 260 50 100 PET 250 70 100 ABS 110 85 PS 90 70 PMMA 100 85 PC 150 246 PVC 90 71

13 2.6 HUKUM GAY LUSSAC Gay Lussac mengamati perubahan tekanan gas jika suhunya diubah-ubah dengan mempertahankan volume gas agar tetap. Gay Lussac mendapatkan kesimpulan bahwa. Pada volume tetap, tekanan gas berbanding lurus dengan temperaturnya. Pernyataan di atas dapat ditulis P T, dengan T adalah suhu. Hubungan ini dapat ditulis sebagai atau dengan C adalah konstanta. Persamaan diatas dikenal dengan hukum Gay Lussac. (2.1) dimana: = Tekanan (/ ) = Tekanan awal (/ ) = Tekanan akhir (/ ) = Suhu ( C) = Suhu awal ( C) = Suhu akhir ( C) Gambar 2.2 Skema percobaan Gay Lussac Sumber: Abdullah, 2016

14 Gambar 2.3 Hubungan antara suhu dan tekanan gas pada volume konsntan Sumber: Abdullah, 2016 2.7 KALOR Kalor adalah salah satu bentuk energi yang berpindah dari benda bersuhu tinggi kebenda bersuhu lebih rendah. Karena kalorsangat identik dengan panas, dalamkehidupan sehari-hari kalor sering digunakanuntuk mengganti kata panas. Satuan kalorsetara dengan satuan energi, yaitu Joule yang dinotasikan J. Satuan ini ditetapkan oleh James Presscott Joule setelah ia melakukan penelitian menggunakan alat yang kini disebut kalori meter. Selain dinyatakan dalam joule, kalor juga dapat dinyatakan dalamsatuan lain yang disebut kalori, dengan nilai perbandingan 1 Joule = 0,24 kalori. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor: 1. Massa zat 2. Jenis zat (kalor jenis) 3. Perubahan suhuu Temperatur atau suhu merupakan suatuistilah untuk menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda, dengan alat pengukur yang di gunakan adalah thermometer. Sedangkan kalor atau panas merupakan salah satu bentuk energi yang dapat di pindahkan karena perbedaan suhu. Bila suatu benda dikenai atau diberi kalor atau panas maka benda akan mengalami beberapa hal, diantaranya: kenaikan suhu, perubahan panjang, dan perubahan wujud (Putra, dkk., 2015). Rumus kalor yang diterima oleh zat:

15 (2.2) Kapasitas kalor dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: (2.3) atau (2.4) Sehingga kalor lebur suatu zat dapat dicari dengan rumus dibawah ini: atau (2.5) dimana: Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule) m = Massa zat (kg) = Kalor jenis ( / ) = Perubahan suhu ( C) ( ) = Suhu awal ( C) = Suhu akhir ( C) = Kapasitas kalor ( / ) = Kalor lebur zat ( /)