1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi terus menerus membentuk radikal yang baru sehingga dapat terjadi reaksi berantai. Reaksi berantai ini dapat terhenti apabila radikal bebas dapat diredam. Radikal bebas yang dapat terbentuk antara lain seperti radikal hidroksil ( OH), radikal peroksil ( OOH), dan ion superoksida (O 2 ) (Halliwell, 1994). Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit. Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan (Sofia, 2005). Peroksidasi molekul lemak mengubah atau merusak struktur molekul lemak. Akibat akhir dari peroksidasi lemak ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel seperti malondialdehid (untuk selanjutnya ditulis MDA), etana dan pentana. MDA
2 terdapat di dalam darah dan urin serta digunakan sebagai indikator adanya kerusakan akibat radikal bebas. Reaksi peroksidasi lemak yang terus menerus terjadi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kanker, jantung, dan penyakit degenaratif lainnya (Suryohudoyo, 1993). Percival (1998) mengungkapkan bahwa antioksidan merupakan pertahanan utama untuk memerangi kerusakan akibat radikal bebas dan sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemeliharaan kesehatan tubuh. Mengkonsumsi lebih banyak antioksidan membantu tubuh untuk menetralisir radikal bebas berbahaya. Antioksidan berperan menetralisir radikal bebas dengan mentransfer elektron sehingga membuatnya stabil. Diperkirakan ada lebih dari 4.000 senyawa dalam makanan yang berfungsi sebagai antioksidan. Sumber antioksidan yang paling banyak dipelajari adalah beta karoten (pro vitamin A), vitamin C, vitamin E, asam fenolik, selenium, klorofil, karotenoid, flavonoid, glutasion, koenzim Q10, melatonin, dan likopen (Anonim, 2010). Hamid (2010) mengklasifikasikan antioksidan ke dalam dua kelompok, yakni antioksidan alami dan antioksidan sintetis (buatan). Antioksidan alami termasuk di dalamnya adalah vitamin, mineral dan senyawa fitokimia. Sedangkan antioksidan sintetis antara lain BHA, BHT, PG, EDTA, TBHQ dan NDGA. Peningkatan prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia, memotivasi para peneliti pangan dan gizi Indonesia untuk mengeksplorasi senyawa-senyawa antioksidan yang berasal dari sumber alami. Tingginya biodiversity kekayaan alam dan bahan-bahan indigenous yang dianugrahkan oleh Tuhan kepada bangsa
3 Indonesia, merupakan potensi yang sangat berharga dan bermanfaat untuk kesehatan masyarakatnya (Kementrian Pertanian, 2012). Salah satu kekayaan alam yang masih belum banyak dieksplorasi di Indonesia adalah tumbuhan paku. Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu divisi tumbuhan yang menjadi kekayaan alam hayati Indonesia. Dari sekitar 10.000 spesies tumbuhan paku di dunia, diperkirakan sebanyak 1.300 spesies di antaranya tumbuh di kawasan Indonesia (Sastrapradja, 1980; Steenish & Holttum, 1982). Berbagai jenis spesies tumbuhan paku telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman hias, bahan obat tradisional, bahan makanan, tanaman pelindung, dan pupuk hijau (Heyne, 1987). Tumbuhan paku Indonesia memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan obat herbal fitofarmaka (Suyatno, 2011). Oleh karena itu penelitian lanjutan yang berkaitan dengan uji farmakologis serta uji klinis dari isolat dan ekstrak aktif yang telah ditemukan perlu dilakukan untuk menjamin keamanan dan efikasinya sebagai obat herbal. Salah satu spesies tumbuhan paku yang banyak tumbuh dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia adalah Equisetum debile L. Spesies ini tersebar luas dari Afrika, Asia, Jepang melalui selatan Filipina, Indonesia, daratan Guinea Baru, Kepulauan Bismarck, Kepulauan Solomon, ke arah timur menuju Kaledonia Baru dan Fiji. Spesies ini memiliki toleransi terbesar di Papuasia dan relatif dominan diantara tanaman lainnya (Croft, 1985).
4 Mimica, dkk. (2008) melaporkan tentang aktivitas antioksidan dan komposisi fenol dari tiga ekstrak yang berbeda (EtOAc, n-buoh dan H 2 O) dari paku ekor kuda jenis Equisetum arvense L. Aktivitas antioksidan dievaluasi dengan mengukur daya hambat total (menggunakan Ascorbate Equivalent Antioxidant Capacity AEAC), penghambatan peroksidasi lipid, dan kapasitas radikal bebas (RSC) terhadap 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH radikal) dan nitrat oksida (NO). Sarkar, dkk (2012) menemukan kemampuan ekstrak dari batang tanaman Equisetum debile sebagai senyawa sitotoksik, antimikroba, dan antioksidan penangkap radikal bebas. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan uji DPPH menunjukkan bahwa ekstrak batang tanaman Equisetum debile memiliki kemampuan menangkap radikal bebas yaitu IC 50 24.8 μg/ml. Ekstrak methanol dari Equisetum debile (50 sampai 1.000 µg/ml) juga menunjukkan ativitas antioksidan dengan dosis tertentu ketika dibandingkan dengan antioksidan standar yaitu asam askorbat (Khan, dkk. 2013). Hasil penelusuran literatur menunjukkan belum ada laporan hasil penelitian yang terkait dengan aktivitas antioksidan ekstrak tumbuhan paku ekor kuda terhadap peroksidasi lipid dalam plasma darah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak tumbuhan paku Equisetum debile L. terhadap reaksi peroksidasi lipid dalam plasma darah mencit.
5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ekstrak tumbuhan paku ekor kuda (Equisetum debile L.) memiliki aktivitas antioksidan? 2. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak tumbuhan paku ekor kuda (Equisetum debile L.) terhadap reaksi peroksidasi lipid dalam plasma darah mencit? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menentukan aktivitas antioksidan pada ekstrak tumbuhan paku ekor kuda (Equisetum debile L.). 2. Untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak tumbuhan paku ekor kuda (Equisetum debile L.) terhadap reaksi peroksidasi lipid dalam plasma darah mencit. 1.4. Manfaat Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan potensi fitofarmaka tumbuhan paku ekor kuda di Indonesia. Sehingga mendukung upaya pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat menggunakan kearifan lokal.