commit to user BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Sepakbola

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JURNAL PENELITIAN. Disusun oleh : AGUS SUTRISNO NIM. K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tujuan dari olahraga adalah untuk pendidikan, rekreasi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Anggi Sugiyono, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. permainan yang cukup cantik dan menarik bagi siapapun.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 14 (1) Januari Juni 2015: 24-34

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

GAMBARAN KETERAMPILAN SHOOTING DAN PASSING SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) TALAWI PUTRA USIA DI BAWAH 17 TAHUN KECAMATAN TALAWI KOTA SAWAHLUNTO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin

BAB II KAJIAN TEORI. regu, masing masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan teknik yang tinggi. Dimana dalam sepak bola terdapat. banyak unsur-unsur yang harus dikuasai para pemainnya dari

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. pertandingan tingkat lokal, regional hingga tingkat dunia. Berjuta-juta pasang

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat populer hampir di

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Menendang Bola dengan kaki bagian dalam

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permainan sepakbola saat ini sangat pesat sekali, hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. didalam ruangan. Kata ini diperkenalkan oleh FIFA ketika mengambil alih futsal

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pembinaan di usia dini baik dari kemampuan teknik taktik dan

PENJASKESREK FKIP UNS JOURNAL OF PHEDHERAL

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum pendidikan jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah penjaga gawang. Cabang olahraga ini asal mulanya dari cabang

SKRIPSI. diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan mendapat simpati di hati masyarakat. Sepakbola digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh sebagian besar manusia yang ada di bumi ini. Sepak bola. akan tetapi dituntut suatu prestasi yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan olahraga yang merakyat dan telah dikenal ditanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai menjadi permainan sepakbola yang modern seperti sekarang ini.

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN KELINCAHAN DENGAN KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

TINJAUAN PUSTAKA. pada pemain yang bekerja dalam kombinasi. Untuk menguasai bola dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PASSING BAWAH MELALUI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknik permainan, peraturan peraturan, pengorganisasian, atau dipandang dari

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga populer di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dimiliki oleh seorang ketika mengontrol bola menggelinding dengan kontrol kaki bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia yang tidak dapat di pisahkan dari usaha-usaha pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu,

BAB I PENDAHULUAN. Moch.Vichi Fadhli Rachman, 2015 PENGARUH LATIHAN UMPAN KOMBINASI TERHADAP DOMINASI BALL POSSESSION DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus manusia untuk mengulangi masalah-masalah yang di hadapi

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kebugaran jasmani.hal ini dapat kita lihat dari antusias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATAKAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan olahraga yang menarik. Sepakbola merupakan olahraga permainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Septian Try Ardiansyah 2014

I. PENDAHULUAN. telah cukup tumbuh dan berkembang. Hal ini ditandai dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah passing, dribbling, controlling, dan shooting. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kepala dan dada. Khususnya untuk penjaga gawang diperbolehkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan (Sarumpaet. A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN PASSING SEPAK BOLA DI SD

(STUDI EKSPERIMEN PERBEDAAN PENGARUH METODE MASSED PRACTICE DAN DISTRIBUTED PRACTICE DI SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI) SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. lagi adalah stadion, yang mana stadion tersebut bisa membuka sendiri saat ada hujan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi: ketahanan (endurance), kekuatan (strength) dan kecepatan (speed).

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sepakbola. Oleh: Rano Sulisto,S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP HASIL TENDANGAN LAMBUNG ATLIT SEPAK BOLA PEMULA DI SMP AL-FIRDAUS SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga sekarang ini semakin berkembang pesat sesuai

PENGARUH METODE KOOPERATIF DAN KOMANDO TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN SEPAKBOLA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Sepakbola Sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga permainan, sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di kota maupun di desa. Perkembangan sepakbola di Indonesia semakin pesat karena pembinaan dilakukan sejak usia dini melalui sekolah-sekolah sepak bola (SSB) yang tersebar di segenap penjuru tanah air. Penguasaan teknik dasar merupakan suatu prasyarat yang harus dimiliki oleh pemain. Faktor yang penting dan berpengaruh serta dibutuhkan dalam permainan sepakbola adalah teknik dasar permainan sepakbola yang harus dikuasai oleh para pemain (Djawad, dkk., 1981 : 1). Sepakbola merupakan cabang olahraga permainan yang disenangi hampir oleh semua orang. Permainan sepakbola memiliki daya tarik yang berbeda dengan cabang olahraga permainan lainnya. Beltasar Tarigan (2001: 2) menyatakan, Daya tarik permainan sepakbola adalah keterampilan memperagakan kemampuan dalam mengolah bola, penampilan usaha yang sungguh-sungguh penuh perjuangan, gerakan yang dinamis, disertai dengan kejutan-kejutan taktik, yang membuat penonton kagum melihatnya. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sepakbola merupakan olahraga permainan yang di dalam pelaksanaan permainannya memiliki karakteristik tersendiri, yaitu penampilan seorang pemain sangat bergantung pada kemampuannya dalam memainkan bola, memecahkan masalah yang terjadi di dalam permainan yaitu, memperagakan sebuah teknik yang serasi, ditinjau dari posisi lawan dan kawan, kemampuan fisik dan mental yang baik, kemampuan memperagakan taktik dan strategi permainan baik individu, kelompok maupun tim, usaha yang sungguh-sungguh dan kerjasama yang kompak dalam satu tim untuk memenangkan pertandingan. Kemampuan-kemampuan tersebut harus didukung penguasaan teknik dasar bermain sepakbola yang baik. 7

8 a. Teknik Dasar Permainan Sepakbola Teknik dasar permainan sepakbola merupakan faktor mendasar yang harus dikuasai setiap pemain sepakbola. Djawad (1976 : 1) mengatakan bahwa "Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi sepakbola adalah penguasaan teknik dasar sepakbola oleh para pemainnya". Josef Sneyers (1990 : 10) mengatakan bahwa "Dilihat dari segi teknis, mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar sepakbola". Tentang teknik dasar bermain sepakbola terdapat banyak pendapat dari masing-masing pakar sepakbola, akan tetapi semua pendapat itu tidak bertentangan dan saling melengkapi. bola; (f) merebut bola; (g) melempar bola; (h) gerakan khusus penjaga gawang. Kemendiknas (2010: 107) menjelaskan, Penguasaan teknik dasar sepakbola yang baik merupakan modal yang sangat besar menuju kepada permainan sepakbola yang baik atau bermutu. Penguasaan dan kesempurnaan teknik permainan sepakbola merupakan bagian yang harus diutamakan dalam rencana pelatihan pemain. Menurut Timo Scheunnemann (2005: 33) bahwa, Layaknya membangun sebuah rumah, semua bagian teknik bermain sepakbola hendaknya diperhatikan dan diberikan porsi latihan yang banyak. Adapun teknik dasar permainan sepakbola menurut Soekatamsi (2000: 16) sebagai berikut: 1) Teknik tanpa bola yaitu semua gerakan-gerakan tanpa bola yang terdiri atas: (a) Lari cepat dan merubah arah (b) Melompat dan meloncat (c) Gerak tipu tanpa bola yaitu: gerakan tipu dengan badan (d) Gerakan-gerakan khusus penjaga gawang 2) Teknik dengan bola. (a) Mengenal bola. (b) Menendang bola (c) Menerima bola. (d) Menggiring bola. (e) Menyundul bola. (f) Melempar bola. (g) Gerak tipu dengan bola. (h) Merampat atau merebut bola (i) Teknik-teknik khusus penjaga gawang

9 Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar bermain sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola merupakan gerakan-gerakan khusus yang mendukung dalam permainan sepakbola. Sedangkan teknik dengan bola merupakan cara-cara meiankan bola. Teknik tanpa bola dan teknik dengan bola memiliki keterkaitan yang erat dalam bermain sepakbola. Kedua teknik dasar tersebut harus mampu diperagakan atau dikombinasikan dalam bermain sepakbola menurut kebutuhan dan situasi dalam permainan. b. Teknik Dasar Menendang Bola Menendang bola merupakan salah satu karakteristik dari permainan sepakbola. Setiap pemain sepakbola harus memiliki keterampian menendang bola. Pemain sepakbola yang melakukan teknik menendang bola mempunyai tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi dalam permainan. Ihosgibol (2009) berpendapat, Menendang adalah hal yang hampir setiap saat kita lakukan dalam permainan sepakbola. Jadi seorang pemain mutlak harus bisa menendang dengan cara yang benar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, menendang bola dalam permainan sepakbola mempunyai tujuan sebagai umpan atau operan, mencetak gol ke gawang lawan dan penyelamatan di daerah gawang apabila diserang oleh lawan. Untuk memiliki keterampilan menendang bola, maka setiap pemain sepakbola harus menguasai jenis-jenis tendangan dalam sepakbola. c. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola Menendang bola merupakan salah satu teknik dasar permainan sepakbola yang paling sering dilakukan dalam permainan. Untuk memiliki keterampilan menendang bola, maka setiap pemain sepakbola harus mampu memanfaatkan semua bagian kaki untuk menendang bola. Soekatamsi (1984: 117) menyatakan, Bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola yaitu (1) kaki bagian dalam (inside-foot), (2) punggung kaki (instep-foot), (3) punggung kaki bagian dalam (inside-instep), (4) Punggung kaki bagian luar (Outside-instep). Menurut

10 hasil penelitian Wahjoedi (1999: 120) bahwa, Menendang bola pada prinsipnya dapat dilakukan dengan menggunakan kaki kanan maupun kaki kiri, pada (1) bagian dalam kaki, (2) bagian punggung kaki, (3) bagian luar kaki. Sedangkan John D. Tenang (2008: 76-80) menyatakan, Ada beberapa teknik menendang bola yang perlu dipelajari dan dikuasai yaitu (1) inside of the foot (push pass), (2) outside of the foot, (3) instep drive, (4) inside curve, (5) outside curve dan (6) chip. Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, bagian kaki untuk menendang bola yaitu: kaki bagian dalam (inside-foot), punggung kaki (instep-foot), punggung kaki bagian dalam (inside-instep) dan punggung kaki bagian luar (outside-instep) dan ujung kaki (ujung sepatu). Bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola harus mampu dimanfaatkan secara optimal menurut kebutuhan dalam permainan. Karena setiap bagian kaki memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam melakukan tendangan harus diperhitungkan dengan cermat bagian kaki mana yang harus digunakan untuk menendang bola agar menghasilkan tendangan yang benar dan tepat pada sasaran yang diinginkan. 2. Passing bola bawah dalam Permainan Sepakbola a. Hakikat Passing bola bawah dalam Sepakbola Passing merupakan teknik dasar menendang bola menyusur tanah yang berperan penting dalam permainan sepakbola. Passing bola bawah dalam permainan sepakbola pada umumnya digunakan untuk mengoperkan bola kepada teman seregunya. Clive Giford (2005: 14) menyatakan, Mengumpan adalah keterampilan penting untuk dikuasai. Umpan menghubungkan semua pemain di seluruh bagian lapangan dan memungkinkan tim membangun serangan. Menurut Zoudha 2009 http://zoudha.wordpress.com/tag/passing/ bahwa, Passing adalah mengumpan atau mengoper bola kepada teman. Passing yang baik dan benar sangat dibutuhkan dalam permainan sepak bola, karena dengan menguasai teknik

11 ini maka akan mempermudah teman kita untuk menerima bola. Sedangkan Danny Mielke (2007: 19) menyatakan: Sepakbola sejatinya adalah permainan tim. Walaupun pemain yang memiliki keterampilan tinggi bisa mendominasi pada kondisi tertentu, seorang pemain sepakbola harus saling bergantung pada setiap anggota tim untuk menciptakan permainan cantik dan membuat keputusan yang tepat. Agar bisa berhasil di dalam lingkungan tim ini, seorang pemain sepakbola harus mengasah keterampilan passing. Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, passing bola bawah dalam permainan sepakbola pada hakikatnya bertujuan untuk mengoperkan bola kepada teman seregunya. Melalui passing bola bawah yang cermat dan akurat akan memudahkan teman seregunya untuk menerima bola dan akan lebih efektif untuk melakukan serangan terhadap pertahanan lawan Kerjasama tim yang kompak dapat terjalin dengan baik apabila setiap pemainnya memiliki kemampuan passing bola bawah yang baik, cermat dan akurat. Kemampuan passing bola bawah dalam permainan sepakbola harus didukung kemampuan mengontrol bola yang baik. Karena kemampuan passing bola bawah selalu berkaitan dengan teknik mengontrol bola. Kemampuan seorang pemain sepakbola melakukan passing dengan cermat dan kontrol bola yang baik sangat efektif untuk membangun kerjasama tim yang kompak serta lebih efisien. Andri Riyanto (2011) menyatakan, Mengumpan dan menerima bola yang terpenting dari sepakbola. Siapa tidak bisa passing, ia tidak bisa bermain sepakbola. Sedangkan Danny Mielke (2007: 20) menyatakan: Keterampilan dasar mengontrol bola perlu dilatih secara berulang-ulang, sehingga pemain yang melakukan passing mempunyai rasa percaya diri untuk melakukan passing yang tegas dan terarah kepada teman satu tim yang tidak dijaga lawan. Passing yang efektif juga memberikan peluang yang lebih baik untuk mencetak gol karena pemain yang menerima passing tersebut berada pada lokasi yang lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan passing yang dilakukan dengan lemah atau tidak terarah. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, teknik dasar passing sangat penting yang harus didukung kemampuan mengontrol bola yang baik. Passing yang baik sangat efektif untuk menghubungkan pemain satu dengan pemain lainnya untuk melakukan serangan. Untuk memperoleh kemampuan

12 passing yang baik, maka harus dilakukan latihan secara teratur dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Teknik Pelaksanaan Passing bola bawah dalam Sepakbola Passing bola bawah dalam permainan sepakbola memiliki konstribusi besar dalam usaha menjalin kerjasama tim yang kompak. Untuk memperoleh kemampuan passing yang baik, maka setiap pemain sepakbola harus mampu menggunakan bagian-bagian kaki untuk melakukan passing dengan baik dan benar. Menurut Rezky Dwi (2011) bahwa, Passing dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki, dan telapak kaki. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pada prinsipnya seluruh bagian kaki dapat digunakan untuk melakukan passing. Namun demikian, bagian kaki yang paling umum dilakukan dengan menggunakan kaki bagian dalam. Untuk memperoleh kualitas passing bola bawah sepakbola, maka harus menguasai teknik passing bola bawah yang benar. Teknik passing sepakbola juga dikemukakan Soekatamsi (1984: 51) sebagai berikut: 1) Letak kaki tumpu 2) Kaki yang menendang 3) Sikap badan 4) Pandangan mata 5) Bagian bola yang ditendang Lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gambar gerakan passing bola bawah dengan kaki bagian dalam sebagai berikut: Gambar 1. Gerakan Passing bola bawah Sepakbola dengan Kaki Bagian Dalam ( Soekatamsi 1984: 52 )

13 c. Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Melakukan Passing bola bawah dalam Sepakbola Ditinjau dari teknik dasar menendang bola, passing bola bawah merupakan salah satu jenis menendang bola yang lebih mudah dan sederhana, jika dibandingkan dengan jenis tendangan lainnya dalam permainan sepakbola. Namun demikian masih banyak para pemain sepakbola melakukan kesalahan dalam melakukan passing bola bawah, terlebih lagi pemain pemula. Joseph A. Luxbacher (1997: 18) menyatakan, Kesalahan yang sering terjadi pada tendangan dengan kaki bagian dalam, menurut adalah (1) bola terangkat dari permukaan, (2) operan tidak tepat, (3) operan kurang cepat, (4) mendekati bola dari sudut yang tajam dan berusaha melakukan tendangan melintang. Hal senada dikemukakan Rezky Dwi (2011) bahwa, Kesalahan dalam melakukan passing bola bawah antara lain: (1) Posisi kaki tumpu tidak sejajar dengan bola, sehingga laju bola tidak lurus atau melenceng, (2) posisi kaki penendang tidak dikunci kuat, sehingga laju bola tidak kencang dan lemah, (3) perkenaan dengan bola terlalu ke bawah sehinnga bola melambung dan (4) pandangan hanya kearah bola, sehingga tidak melihat sasaran operan. Kesalahan mendang bola denngan kaki bagian dalam tersebut menyebabkan bola akan melenceng dari sasaran yang diinginkan. Sebagi seorang pengajar atau pelatih, kesalahan yang dilakukan siswanya segera mungkin dibenarkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pola gerakan yang salah. Lebih lanjut Jospeh A. Luxbacher (1997: 18) memberikan tips cara perbaikan kesalahan operan dengan kaki bagian dalam sebagai berikut: 1) Menendang bola dengan menggunakan bagian kaki yang terlalu jauh, di dekat jari, atau terlalu ke bawah akan membuat bola melambung ke udara. Tendanglah bagian tengah bola dengan samping dalam kaki antara pergelangan kaki dan jari 2) Letakkan kaki yang menahan keseimbangan di samping bola dan arahkan pada target. Bahu dan pinggul lurus dengan target. Jaga kepala agar tidak bergerak saat menendang bola. 3) Kaki yang menendang tetap kuat. Pindahkan berat badan ke depan saat kaki menyentuh bola. Gunakan gerakan akhir yang mulus. 4) Dekati bola langsung dari belakang. Bahu dan pinggul lurus dengan target saat kaki menyentuh bola. Tendang bola ke arah depan.

14 Setiap kesalahan yang dilakukan siswa, seorang guru harus mampu mencermatinya dan segera membetulkannya dengan memberikan contoh gerakan passing yang benar. Agar kesalahan-kesalahan tidak sering dilakukan, seorang guru harus mampu memberikan penekanan-penekanan secara khusus pada teknik yang seringkali salah. Dengan demikian kesalahan yang sering dilakukan mendapat perhatian lebih dan dapat dihindari, sehingga akan terbentuk penguasaan teknik passing yang baik dan benar. 3. Latihan Latihan merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi. Hanya melalui latihan yang sistematis dan terprogram, maka prestasi yang tinggi dpat dicapai. Syafrudin (2010) menyatakan, Prestasi puncak (Top Performance) seorang atlet diraih melalui suatu proses latihan yang panjang yang dilakukan secara terprogram, sistematis, terarah dan berkesinambungan sesuai dengan olahraganya. Adapun yang dimaksud latihan menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145) bahwa, Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (2007: 3.4) bahwa, Latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin meningkat. Berdasarkan pengertian latihan di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat beban dan intensitas latihannya. Melalui latihan yang sistematis dan terprogram dengan ditingktkan beban dan intensitas latihannya, maka mempunyai peluang yang besar untuk mencapai tujuan latihan yang telah ditetapkan. Russel R. Pate., BruceMc. Clenaghan & Robert Rotella (1993: 317) menyatakan, Tujuan akhir

15 latihan yaitu untuk meningkatkan penampilan olahraga. Sedangkan Bompa (1990: 4) menyatakan: Tujuan umum latihan yaitu: 1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multiralteral. 2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni. 3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya. 4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan. 5) Untuk mengelola kualitas kemauan. 6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal. 7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlet. 8) Untuk pencegahan cidera. 9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori. Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlet yang berlatih. Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 12-127) bahwa, Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, (1) Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental. Dari keempat aspek tersebut saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka dalam pelaksanaan latihan harus diterapkan metod elatihan yang tepat a. Metode Latihan Metode latihan pada dasarnya merupakan suatu cara yang digunakan seorang pelatih dalam pelaksanaan latihan agar latihan dapat berjalan dengan baik dan tujuan latihan dapat tercapai. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 142) bahwa, Metode mengajar atau melatih adalah suatu cara tertentu, sistem kerja seorang pelatih, atau olahragawan, sehubungan dengan pengetahuan dan kemampuannya yang cukup. Menurut Andi Suhendro (2007:3.53) bahwa, Metode latihan adalah suatu cara sistematis dan terencana, yang berfungsi sebagai

16 alat untuk meningkatkan fungsi fisiologis, psikologis dan keterampilan gerak, agar memiliki keterampilan yang lebih baik pada suatu penampilan khusus. Berdasarkan pengertian metode latihan yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang pembina atau pelatih yang berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan atlet yang dilatih. Seorang pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang efektif, karena keberhasilan latihan dapat dipengaruhi oleh metode latihan yang diterapkan oleh pelatih. b. Prinsip-Prinsip Latihan Prestasi yang tinggi merupakan tujuan utama dalam latihan olahraga prestasi. Untuk mencapai prestasi yang tinggi banyak hal yang harus diperhatikan dan dipahami oleh setiap atlit dan pelatih. Kesuksesan dalam latihan sangat bergnatung pada seorang pelatih pada bagaimana ia memerankannya secara maksimal. Seorang pelatih harus memahami dan mampu menerapkan prinsipprinsip latihan dalam pelatihan olahraga prestasi. Nosseck (1982: 14) menyatakan, Prinsip latihan adalah garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Menurut Sudjarwo (1995: 21) bahwa, Prinsipprinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Melalui prinsip-prinsip latihan, maka dosis latihan dapat diberikan dengan tepat. Adapun prinsip-rinsip latihan menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 8-11) meliputi: (1) Latihan yang dilakukan hendaknya diulang-ulang, (2) Latihan yang diberikan harus cukup berat, (3) Latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) Latihan harus dilakukan secara teratur dan, (5) Kemampuan berprestasi. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip latihan terdiri dari: latihan dilakukan secara berulang-ulang, latihan harus cukup berat, latihan harus cukup meningkat, latihan dilakukan secara teratur dan kemampuan berprestasi. Untuk mencapai hasil latihan yang maksimal, maka harus berpedoman pada prinsip-rinsip latihan yang benar.

17 c. Komponen-Komponen Latihan Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seorang atlet, akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua aspek yang menjadi komponen-komponen latihan. Menurut Andi Suhendro (2007: 3.22) bahwa, Komponen penting yang harus ada dalam suatu latihan meliputi: (1) volume latihan (2) intensitas latihan (3) density latihan dan (4) kompleksitas latihan. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, komponen latihan yang harus diperhatikan dalam latihan olahraga prestasi yaitu: volume latihan, intensitas latihan, density latihan dan kompleksitas latihan. Dengan diterapkannya komponen-komponen latihan yang tepat, maka tujuan latihan akan dapat dicapai lebih maksimal. 1) Volume Latihan Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang lebih baik. Menurut Bompa (1990: 2) volume diartikan Sebagai jumlah kerja yang dilakukan selama satu kali latihan atau selama fase latihan. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (2007: 3.17) bahwa, Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993: 32) adalah Ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran". Pengertian seri atau set, menurut M. Sajoto (1995: 34) adalah, suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang

18 menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan. Menurut Bompa (1990: 4) dalam latihan harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dua jenis volume (1) Volume relatif dan, (2) Volume absolut. Volume relatif diartikan sebagai jumlah total waktu yang dipakai dalam latihan oleh sekelompok atlet sewaktu melakukan latihan yang khusus atau tahap latihan. Volume relatif jarang memiliki nilai untuk masing-masing individu, selama pelatih tahu waktu keseluruhan latihannya. Sedangkan volume absolut merupakan ukuran jumlah kerja yang dilakukan setiap atlet persatuan waktu dan biasanya dalam satuan menit. 2) Intensitas Latihan Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya. Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan, Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.

19 3) Densitas Latihan Menurut Andi Suhendro (2007: 3.24) Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan. Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara kerja dan pemulihan. Densitas yang mencukupi akan menjamin efisiensi latihan, menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan. Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan. Rangsangan di atas tingkat intensitas submaksimal menuntut interval istirahat yang relatif lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap organismenya pun juga rendah. 4) Kompleksitas Latihan Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran, kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa (1990: 28) Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya. Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan di atas harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk memperoleh hasil latihan yang optimal, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan baik dan tepat.

20 4. Latihan Passing bola bawah Sepakbola dengan Metode individu a. Hakikat Metode individu Metode latihan individu merupakan latihan yang didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Sadodo Sumosardjuno (1992: 13) menyatakan, Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangan tidak sama. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, Prinsip individual merupakan salah satu syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet, sesekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, metode latihan individu merupakan bentuk latihan yang menekankan perbedaan setiap kemampuan atlet. Metode latihan individu merupakan bentuk latihan yang berpusat pada karakteristik dan kondisi atlet tersebut. siswa melakukan latihan secara berulang-ulang sesuai instruksi dari pelatih. Latihan individu ini merupakan latihan yang berguna untuk mengasah kemampuan individu. Dalam metode latihan individu ini akan lebih ditujukan kepada pemain-pemain pemula agar lebih fokus terhadap apa yang diajarkan oleh pelatih. Dalam prinsip-prinsip latihan menurut Andi Suhendro (2004: 3.9) di sebutkan prinsip latihan spesialisai di antara lain, Pada dasarnya pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, ketrampilan, unsur kondisi fisik dan sistem energi yang di gunakan selama latihan. Hal ini juga di kemukakan oleh bompa dalam Andi Suhendro (2004: 3.14) menyatakan, spesialisai latihan dalam olahraga dianjurkan sebagai aktivitasaktivitas motorik khusus. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam spesialisai yaitu: (1)Melakukan latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga. Misalnya pemain bola melakukan latihan secara khusus terhadap kemampuan drible, shooting. (2)Melakukan latihan mengembangkan kemampuan motorik yang

21 di butuhkan oleh cabang olahraga yang menjadi spesialisasinya. Misalnya latihanlatihan fisik khusus sesuai dengan cabang olahraga yang di tekuni. Berdasarkan prinsip spesialisai latihan di atas di simpulkan bahwa, pada setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka dari itu perlu dilakukan latihan spesialisai untuk memantapkan setiap individu pada cabang olahraga tertentu. Dalam prinsip spesialisai ini juga akan dilakukan programprogram latihan khusus yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam prinsi latihan Andi Suhendro (2004: 3.9) juga berkata tentang prisip individual disebutkan. Manfaat latihan akan lebih berarti jika didalam pelaksanaan latihan didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. perbedaan antara atlet satu dengan atlet lainnya entunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena itu perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Dapat disimpulkan manfaat metode latihan indiviu sangat berperan penting dalam perkembangan setiap individu. Prinsip individu menurut Andi Suhendro (2004: 3.20) menyatakan. Prinsip individual salah satu syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet, sekalipun atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai. Berdasarkan manfaat dan prinsip individual diatas program latihan individu sangatlah penting, walaupun etlet memilikai prestasi yang sama, namun program latihan secara individu sangat berperan penting untuk perkembangan kemampuan atlet. Prinsip individual ini berbanding lurus dengan prinsip spesialisasi yang juga dikemukakan diatas. b. Pelaksanaan Latihan Passing bola bawah Sepakbola dengan Metode latihan individu Metode latihan individu pada prinsipnya merupakan bentuk latihan yang harus disesuaikan dengan kemampuan setiap individu karena Setiap individu mempunyai kemampuan berbeda baik secara fisik maupun psikologis. Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan karakteristik fisiologis dan

22 psikhologis atlet, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar (Bompa, 1994). Kapasitas Individu yang harus Dipertimbangkan dalam Latihan (1)Usia biologis dan kronologis, terutama untuk anak-anak yunior dimana tubuhnya masih belum dewasa. Latihannya jika dibandingkan dengan atlet dewasa, akan lebih luas alami, multilateral dan intensitas moderat. Intensitas tinggi dan beban terlalu berat akan memberatkan struktur anatominya, terutama tulang-tulang (masih belum keras), ligamentum, tendon, dan otot-otot, (2) pengalaman atau usia awal dalam ikut serta kegiatan olahraga. Meskipun kecepatan perkembangan atlet berbeda, pelatih harus tetap hati-hati mengenai beban yang dilakukan. Pelatih tidak boleh salah memprediksi karakteristik dan potensinya, (3) kapasitas kerja dan kemampuan individu. Tidak semua atlet yang mempunyai kemampuan sama akan mempunyai kapasitas kerja yang sama juga. Ada beberapa faktor biologis dan psikologis yang menentukan kemampuan kerja, (4) status latihan dan kesehatan. Ketidaksamaan tingkat perkembangan kekuatan, kecepatan, daya tahan, dan keterampilan akan memberikan alasan memerlukan individualisasidalam latihan. Selanjutnya, individualisasi secara jelas menyarankan kepada atlet tentang riwayat penyakit atau kecelakaan yang pernah dialami. Jadi, status kesehatan juga menentukan batas kepastian latihan, (5) beban latihan dan nilai waktu pulih asal atlet. Bilamana rencana dan nilai kerja dalam latihan, ada faktor pertimbangan lain di luar latihan yang sangat dibutuhkan atlet. Keterlibatan dalam sekolah, pekerjaan atau keluarga, dan jarak perjalanan ke latihan di sekolah, dapat mempengaruhi nilai waktu pulih asal diantara latihan. Dengan demikian gaya hidup dan keterlibatan emosional akan juga diketahui pelatih. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam isi latihan dan penekanan dalam latihan, (6) konstruksi tubuh atlet dan jenis sistem syaraf. ini akan berperan penting dalam beban latihan dan kapasitas kemampuan. Karakteristik individu dapat ditentukan melalui tes yang memadai, sebab pelatih dapat meminta seseorang spesialis pembantu yang sesuai. Sesuai dengan pengertian metode latihan individu maka latihan passing sepakbola disusun dan diatur oleh pelatih dan siswa melakukan tugas sesuai instruksi dari pelatih. Pelaksanaan latihan passing bola bawah sepakbola dengan

23 metode latihan individu yaitu, pelatih mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan latihan passing bola bawah sepakbola semua siswa memperoleh kesempatan melakukan tugas gerak secara merata dan dan memberikan kesempatan yang luas kepada tiap-tiap anak untuk melakukan passing. Susunan materi latihan passing bola bawah sepakbola dapat dilakukan dari cara yang lebih mudah atau yang sederhana. Sebagai contoh tata urutan latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode latihan individu sebagai berikut: 1) Siswa memperagakan teknik pelaksanaan passing bola bawah sepakbola dari cara menempatkan kaki tumpu, bagian kaki untuk menendang bola, sikap badan, pandangan mata dan bagian bola yang ditendang. 2) Siswa memperagakan gerakan passing bola bawah sepakbola tanpa menggunakan bola. 3) Siswa memperagakan passing bola bawah dengan memantulkan kedinding. 4) Bola digantung dengan alat yang sudah disediakan, tinggi bola kira-kira satu tapak tangan dari permukaan tanah atau sekitar 7cm, siswa memperagakan passing bola bawah dengan alat bantu bola gantung. Untuk lebih jelasnya berikut ini disjaikan ilustrasi latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode latihan individu sebagai berikut: Gambar 2. Latihan Passing bola bawah Sepakbola dengan Metode individu menggunakan dinding (Soekatamsi, 1984 : 55) Latihan dengan menggunakan bola yang digantung juga bisa membantu dalam pengembangan latihan passing bola secara individu. Robert Koger (2007: 91) menyatakan:

24 Cara yang terbaik dalam melatih tendangan adalah dengan memasukkan bola kedalam kantong plastik, dan perintahkan salah seorang pemain memegang ujung kantong plastik itu sehingga bolanya tidak lolos keluar. Sambil berdiri, berjalan, atau berlari, pemain harus terus menendang bolanya. Baik atau buruknya tendangan dapat diketahui dari arah pantulan bola, jika bola melenceng kesamping berarti tendangannya buruk, jika memantul lurus dan kembali kebawah, berarti tendangannya bagus, ini merupakan latihan mandiri yang baik, karena pamain dapat menendang bola setiap saat. Menendang bola ketembok, pagar, atau orang lain sangat membatasi tendangan yang dilakukan. Dengan bola di dalam tas plastik, dalam beberapa menit saja dapat melakukan jumlah tendangan yang lebih banyak dari pada berlatih berjam-jam dengan orang lain. Gambar 3. Latihan Passing bola bawah bawah sepakbola dengan metode individu menggunakan bola gantung (Soekatamsi, 1984 : 59) Gambar 4.a Gambar 4.b Gambar 4.a gambar 4.b Gambar 4.a & 4.b alat bantu untuk menggantung bola dan bola gantung Soekatamsi (1984: 25 ) c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Passing bola bawah Sepakbola dengan Metode Latihan Individu Perlu disadari bahwa setiap metode latihan tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode

25 latihan individu juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan pelaksanaan latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode latihan individu dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode individu antara lain: 1) siswa akan lebih mudah meningkatkan terbentuknya teknik passing bola bawah 2) Siswa lebih menguasai keterampilan passing bola bawah dengan mudah 3) Siswa lebih mudah menyesuaikan kecepatan saat melakukan passing bola bawah 4) Dapat menghindarkan siswa dari perasaan frustasi karena selalu mengalami kegagalan dalam usahanya untuk melakukan keterampilan passing bola bawah. Kelemahan latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode individu antara lain: 1) Bagi siswa yang sering melakukan passing bola bawah ke dinding sulit untuk mengarahkan bola ke arah yang lain 2) Bagi siswa yang memiliki kemampuan fisik yang baik seperti keku atan tungkaidan koordinasi teknik akan menimbulkan kebosanan bila harus mengulang gerak passing bola bawah ke dinding. 5. Latihan Passing bola bawah Sepakbola dengan Berpasangan a. Hakikat Metode Berpasangan Metode berpasangan merupakan bentuk latihan keterampilan yang divariasikan dari metode individu. Jarver (1996 : 10) mengemukakan pendapat: Prinsip umum mentraining seorang atlet selalu disusun suatu program yang berdasarkan peningkatan program latihan prinsip interval dan kekhususan latihan tersebut. Sedangkan Harsono (1998 : 91) menjelaskan: Tentang prinsip-prinsip latihan yaitu sebagai berikut: (a) Pemanasan, (b) Metode latihan, (c) Berpikir positif, (d) Prinsip beban lebih, (e) Intensitas latihan, (f) Kualitas latihan, (g) Variasi latihan, (h) Metode bagian dan metode keseluruhan, (i) Perbaikan keseluruhan, (j) Perkembangan menyeluruh, (k) Metode latihan, (l) Penepatan sasaran.

26 Salah satu prinsip latihan yang cukup mendasar diantaranya adalah variasi latihan. Latihan yang dilaksanakan dengan benar biasanya menuntut banyak waktu dan tenaga dari atlet, puluhan bahkan ratusan jam, kerja keras yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas kerjanya, untuk mengulang setiap bentuk latihan, dan untuk semakin meningkatkan prestasinya. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau latihan yang sering akan menyebabkan rasa bosan pada latihan. Para guru / pelatih diharapkan dapat menciptakan kreasi dan pandai mencari variasi-variasi dalam latihan. Dalam hal ini latihan untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan passing atas. Harsono (1998 : 121) menjelaskan variasi latihan yaitu: Variasi-variasi latihan yang dikreasi dan diterapkan secara cerdik akan dapat menjaga terpeliharanya fisik maupun mental atlet, sehingga dengan demikian timbulnya kebosanan dalam berlatih dapat dihindari. Atlet membutuhkan variasi latihan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, metode latihan berpasangan merupakan cara untuk menghindari timbulnya kebosanan pada siswa pada saat melakukan latihan passing bawah. Hal ini artinya, metode berpasangan merupakan cara latihan variasi untuk memenuhi rasa senang anak dan bertujuan untuk mencapai tujuan dalam latihan. b. Pelaksanaan Latihan Passing bola bawah Sepakbola dengan Metode Berpasangan Latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan passing ketika berpasangan dengan lawan dan juga penting untuk meningkatkan kemampuan individu. Latihan ini dilakukan dengan beberapa orang yang membentuk kelompok kecil, sehingga saling membantu dan mengoreksi kesalahan satu sama lain. Metode latihan berpasangan menurut Soekatamsi ( 1984 : 63 ) menyatakan: (1) Masing-masing pemain menghentikan dan menendang bola dengan bagian dalam kaki kanan kearah teman pasangannya, bola harus melalui

27 tengah-tengah kedua bendera,jarak semakin lama diperpanjang sampai 20 meter, jarak bendera yang mula-mula 2 meter makin lama dipersempit menjadi 1 meter (2) Dua orang pemain berhadapan, dengan jarak masing masing kurang lebih 8 meter. Bola dalam keadaan berhenti, contoh; si A menendang bola dengan bagian dalam kaki kanan, kemudia si B menerima bola dengan bagian dalam kaki kiri, bola berhenti ditendang dengan bagian dalam kaki kanan dan seterusnya, (3) Dua orang pemain A dan B saling berhadapan dan melakukan passing tanpa menghentikan bola, (4) Bola langsung dimainkan dan membuat lintasan zi-zag. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode berpasangan sebagai berikut: Gambar 5. Ilustrasi Latihan Passing bola bawah Sepakbola dengan Metode berpasangan (Soekatamsi, 1984: 63) c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Passing bola bawah Sepakbola dengan Metode Latihan Berpasangan Latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode berpasangan merupakan cara latihan passing bola bawah sepakbola yang dilakukan dengan variasi. Berdasarkan pelaksnaan latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode latihan berpasangan dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode berpasangan antara lain: 1) Siswa tidak merasa bosan dalam melakukan passing bola bawah dengan cara berpasangan 2) Siswa lebih meningkatkan kemampuan passing bola bawah

28 3) Dapat meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan passing bola bawah secara berulang-ulang 4) Dapat melakukan berbagai bentuk variasi latihan Kelamahan dalam latihan berpasangan passing bola bawah ini adalah: 1) Pada saat melakukan passing bola bawah dengan cara berpasangan kemungkinan bola tidak tepat sasaran lebih besar 2) Siswa akan merasa kesulitan dalam mempelajari teknik ini karena kemampuan pasangan juga ikut menentukan arah atau sasaran bola, apalagi untuk tahap pemula. B. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian pustaka yang mendasari dari variabel penelitian, maka dapat digambarkan kerangka konseptual kerangka pemikiran sebagai berikut: Kemampuan passing bola bawah sepakbola Pengaruh metode latihan individu terhadap kemampuan passing bola bawah sepakbola Pengaruh metode latihan berpasangan terhadap kemampuan passing bola bawah sepakbola Metode latihan individu Metode latihan berpasangan Metode Latihan Gambar 6. Skematis Kerangka Berpikir

29 1. Perbedaan Pengaruh Metode individu Dan berpasangan terhadap Kemampuan Passing bola bawah dalam Permainan Sepakbola Latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode individu dan metode berpasangan masing-masing memiliki karakteritik yang berbeda. Latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode individu merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya dilakukan secara mandiri. Latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode individu merupakan cara latihan passing bola bawah sepakbola yang dalam pelaksanaannya menggunakan alat bantu dan siswa dipandu atau dibimbing oleh pelatih. Segala bentuk kegiatan dalam latihan passing bola bawah sepakbola siswa melaksanakannya sesuai dengan instruksi dari pelatih. Pelatih selalu memonitoring selama latihan berlangsung dan melakukan koreksi bila terjadi kesalahan passing bola bawah. Dalam metode individu lebih menitikberatkan bantuan dan bimbingan pelatih untuk memberikan kesempatan yang seluasluasnya tanpa adanya bantuan teman. Penguasaan teknik passing sepakbola yang benar akan mendukung keterampilan bermain sepakbola. Latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode individu memiliki kelebihan antara lain: siswa akan lebih mudah meningkatkan terbentuknya teknik passing bola bawah, siswa lebih menguasai keterampilan passing bola bawah dengan mudah, siswa lebih mudah menyesuaikan kecepatan saat melakukan passing bawah, dapat menghindarkan siswa dari perasaan frustasi karena selalu mengalami kegagalan dalam usahanya untuk melakukan keterampilan passing bola bawah. Kelemahannya antara lain: bagi siswa yang sering melakukan passing bola bawah ke dinding sulit untuk mengarahkan bola ke arah yang lain, bagi siswa yang memiliki kemampuan fisik yang baik seperti keku atan tungkai dan koordinasi teknik akan menimbulkan kebosanan bila harus mengulang gerak passing bola bawah ke dinding. Sedangkan latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode berpasangan merupakan cara latihan yang dilakukan dengan variasi. Metode berpasangan lebih berorientasi pada siswa. Siswa melakukan passing dengan teman satu kelompok kecil yang terdiri dari dua siswa. Siswa melakukan passing

30 secara bergantian dan sesuai dengan intruksi dan variasi pelatih. dalam metode berpasangan ini diperbolehkan untuk berganti-ganti pasangan untuk menghindari kejenuhan saat melakukan passing bola bawah sepakbola. Latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode berpasangan memiliki kelebihan antara lain: siswa tidak merasa bosan dalam melakukan passing bola bawah dengan cara berpasangan, siswa lebih meningkatkan kemampuan passing bola bawah, dapat meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan passing bola bawah secara berulang-ulang, dapat melakukan berbagai bentuk variasi latihan. Kelemahannya antara lain: pada saat melakukan passing bola bawah dengan cara berpasangan kemungkinan bola tidak tepat sasaran lebih besar, siswa akan merasa kesulitan dalam mempelajari teknik ini karena kemampuan pasangan juga ikut menentukan arah atau sasaran bola, apalagi untuk tahap pemula. Berdasarkan karakteristik latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode individu dan berpasangan tersebutt, masing-masing metode latihan tersebut akan menimbulkan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan passing bola bawah dalam permainan sepakbola. Namun perbedaan karakteristik dari masingmasing metode latihan tersebut tentu akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kemampuan passing bola bawah dalam permainan sepakbola. 2. Metode yang lebih baik pengaruhnya antara Metode individu dan Metode berpasangan terhadap Kemampuan Passing bola bawah dalam Permainan Sepakbola Setiap metode latihan tentu memiliki efektifitas yang berbeda-beda terhadap tujuan yang diinginkan. Metode individu menitikberatkan bantuan dan bimbingan pelatih untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya tanpa adanya bantuan teman dan lebih menenkankan pada penguasaan teknik passing bola bawah sepakbola yang benar. Siswa melakukan tugas gerak teknik passing bola bawah sepakbola secara berulang-ulang dengan menggunakan alat bantu dinding dan bola gantung, latihan ini dilakukan secara kontinyu sampai teknik passing sepakbola dikuasai dengan benar. Sedangkan metode berpasangan

31 merupakan bentuk latihan teknik passing sepakbola yang dilakukan dengan variasi. Siswa mempelajari teknik passing bola bawah sepakbola ke dalam bentuk variasi berpasangan dengan teman. Dalam metode berpasangan paling tidak siswa harus mememiliki kemampuan passing bola bawah yang baik, karena jika tidak dalam melakukan passing akan melenceng dan tidak akan berhasil, maka salah satu siswa dari satu pasangan harus mempunyai kemampuan passing yang baik. Berdasarkan karakteristik metode individu dan bepasangan tentunya masing-masing akan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampuan passing bola bawah dalam permainan sepakbola. Karena sampel yang digunakan pemain pemula (usia 12-14 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan, sehingga dalam proses belajar gerak harus mendapat bimbingan dan pengarahan dari pelatih. Jika dalam belajar gerak (passing bola bawah sepakbola) dilakukan dalam bentuk berpasangan, maka siswa akan sulit menguasai teknik passing dengan benar. Karena belum tentu salah satu pasangan memiliki kemampuan passing yang baik. Dengan demikian latihan passing bola bawah sepakbola dengan metode individu lebih baik pengaruhnya daripada metode berpasangan terhadap kemampuan passing bola bawah dalam permainan sepakbola. C. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh metode individu dan berpasangan terhadap kemampuan passing bola bawah dalam sepakbola pada siswa Sekolah Sepakbola Putra Jambangan Sragen usia 12-14 tahun. 2. Metode individu lebih baik pengaruhnya dari pada metode berpasangan terhadap kemampuan passing bola bawah dalam sepakbola pada siswa Sekolah Sepakbola Putra Jambangan Sragen usia 12-14 tahun.