K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang. 3. Memahami tsunami. 4. Memahami tanah longsor. 4. Banjir a. Pengertian Banjir adalah aliran air yang tingginya melebihi muka air normal. b. Kajian Bahaya Kajian bahaya banjir didapatkan dari hal berikut. 1.) Rekaman kejadian banjir untuk menentukan pola terjadinya banjir periodik. 2.) Pemetaan topografi untuk menentukan kapasitas sistem hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan. 3.) Data curah hujan untuk menghitung kapasitas penyaluran sistem pengaliran. c. Mitigasi 1.) Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, dan daerah genangan untuk meramalkan bencana berikutnya.
2.) Membuat peta daerah rawan banjir lengkap dengan lokasi pengungsian, lokasi posko, dan pos pengamat debit banjir. 3.) Menyediakan dana, peralatan, dan material untuk upaya tanggap darurat. 4.) Melaksanakan pelatihan evakuasi. 5.) Mengadakan kampanye peduli bencana banjir. 6.) Membangun tembok penahan dan tanggul sungai serta pantai. 7.) Mengatur debit air di daerah hulu dengan reboisasi serta membangun sistem peresapan air dan bendungan atau waduk. 8.) Mengeruk sungai dan membuat sudetan sungai. d. Peran Serta Masyarakat 1.) Tidak membuang sampah atau limbah padat ke sungai atau sistem drainase. 2.) Tidak tinggal di bantaran sungai. 3.) Tidak menggunduli hutan di daerah tangkapan air. 4.) Penggunaan lahan tidak bertentangan dengan kaidah konservasi air dan tanah. 5.) Ikut mengendalikan pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi. 6.) Gotong royong membersihkan saluran drainase di lingkungan masing-masing. 5. Gelombang Pasang a. Penyebab Gelombang pasang disebabkan oleh angin dengan kecepatan tinggi di atas permukaan laut atau gaya tarik bulan dan matahari. b. Parameter 1.) Tinggi gelombang. 2.) Panjang sapuan gelombang pasang ke daratan. 3.) Luas daerah yang terkena sapuan gelombang. c. Komponen yang Terancam 1.) Struktur bangunan yang ringan atau terbuat dari kayu. 2.) Bangunan yang sejajar dengan garis pantai. 3.) Bangunan tambahan, seperti papan, seng, dan asbes. 4.) Fasilitas telekomunikasi, listrik, dan air bersih. 5.) Bangunan industri yang terletak di sekitar pantai. 6.) Kapal-kapal penangkap ikan. 7.) Jalan dan jembatan di daerah dataran pantai. 8.) Sawah dan tambak budi daya perikanan. 2
d. Mitigasi 1.) Reklamasi pantai. 2.) Pembangunan pemecah ombak. 3.) Penataan bangunan di sekitar pantai. 4.) Pengembangan kawasan hutan bakau. 5.) Pembangunan tembok penahan ombak. 6. Tsunami a. Penyebab 1.) Gempa tektonik yang diikuti dengan dislokasi di dasar laut. 2.) Letusan gunung api di dasar laut. 3.) Tanah longsor di dasar laut. b. Mekanisme Perusakan Kecepatan tsunami berbanding lurus dengan kedalaman laut. Semakin dalam lautnya, semakin cepat tsunaminya. Semakin mendekati pantai, kecepatannya semakin berkurang sehingga terjadi penumpukan massa air yang menyebabkan gelombang tsunami makin tinggi. c. Kajian Bahaya 1.) Identifikasi sistem tektonik, struktur geologi, dan morfologi dasar laut, khususnya di sekitar zona subduksi. 2.) Pemetaan daerah risiko bencana tsunami. d. Gejala Peringatan Dini 1.) Gelombang tsunami datang secara mendadak. 2.) Diawali dengan gempa bumi dan surutnya air laut. 3.) Terdapat selang waktu antara gempa bumi dan tsunami di pantai. e. Mitigasi 1.) Peningkatan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami. 2.) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai. 3.) Penanaman hutan mangrove. 4.) Pembangunan tempat evaluasi yang aman. 5.) Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami. 3
7. Tanah Longsor a. Pengertian Tanah longsor adalah gerakan massa tanah atau bahan menuruni lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. b. Penyebab 1.) Penggundulan hutan sehingga pengikat air tanah berkurang. 2.) Pelapukan batuan beku luar dan batuan sedimen. 3.) Jenis tanah kurang padat. 4.) Lerengnya terjal. 5.) Adanya genangan air di lereng yang terjal. 6.) Peningkatan kandungan air dalam lereng dari air hujan, kolam, sawah, atau selokan yang bocor. 7.) Ada getaran pada lereng akibat gempa, ledakan, penggalian, atau alat/ kendaraan berat. 8.) Peningkatan beban pada lereng yang curam akibat pertambahan bangunan atau pohon-pohon. 9.) Pemotongan kaki lereng sehingga lereng kehilangan daya penyangga. 10.) Susutnya muka air pada lereng sehingga lereng bertambah kering. c. Gejala dan Peringatan Dini 1.) Muncul retakan memanjang atau melengkung pada tanah. 2.) Terjadi penggembungan lereng. 3.) Pintu dan jendela sulit dibuka. 4.) Muncul rembesan atau mata air pada lereng. 5.) Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan atau mata air, air tiba-tiba keruh. 6.) Pohon atau tiang miring. 7.) Terdengar suara gemuruh dari atas lereng. 8.) Terjadi runtuhan tanah atau kerikil dari atas lereng. d. Mitigasi 1.) Menghindari pembangunan permukiman dan fasilitas umum di daerah rawan bencana. 2.) Mengurangi tingkat keterjalan lereng, misalnya degan terasering. 3.) Meningkatkan sistem drainase. 4.) Penghijauan dengan tanaman yang perakarannya dalam. 4
5.) Membuat tanggul penahan, baik berupa bangunan maupun tanaman. 6.) Identifikasi retakan-retakan berbentuk tapal kuda. 5