GARAP GENDING NGLENTHUNG, GLOMPONG, LAYUNG SETA DAN AYAK-AYAK BAGELEN

dokumen-dokumen yang mirip
GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan

GARAP GENDING LONTHANG, JATIKUSUMA, RENYEP DAN LUNG GADHUNG

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATHET SANGA

BAB IV PENUTUP. sesuai untuk penggalian gending-gending tradisi Gaya Yogyakarta. Bagi

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh

BAB IV PENUTUP. Adapun rangkaian struktur komposisi yang disajikan yaitu Lagon Wetah laras

GARAP BONANG BARUNG GENDING BEDHAYA LARAS PELOG PATHET BARANG KENDHANGAN MAWUR

BAB IV PENUTUP. patalon. Unsur yang menjadi ciri khas dari penyajian gending patalon adalah

PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta KENDHANGAN TARI GOLEK LAMBANGSARI

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN

SUWUK GROPAK DALAM KARAWITAN PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA

BAB IV KESIMPULAN. didapat beberapa kesimpulan mengenai pancer. Tabuhan pancer yang selama ini

BAB IV KESIMPULAN. menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro

TABUHAN PANCER PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SEBUAH KAJIAN MUSIKAL

BAB IV KESIMPULAN. mengakibatkan perubahan teknik tabuhan pada beberapa instrument bonang

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, tentang gending Gaya Yogyakarta yang diangkat sebagai materi

GARAP KENDHANGAN GENDING PATALON LAMBANGSARI LARAS SLENDRO PATET MANYURA VERSI KARAWITAN NGRIPTO LARAS. Skripsi

BAB IV PENUTUP. dengan penyajian karawitan mandiri atau uyon-uyon. Tidak hanya penyajian

JURNAL KARAWITAN TARI SARASWATI ISI YOGYAKARTA KARYA SUNYATA

BAB IV PENUTUP. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa latar belakang proses

Kendangan Matut. Latar Belakang

KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA. Skripsi

BAB IV PENUTUP. disimpulkan bahwa gending-gending bentuk lancaran karya Ki Tjokrowasito

GARAP KENDHANGAN GENDING PATALON LAMBANGSARI LARAS SLENDRO PATET MANYURA VERSI KARAWITAN NGRIPTO LARAS

BAB IV PENUTUP. Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan. Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta. Hal ini memberikan

BAB IV PENUTUP. Peran karawitan dan acara pernikahan di Keraton Yogyakarta menjadi

ANALISIS GARAP GENDING DOLANAN EMPLÈK-EMPLÈK KETEPU LARAS SLENDRO PATET MANYURA ARANSEMEN TRUSTHO. Skripsi

BAB IV PENUTUP. Banyumas. Jemblung berawal dari dua kesenian rakyat yaitu Muyèn dan Menthièt.

RAGAM GARAP GENDING-GENDING LANCARAN KARYA KI TJOKROWASITO. Skripsi

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho

GENDHING KARAWITAN: KAJIAN FUNGSI DAN GARAP KARAWITAN GAYA SURAKARTA

IRINGAN KESENIAN THÈTHÈLAN DENGAN CERITA SEDUMUK BATHUK SENYARI BUMI DI TAMAN BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: KAJIAN GARAP KARAWITAN.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA (MANDIRI)

KARAWITAN TARI GOLEK AYUN-AYUN KARYA K.R.T. SASMINTADIPURA: KAJIAN POLA GARAP KENDHANGAN

PENERAPAN TLUTUR DALAM PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA VERSI KI TIMBUL HADIPRAYITNA, KI SUTEDJO, KI SUGATI, DAN KI MARGIONO.

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN

BAB IV KESIMPULAN. memiliki cengkok sindhenan yang unik terdapat pada cengkok sindhenan

BAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya.

Analisis Tekstual Gending Kethuk 2 Kerep Minggah 4 Laras Slendro Pathet Sanga, Bagian II Kiriman I Nyoman Kariasa, Dosen PS Seni MKarawitan

BAB IV PENUTUP. Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang. dalam mewujudkan karya komposisi karawitan dengan judul Lakuku.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta. Komparasi Gending Ganggong dan Miyanggong Laras pelog patet nem. Susanti 1

Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps

JURNAL KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA

PANGKUR JENGGLENG AYOM-AYEM DI TVRI YOGYAKARTA: SUATU TINJAUAN PENYAJIAN KARAWITAN. Skripsi

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

BAB IV KESIMPULAN. tahun 2012 lomba karawitan se-kabupaten klaten.

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

GENDING DALAM PROSESI PANGGIH PENGANTIN G.K.R. HAYU DAN K.P.H. NOTONEGORO DI KERATON YOGYAKARTA

PROSES BELAJAR SENI KARAWITAN SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR NEGERI KASIHAN BANTUL: SEBUAH STUDI KASUS

BAB IV PENUTUP. tentang penyimpangan terhadap pola musikal karawitan konvensional.

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

PERKEMBANGAN GARAP GENDING JANGKUNG KUNING

BENTUK DAN FUNGSI VOKAL DALAM PERTUNJUKAN JEMBLUNG

GARAP KENDHANG: SAMBUL LARAS, KLENTHUNG WINANGUN, SANGAPATI, THUKUL, KARAWITAN, ANGLIR MENDHUNG

MARS ISI YOGYAKARTA KARYA SUHARDJONO: SUATU TINJAUAN GARAP MUSIKAL

LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016

PANCER DALAM KARAWITAN GAYA SURAKARTA

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap

JURNAL IRINGAN KESENIAN THÈTHÈLAN DENGAN CERITA SEDUMUK BATHUK SENYARI BUMI DI TAMAN BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: KAJIAN GARAP KARAWITAN.

PADA GAMELAN KYAI KANCILBELIK KERATON SURAKARTA

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI

KONSEP KENDANGAN PEMATUT KARAWITAN JAWA GAYA SURAKARTA

PERMAINAN RICIKAN KENONG DALAM KARAWITAN JAWA GAYA SURAKARTA

CENGKOK SINDHENAN GENDING KUTUT MANGGUNG LARAS SLENDRO PATET MANYURA VERSI NYI TJONDROLOEKITO

GARAP LADRANG ELING-ELING PIKUKUH KARYA KI NARTOSABDO

PEMBINAAN KARAWITAN KELOMPOK KARAWITAN NGESTI LARAS, PAGUYUBAN NGEKSI GONDO DIBAWAH NAUNGAN YAYASAN ADI BUDAYA DENPASAR TAHUN 2009

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

KOMPOSISI IRINGAN TARI SUMUNARING ABHAYAGIRI (SENDRATARI BOKO)

RICIKAN STRUKTURAL SALAH SATU INDIKATOR PADA PEMBENTUKAN GENDING DALAM KARAWITAN JAWA

KARAWITAN. Apa itu KARAWITAN?

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Surakarta. PDSPK, Kemendikbud

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAGAIMANA BERMAIN GAMELAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Oleh: Wahyu Widodo

UCAPAN TERIMA KASIH...

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

Gamelan, Orkestra a la Jawa

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017

KARAWITAN IRINGAN NINI THOWONG DI DESA PANJANGREJO PUNDONG BANTUL. Skripsi

BAB IV KESIMPULAN. yang tidak melibatkan kesenian lain, lebih khusus lagi hanya disajikan untuk

BAB IV PENUTUP. penyebaran kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa penyiaran karawitan pada

JURNAL TABUHAN SLENTHO

GARAP INSTUMEN GENDER GENDHING HARUM SARI KALAJENGAKEN LADRANG WIRANGRONG KASAMBET PLAYON LASEM LARAS SLENDRO PATHET NEM

BAB II SINDHÈNAN GENDHING JAKAMULYA DAN LADRANG JANTI LARAS SLENDRO PATHET SANGA

Pagelaran Wayang Ringkas

FUNGSI SENI KARAWITAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JAWA. Oleh : Drs. KARTIMAN, M. Sn. WIDYAISWARA PPPPTK SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

JURNAL NDANG PLONG. Oleh: Dwi Bayu Prasetyanto UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Catharsis: Journal of Arts Education

GARAP KENDHANGAN SARAYUDA GENDHING NGEKSI LARAS KALAJENGAKEN KETAWANG IBU PERTIWI MINGGAH LANCARAN MARI KANGEN LARAS PELOG PATHET NEM

Transkripsi:

GARAP GENDING NGLENTHUNG, GLOMPONG, LAYUNG SETA DAN AYAK-AYAK BAGELEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 dalam bidang karawitan Kompetensi Penyajian Karawitan Oleh : Ruli Uning Wulandari 1010450012 JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2014

GARAP GENDING NGLENTHUNG, GLOMPONG, LAYUNG SETA DAN AYAK-AYAK BAGELEN Oleh : Ruli Uning Wulandari 1010450012 Tugas Akhir Skripsi ini diajukan kepada Dewan Penguji Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Sebagai salah satu syarat untuk mengakhiri jenjang Studi Sarjana S-1 dalam bidang Seni Karawitan 2014 i

PENGESAHAN Tugas Akhir judul Garap Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen ini telah diterima oleh Dewan Penguji Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tanggal 26 Juni 2014. Drs. Subuh, M.Hum. Ketua Drs. Trustho, M.Hum. Pembimbing I Drs. R. Bambang Sri Atmojo, M.Sn Pembimbing II Drs. Sunyata, M.Sn. Penguji Ahli Mengetahui: Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Prof. Dr. I Wayan Dana, S.S.T., M.Hum. NIP. 19560308 197903 1 001 ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam pertanggungjawaban ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, 26 Juni 2014 Ruli Uning Wulandari iii

PERSEMBAHAN Tugas Akhir ini Kupersembahkan kepada; Kedua Orang Tuaku Tercinta: Bpk.Badriyanto & Ibu Tri purwani Kedua adikku Kekasih Hati Dan Para Pecinta Seni iv

MOTTO Jangan Katakan Tidak Bisa Sebelum Mencoba Melakukannya v

KATA PENGANTAR Salam Budaya, Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, serta hidayah-nya, sehingga tugas akhir ini dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan penulis. Tugas Akhir yang berjudul Garap Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen ini merupakan proses akhir dalam menempuh studi jenjang S-1 sekaligus merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Instutut Seni Indonesia Yogyakarta untuk mencapai kelulusan. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, tugas akhir ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Pengelola Jurusan Karwitan yang terdiri dari Drs. Subuh, M.Hum. selaku ketua Jurusan Karawitan, Asep Saepudin, S.Sn., M.A. selaku sekretaris Jurusan Karawitan yang telah memberikan bimbingan serta motivasi sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. 2. Drs. Trustho, M.Hum. selaku pembimbing I dan narasumber yang telah banyak memberikan informasi, pengetahuan, bimbingan, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. vi

3. Drs. Bambang Sri Atmojo, M.Sn. selaku dosen pembimbing II dan narasumber yang memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan. 4. Drs. Teguh, M.Sn. selaku dosen wali yang telah memberikan pengarahan dan bantuan pemikiran. 5. Narasumber yang memberikan informasi dan pengetahuan tentang garap gending soran, lirahan, gending tari dan pakeliran. 6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi semangat, kasih sayang dan dukungan moral, serta material selama proses tugas akhir. 7. Semua pihak yag tidak saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan berbentuk apapun demi kelancaran proses tugas akhir. Akhir kata besar harapan penulis semoga penulisan tugas akhir ini dapat berguna bagi seluruh pembaca, khususnya bagi Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan teman teman mahasiswa sekalian. Dengan sepenuh hati, disadari bahwa penulisan ini masih kurang semua, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran demi perbaikan serta menambah wawasan guna meningkatkan penulisan yang lebih baik. Yogyakarta, Juni 2014 Penulis vii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL... INTISARI... i ii iii iv v vi viii x xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggarapan... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penggarapan... 6 D. Tinjauan Sumber... 7 E. Proses Penggarapan... 9 F. Tahap Penulisan... 13 BAB II. DISKRIPSI GENDING NGLENTHUNG, GLOMPONG, LAYUNG SETA DAN AYAK-AYAK BAGELEN A. Pengertian Gending, Fungsi dan Perannya... 14 1. Gending Nglenthung... 14 2. Gending Glompong... 15 3. Gending Tari Golek Layung Seta... 18 4. Gending Pakeliran Ayak-ayak Bagelen... 21 B. Perspektif Garap Karawitan Karawitan Gaya Yogyakarta Dan Gaya Bagelen... 24 BAB III. ANALISIS GENDING NGLENTHUNG, GLOMPONG, LAYUNG SETA DAN AYAK-AYAK BAGELEN A. Analisis Balungan dan Pola Garap Gending... 29 1. Gending Nglenthung... 29 2. Gending Glompong... 32 3. Gending Tari Golek Layung Seta... 36 4. Gending Pakeliran Ayak-ayak Bagelen... 40 B. Analisis dan Aplikasi Garap... 45 1. Gending Nglenthung... 45 viii

2. Gending Glompong... 58 3. Gending Tari Golek Layung Seta... 66 4. Gending Pakeliran Ayak-ayak Bagelen... 74 BAB IV. PENUTUP... 82 SUMBER ACUAN... 85 DAFTAR ISTILAH... 88 LAMPIRAN... 91 ix

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL A. Daftar Singkatan 1. Gelar, lembaga dan nama tempat ASKI DIY FSP HMJ ISI K.H.P. K.M.T. K.P.H. K.R.T. SMKI STSI : Akademi Seni Karawitan Indonesia : Daerah Istimewa Yogyakarta : Fakultas Seni Pertunjukan : Himpunan Mahasiswa Jurusan : Institut Seni Indonesai : Kawedanan Hageng Punakawan : Kanjeng Mas Tumenggung : Kanjeng Pangeran Haryo : Kanjeng Raden Tumenggung : Sekolah Menengah Karawitan Indonesia : Sekolah Tinggi Seni Indonesia 2. Teknik tabuhan, istilah dalam tafsir naskah serta nama sekaran kendhangan. bl ck dm gbt gby gby lb gby dds gby md gby ntr : balungan : cengkok khusus : demung : gong batangan : gembyang : gembyang lamba : gembyang dados : gembyang midak : gembyang nitir x

gby rgkp : gembyang rangkep gd : gending gpl : ngaplak gpl ssg : ngaplak seseg gr : gerong kd : kendang ks : kengser ksk : kosokan kn : kenong kp : kempul kwl : kawilan kwl ssg : kawilan seseg ks : khusus mg : magak mlk : malik mpl lb : mipil lamba mpl rgkp : mipil rangkep pd : pangkat dhawah ps ; posisi rb ; rebaban rbt : rambatan sdn : sindhenan sgt : singget sgt ks : singget kengser skr : sekaran skr ttp : sekaran tutupan slh ; seleh slt : slentem sr.rc : saron ricik sr.pnr. : saron penerus us :umpak suwuk xi

g G p n B. Daftar Simbol 1. Kolotomik = : ketuk : kenong : kempul : gong gn : kenong dan gong : suwukan _ : tanda ulang i : tanda dhodhogan (pakeliran) 2. Kendang I : tak K : ket O : tok P : thung L : lung xii

B : dhen/nggen C : dhah kendang ageng D : ndang V : dhet BL : dlang J : tlung I; : trang 3. Rebaban / : kosokan maju \ : kosokan mundur 4. Bonang x3x x.x x3x x. : notasi di atas garis untuk tabuhan bonang. 1. 1 atas/lanangan, bawah garis untuk bonang bawah/wedokan xiii

INTISARI Penggarapan dan penulisan ini merupakan salah satu upaya untuk menggali dan melestarikan karawitan khususnya gending-gending Gaya Yogyakarta maupun Gaya Bagelen untuk pakeliran-nya. Gending Nglenthung merupakan gending soran dengan bentuk pamijen yaitu terdiri dari lima kenongan dalam satu gong. Gending Glompong merupakan gending lirihan Gaya Yogyakarta yang mempunyai spesifikasi garap. Gending Layung Seta merupakan gending tari bentuk golek yaitu Golek Layung Seta. Ayak-ayak Bagelen laras slendro patet sanga merupakan bagian dari adegan gara-gara pada karawitan pakeliran Gaya Bagelen, mempunyai ciri khas tersendiri yaitu perpaduan dua gaya pakeliran antara Gaya Surakarta dan Gaya Yogyakarta. Dalam hubungannya dengan seni pertunjukan tradisional lainnya, gending mampu berposisi dan berperan ganda sesuai dengan sifat, karakter, dan bangunan suasana yang dikehendaki oleh masing-masing jenis seni pertunjukan tradisional yang memanfaatkannya. Gending dapat hadir sebagai ilustrasi, pembingkai, dan menyatu. Dikaji dari sisi estetik musikalnya menunjukkan bahwa keindahan penggarapan gending terletak pada hubungan timbal balik antara tabuhan ricikan satu dengan lainnya. Interaksi tersebut membentuk garap musikal yang utuh dan dari bangunan garap terwujud berbagai jenis karakter dan berbagai kesan rasa estetik. Kata Kunci: Garap, Nglenthung, Glompong, Layung Seta, dan Ayak-ayak Bagelen. xiv

A. Latar Belakang Penggarapan BAB I PENDAHULUAN Pergelaran karawitan dapat dijumpai di beberapa peristiwa seperti pada upacara-upacara adat, di lembaga formal seperti sekolah-sekolah, perguruan tinggi seni dan paguyuban seni. Gending-gending yang disajikan kebanyakan gending yang sudah populer di kalangan masyarakat umum maupun para seniman. Sementara itu belum banyak pemerhati karawitan maupun pelaku seni yang mendalami gending-gending khususnya gaya Yogyakarta yang jarang terdengar atau dimainkan dan belum dikenal oleh masyarakat. Tidak hanya seni karawitan gaya Yogyakarta saja yang kurang diperhatikan, masih ada beberapa seni karawitan gaya lain yang sudah jarang dipentaskan. Salah satunya karawitan gaya Bagelen yang mempunyai ciri khas sendiri khususnya pada karawitan pakeliran. Dengan demikian usaha sosialisasi gending gaya Yogyakarta dan gaya Bagelen perlu dilakukan. Salah satu cara yaitu memperbanyak frekuensi penyajian gending-gending gaya Yogyakarta dan gaya Bagelen di tengah masyarakat. Dari beberapa penjelasan tersebut, maka muncul suatu keinginan untuk bisa berpartisipasi dan turut andil dalam upaya pelestarian seni karawitan gaya Yogyakarta dan gaya Bagelen yang masih perlu adanya penggalian, yaitu dengan menyajikan pergelaran karawitan sebagai tugas akhir studi strata 1 di Jurusan Karawitan dengan kompetensi penyajian. Mahasiswa yang mengambil minat utama penyajian akan menjadi peneliti, penulis, penggarap dan penyaji. 1

Karawitan mandiri biasa disebut dengan istilah uyon-uyon. Mandiri adalah ketika suatu jenis perangkat gamelan dibunyikan semata-mata untuk ekspresi musikal karawitan, dengan tanpa dikaitkan dengan keperluan lain seperti untuk iringan tari, wayang, kethoprak, teater atau upacara adat tertentu. Menurut fungsinya seni karawitan yang hidup dan berkembang di masyarakat memiliki kegunaan yang tidak semata-mata hanya untuk pertunjukan mandiri saja namun karawitan juga dapat digunakan sebagai media pengiring cabang seni lainnya dalam hal ini dapat disebut karawitan iringan. Penyajian karawitan dapat disajikan mandiri baik garap soran maupun lirihan yang disebut dengan istilah uyon-uyon. Dalam penyajian ini gending yang disajikan sebagai karawitan mandiri garap soran yaitu Gending Nglenthung laras pelog patet lima kethuk 2 kerep dhawah kethuk 4 Kendhangan Majemuk. Pada penggarapan gending soran penyaji akan memainkan ricikan bonang. Gending Nglenthung merupakan bentuk gending pamijen karena terdapat lima kenongan dalam satu gongan. Selain dari bentuknya yang pamijen, di dalamnya terdapat tafsir garap khusus tabuhan bonang bagian dhawah, pada balungan.4.2.4.5 kenong kedua. Irama I digarap dengan tabuhan bonang mipil lamba 424. 424. 424. 424. dan pada irama II di garap dengan tabuhan bonang nglagu.412.4...412.4...412.4...412.4... 1 Pada penggarapan gending lirihan penyaji akan memilih Gending Glompong kethuk 4 kerep dhawah kethuk 8 Kendhangan Jangga kalajengaken Ladrang Sobrang Barang laras slendro patet sanga. Gending Glompong 1 Wawancara dengan Bambang Sri Atmojo di kampus Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta pada Kamis, 23 Januari 2014. 2

merupakan salah satu gending yang belum dikenal dan didengar oleh masyarakat umum maupun di kalangan seniman sehingga mendorong penyaji ingin menyajikan dan mengapresiasikannya. Gending pada umumnya balungan bagian dhawah merupakan pelebaran dari bagian dados, akan tetapi pada Gending Glompong balungan bagian dhawah merupakan pelebaran dari bagian pangkat dhawah. Pada bagian pangkat dhawah mempunyai lagu balungan khusus dengan seleh gong 2 (jangga/gulu) yang terdiri satu gongan, sehingga nada seleh gong pada bagian dados berbeda nada seleh dengan bagian dhawah yaitu gong 5 pada bagian dados dan gong 2 pada bagian dhawah. Pada bagian pangkat dhawah dan dhawah ditemukan banyak balungan yang bukan merupakan balungan patet sanga, sehingga terdapat analisis garap yang khusus dalam penggarapan gending ini. Pada gending ini penyaji akan menyajikan ricikan rebab, karena rebab sebagai pamurba lagu menuntun garap lagu mengacu pada alur lagu balungan gending, menghias, mengisi balungan dengan cengkok wiledan-nya. Rebab akan mendahului membuat cengkok yang selanjutnya akan diikuti oleh ricikan yang lain termasuk sinden. Sehingga ricikan rebab pada penggarapan ini merupakan penentu bagaimana sajian garap Gending Glompong. Golek Layung Seta merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang hampir tidak pernah ditampilkan lagi. Golek Layung Seta diciptakan oleh K.R.T. Wiraguna yang menceritakan tentang tingkah laku putri yang sedang bersolek 3

dengan perasaan gembira karena terdorong oleh asmara yang menimpa dirinya. 2 Golek Layung Seta berfungsi sebagai penutup Langendriyan selain itu juga dipertunjukkan untuk supitan atau menjamu tamu yang bersifat menghibur. 3 Tari Golek Layung Seta ini menggunakan komposisi gending sebagai berikut: Lagon Panunggul laras pelog patet nem kemudian Ketawang Durmasari laras pelog patet lima sebagai kapang-kapang maju, dilanjutkan Gending Layung Seta laras pelog patet nem Kendhangan Sarayuda, diselingi Ayak-ayak Mongkok laras pelog patet nem sebagai kebar, Ketawang Puspa Giwang laras pelog patet nem sebagai kapang-kapang mundur. Pada penyajian ini penyaji akan memilih ricikan kendang, karena ricikan kendang berfungsi mengendalikan jalannya irama, laya dan memimpin jalannya gending dan sangat berperan dalam memberi penekanan pada gerak-gerak tertentu agar menjadi lebih mantap. Gaya pakeliran wayang kulit purwa yang berkembang di Kedu terdiri atas beberapa versi, antara lain gaya Kedu versi Wonosaban, versi Bagelen atau Purworejan dan Kedu versi Temanggungan. Dari ketiga versi tersebut masingmasing mempunyai perbedaan atau kekhususan, diantaranya adalah wengkon wayang, cengkok vokal, lakon dan karawitan pakeliran. 4 Pada penyajian karawitan pakeliran penyaji akan menyajikan pakeliran gaya Bagelen atau Purworejan. Pakeliran gaya Bagelen memiliki spesifikasi tersendiri yang terdapat 2 Wawancara dengan K.R.T. Purwodiningrat di Ndalem Kaneman pada Selasa, 28 Januari 2014. 3 Wiwik Endang Respati. Analisis Koreografi: Tari Golek Layung Seta. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S-I pada Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 1990, 27. 4 Gunawan Purwoko. Karawitan Pakeliran Gaya Kedu Temanggungan. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S-1 pada Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2009, 3. 4

pada karawitan iringannya, yaitu terlihat pada fungsi, bentuk, struktur dan garap. Pada penyajian karawitan pakeliran akan menyajikan Ayak-ayak Bagelen laras slendro patet sanga. Pada Ayak-ayak Bagelen slendro patet sanga ini mempunyai keunikan yang merupakan ciri khas dari karawitan pakeliran gaya Bagelen. Ciri-ciri tersebut terdapat pada ukel balungan yang mempunyai kekhususan yaitu banyak menggunakan pola balungan nglagu. Pada bagian playon, memiliki jumlah gatra yang ganjil. Artinya, jika secara umum satu gatra berisi empat ketukan nada (sabetan), pada karawitan Bagelen ini ditemui gatra yang hanya memiliki dua ketukan (sabetan) nada. Spesifikasi garap karawitan pakeliran gaya Bagelen yang lainnya terletak pada pola ater-ater kendang yang mempunyai sekaran khusus. 5 Untuk cengkok sulukan mempunyai cengkok tersendiri, terlihat sederhana dan nafas yang pendek. Pada penyajian karawitan pakeliran ini penyaji akan menyajikan ricikan kendang. Kendang merupakan ricikan yang berperan penting dalam membangun suasana dan karakter yang dibutuhkan. Pada karawitan pakeliran gaya Bagelen, ricikan kendang mempunyai sekaran khusus yang merupakan ciri khas gaya Bagelen, yaitu terletak pada ater-ater buka, suwuk dan transisi menuju bentuk gending selanjutnya. 5 Tri Koyo. Garap Karawitan Pakeliran Gaya Kedu Bagelen Jawa Tengah. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat S-1 pada Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2012, 3. 5

B. Rumusan Masalah Dengan mempertimbangkan dan melihat beberapa kerumitan garap yang terdapat pada Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen, maka dapat dirumuskan dengan pertanyaan mendasar yaitu : 1. Bagaimana struktur penyajian Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta, dan Ayak-ayak Bagelen? 2. Bagaimana garap ricikan Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen? C. Tujuan dan manfaat penggrapan Penyajian gending-gending ini mempunyai tujuan : 1. Menginterpretasikan struktur penyajian Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen. 2. Menginterpretasikan garap bonangan Gending Nglenthung, garap rebab pada Gending Glompong, garap kendang pada Gending Layung Seta dan garap kendang Ayak-ayak Bagelen. Adapun manfaat dari penyajian gending tradisi ini adalah : 1. Sebagai wujud apresiasi dalam melestarikan dan mengembangkan gending-gending tradisi. 2. Hasil dokumentasi dapat dijadikan acuan atau referensi bagi penggarap maupun peneliti berikutnya. 3. Memberikan pengalaman bermanajemen produksi bagi mahasiswa yang akan menempuh ujian S-1 dengan kompetensi penyajian. 6

D. Tinjauan Sumber Dalam penyusunan penelitian dan penggarapan gending tersebut diperlukan berbagai sumber tertulis dan sumber lisan antara lain Bothekan Karawitan I, Rahayu Supanggah (2002) buku ini berisi tentang istilah dalam karawitan, irama, laras dan gaya. Dalam penyajian karawitan sangat penting untuk mengetahui peranan unsur-unsur musikal dalam karawitan. Bothekan Karawitan II, Rahayu Supanggah (2007) buku ini menerangkan seluk beluk garap karawitan beserta beberapa contoh yang dapat menjelaskan garap. Materi garap sebagai objek, penggarapan sebagai subjek, sedangkan sarana garap, perabot garap, merupakan penentu dan pertimbangan garap. Pengetahuan Karawitan 2, Martopangrawit (1975) dalam buku ini menerangkan mengenai laras, patet, modus dan cengkok rebab, modus dan cengkok gender, gending dalam laras slendro dan pelog, serta cara membuat gending. Sebagai penyaji perlu adanya aplikasi dan analisis dalam menafsir cengkok untuk ricikan ngajeng. Gendhing-Gendhing Karawitan Gaya Yogyakarta: Wiled Berdangga Laras Slendro Trustho dan Bambang Sri Atmojo (Ed) (2005), buku ini berisi notasi balungan gending-gending gaya Yogyakarta khususnya gending yang berlaras slendro termasuk Gending Glompong, Ladrang Sobrang Barang. Gendhing-Gendhing Karawitan Gaya Yogyakarta: Wiled Berdangga Laras Pelog, Sukisno, Trustho dan Bambang Sri Atmojo (Ed) (2013), buku ini berisi notasi balungan gending-gending gaya Yogyakarta khususnya gending yang berlaras pelog termasuk Gending Layung Seta. 7

Skripsi berjudul Analisis Koreografi: Tari Golek Layung Seta, Wiwik Endang Respati (1990) tulisan ini berisi tentang sejarah tari Golek Layung Seta dan analisis tentang gerak tariannya. Skripsi berjudul Garap Karawitan Pakeliran Gaya Kedu Bagelen Jawa Tengah, Tri Koyo (2012) dalam tulisan ini berisi notasi balungan gendinggending karawitan pakeliran gaya Bagelen, dan tinjauan umum tentang karawitan pakeliran gaya Bagelen. Adapun narasumber yang dipilih penyaji dalam mempelajari garap gendinggending yang akan disajikan antara lain: a. Trustho sebagai narasumber dalam menganalisis struktur penyajian Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dengan memperhatikan bentuk gending, khususnya dalam menganalisis garap ricikan kendang. b. Bambang Sri Atmojo sebagai narasumber dalam menganalisis garap Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen, khususnya menganalisis garap ricikan gender dan bonang. c. Raharjo sebagai narasumber dalam menganalisis garap Gending Glompong, Layung Seta khususnya garap ricikan rebab. d. R.M. Soejamto ( K.R.T. Purwodiningrat ) sebagai narasumber dalam menganalisis struktur penyajian Gending Nglenthung, Glompong dan Layung Seta. e. Sunarti sebagai narasumber dalam menganalisis garap Gending Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen khususnya menganalisis garap vokal sindhenan. 8

f. Ki Sutarko sebagai narasumber dalam menganalisis garap dan struktur penyajian karawitan dan sulukan pakeliran gaya Bagelen. g. Ki Hartono, sebagai narasumber dalam menganalisis garap ricikan pada Ayak-ayak Bagelen khususnya menganalisis garap ricikan kendang. E. Proses Penggarapan Proses penggarapan Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen ini melalui beberapa tahap antara lain: 1. Mempersiapkan balungan gending. Materi gending diperoleh dari memilih materi gending yang ingin digali dan digarap selain itu diperoleh dari narasumber. Adapun materi gending yaitu Gending Nglenthung laras pelog patet lima kethuk 2 kerep dhawah kethuk 4 Kendhangan Majemuk, Gending Glompong laras slendro patet sanga kethuk 4 kerep dhawah kethuk 8 Kendhangan Jangga, Gending Layung Seta laras pelog patet nem Kendhangan Sarayuda dan Ayak-ayak Bagelen laras slendro patet sanga. Kemudian mencari notasi balungan dibeberapa sumber yaitu di perpustakaan jurusan karawitan, di perpustakaan pusat ISI Yogyakarta, wawancara dengan narasumber dan mencari dokumentasi audio maupun visual. 2. Analisis balungan gending Untuk memperoleh kepastian garap dari beberapa versi yang terdapat di sumber tertulis maupun audio, maka analisis gending yang dilakukan dengan cara mencermati dan mengamati notasi balungan. Dalam proses analisis penyaji melibatkan narasumber sebagai sumber lisan agar memperoleh kepastian notasi balungan gending yang akan disajikan. 9

3. Analisis garap Pada tahapan analsis garap penulis lebih mengamati tafsir balungan tiap gatra, tafsir patet, tafsir lagu dan tafsir garap ricikan maupun vokal, khususnya garap ricikan bonang pada Gending Nglenthung, garap ricikan rebab pada Gending Glompong, garap ricikan kendang pada Gending Layung Seta dan garap ricikan kendang pada Ayak-ayak Bagelen. 4. Aplikasi Aplikasi akan dilakukan ketika proses persiapan notasi, analisis balungan dan analisis garap dianggap sudah cukup dan matang. Penulis dalam tahapan ini akan mencoba mengaplikasikan semua tafsir garap ricikan dan vokal dengan cara mempraktikkannya secara langsung. Dalam proses aplikasi penulis melibatkan pendukung untuk melengkapi ricikan yang digunakan. Penggarapan masingmasing ricikan dan vokal dilakukan sesuai dengan garap yang sudah disepakati dalam pelatihan dan pedoman materi yang akan diberikan. 5. Menghafal Menghafal merupakan langkah yang harus dilakukan oleh seorang penyaji dalam menempuh Ujian Tugas Akhir S-1. Apabila penyaji kurang dalam menghafal dan mendalami materi dapat berdampak pada proses penyajian maupun kendala pada proses pendadaran. Dalam proses menghafal terdapat metode yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi hal utama yang di hafalkan adalah balungan gending dan alur lagunya, garap ricikan dan jalannya sajian gending. 10

6. Pola Penyajian Pola penyajian yang akan dilakukan adalah: a. Gending Nglenthung laras pelog patet lima kethuk 2 kerep dhawah kethuk 4 Kendhangan Majemuk dalam penyajian garap soran dengan pola garap ajak-ajak, umpak buka, buka bonang barung katampen kendang ageng dengan pola lamba, dados tiga gongan, pangkat dhawah, dhawah dua gongan, sesegan dan suwuk. b. Gending Glompong laras slendro patet sanga kethuk 4 kerep dhawah kethuk 8 Kendhangan Jangga kalajengaken Ladrang Sobrang Barang dengan pola garap senggrengan/culikan, buka rebab katampen kendang ageng dengan pola lamba, dados, ngelik, pangkat dhawah, dhawah disajikan dalam irama II, kalajengaken Ladrang Sobrang Barang dan suwuk. c. Gending tari Golek Layung Seta laras pelog patet nem dengan pola garap Lagon Panunggul laras pelog patet nem, dilanjutkan Ketawang Durmasari laras pelog patet lima, suwuk, kemudian dilanjutkan gending pokok yaitu Gending Layung Seta buka bonang katampen kendang ageng kendhangan Sarayuda yang diselingi Ayak-ayak Mongkok untuk kebar. Setelah Gending Layung Seta selesai, dilanjutkan Ketawang Puspa Giwang laras pelog patet nem untuk mengiringi kapang-kapang mundur, kemudian Lagon Panunggul laras pelog patet nem sebagai penutup. 11

d. Gending pakeliran Ayak-ayak Bagelen laras slendro patet sanga dengan pola garap Playon Lasem laras slendro patet nem, suwuk kemudian dilanjutkan dengan lagon wetah laras slendro patet sanga, kandha carita kemudian Ayak-ayak Bagelen laras slendro sanga buka kendang dilanjutkan Playon Bagelen laras slendro patet sanga, suwuk. Untuk jogetan tokoh punakawan menggunakan lagu dolanan Dhendheng Kenthing laras slendro patet sanga dilanjutkan playon sanga jangkep. 7. Latihan Tahapan ini dilakukan dengan melibatkan pendukung untuk melakukan latihan, pendalaman materi sesuai dengan peran dan tanggung jawab terhadap instrumen yang dimainkan. Dalam tahap ini tidak hanya melibatkan pendukung saja, tetapi juga mendatangkan dosen pembimbing dan narasumber untuk memberi masukan dan mengevaluasi proses latihan yang dilakukan. Hal ini diharapkan agar dalam penyajiannya dapat sesuai dengan harapan penyaji. 8. Penyajian Penyajian merupakan tahapan paling akhir yang dalam pelaksanaannya sudah merupakan bentuk sajian yang sudah melibatkan unsur-unsur pendukung. Unsur pendukung yang dimaksud adalah sound system, tempat pertunjukan, kostum, seperangkat gamelan dan lainnya. 12

F. Tahap Penulisan Setelah proses penyajian berjalan dengan baik dan lancar maka langkah selanjutnya adalah tahap penulisan. Pada tahap ini penyaji mendiskripsikan semua kegiatan dan praktik yang berhubungan dengan penggarapan yang telah dilakukan. Dipertanggungjawabkan dalam betuk tulisan secara ilmiah dan dibagi menjadi 4 Bab yaitu: BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang penggarapan, rumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan penggarapan, tinjauan sumber, proses penggarapan dan tahap penulisan. BAB II Berisi tentang tinjauan umum Gending Nglenthung, Gending Glompong, Gending Layung Seta, dan Ayak-ayak Bagelen secara umum dalam perspektif karawitan gaya Yogyakarta dan gaya Bagelen. BAB III. Analisis dan teknik garap Gending Nglenthung, Glompong, Layung Seta dan Ayak-ayak Bagelen. BAB IV. Penutup. 13