GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN DESA - KOTA : 1 A. PENGERTIAN DESA a. Paul H. Landis Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal. 2. Adanya ikatan perasaan yang sama tentang kebiasaan. 3. Cara berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alam, seperti iklim, topografi, dan sumber daya alam. b. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. B. UNSUR DESA a. Wilayah Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi. b. Penduduk Penduduk meliputi jumlah, kepadatan, persebaran, dan mata pencarian. 1
c. Tata Kehidupan Tata kehidupan meliputi sifat gotong-royong, adat istiadat, tradisi, aturan, dan norma yang merupakan hukum informal. C. POTENSI DESA a. Potensi Fisik 1. Tanah Untuk permukiman, bercocok tanam, kandang, empang, dan kolam. 2. Air Untuk kebutuhan rumah tangga, irigasi pertanian, dan hewan ternak. 3. Musim Untuk menentukan waktu tanam dan pola tanam petani. 4. Ternak Untuk sumber tenaga dan sumber penghasilan. 5. Penduduk Untuk mendukung kegiatan pertanian. b. Potensi Sosial 1. Sifat gotong-royong. 2. Aparatur desa, meliputi kepala desa, Lembaga Musyawarah Desa (LMD), dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). 3. Lembaga sosial, meliputi Badan Perwakilan Desa (BPD), Koperasi Unit Desa (KUD), Bank Kredit Desa (BKD), puskesmas, posyandu, BKIA, lembaga adat, dan lembaga kebudayaan. D. TAHAP PERKEMBANGAN DESA a. Desa Tradisional Desa tradisional atau pradesa adalah tipe desa terpencil pada masyarakat suku terasing yang seluruh kehidupan masyarakatnya masih sangat bergantung kepada alam sekitarnya. Ketergantungan itu terdapat dalam cara bercocok tanam, pemeliharaan kesehatan, pengobatan, pengolahan makanan, dan lain-lain. Pada desa seperti ini, penduduk cenderung tertutup atau kurang berkomunikasi dengan daerah lain. Dengan demikian, sistem perhubungan dan pengangkutan tidak berkembang. 2
b. Desa Swadaya Desa swadaya adalah tipe desa yang memiliki ciri-ciri berikut: 1. Penduduk jarang. 2. Masih terikat oleh kebiasaan-kebiasaan adat dan tradisi. 3. Hanya mempunyai lembaga-lembaga yang masih sederhana. 4. Tingkat pendidikan masyarakat rendah. 5. Produktivitas tanah rendah. 6. Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam. 7. Daerah berupa pegunungan atau perbukitan. 8. Lokasinya terpencil. 9. Hasil produksinya rendah. 10. Sebagian besar penduduk hidup bertani, dan 11. Hasil pertanian ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan seharihari (subsistence farming). Umumnya, desa swadaya hampir sama dengan tipe desa tradisional. Masyarakatnya cenderung tertutup sehingga sistem perhubungan dan pengangkutan kurang berkembang. c. Desa Swakarya Desa swakarya adalah desa yang tingkat perkembangannya sudah lebih maju dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Adat-istiadat masyarakatnya sedang mengalami perubahan (transisi). 2. Pengaruh dari luar mulai masuk ke masyarakat desa dan mengakibatkan perubahan cara berpikir. 3. Mata pencaharian penduduk mulai beraneka ragam, tidak hanya pada sektor agraris. 4. Lapangan kerja bertambah dan produktivitas meningkat, karena diimbangi dengan makin bertambahnya prasarana desa. 5. Swadaya masyarakat dengan cara gotong-royong telah efektif. Mulai tumbuh kesadaran serta tanggung jawab masyarakat untuk membangun desa. 6. Roda pemerintahan desa mulai berkembang baik dalam tugas maupun fungsinya. 7. Masyarakat desa telah mampu meningkatkan kehidupannya dengan hasil kerja sendiri. 8. Bantuan pemerintah hanya bersifat sebagai stimulus. 3
d. Desa Swasembada Desa swasembada adalah desa yang telah maju dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Lokasi desa biasanya di sekitar ibu kota. 2. Semua keperluan hidup pokok desa swasembada dapat disediakan oleh desa tersebut. 3. Alat-alat teknis yang digunakan lebih modern dari kategori desa yang lain. 4. Adat istiadat sudah tidak mengikat penduduk, baik dari segi ekonomi, pendidikan, dsb. 5. Lembaga-lembaga sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang ada sudah dapat menjaga kelangsungan hidup penduduk. 6. Mata pencarian penduduk sudah beraneka ragam. 7. Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk telah tinggi sehingga cara berpikirnya telah maju (rasional). 8. Kondisi transportasi sudah baik sehingga berpengaruh pada kelancaran hubungan dengan kota-kota lainnya. 9. Hubungan dengan kota-kota di sekitarnya berjalan lancar. 10. Tingkat kesadaran kesehatan tinggi. E. KARAKTERISTIK DESA 1. Gameinschaft 2. Paguyuban 3. Gotong-royong 4. Homogen (agraris/petani) 5. Konfomitas (senasib) 6. Mobilitas penduduk rendah 7. Man Land Ratio besar 8. Kepadatan penduduk rendah 9. Toleransi sosial kuat 10. Proses sosial lambat 11. Tergantung pada alam 12. Tanah dominan untuk lahan 13. Industri primer (tanpa pengolahan) 14. Kontrol sosial berdasarkan norma dan hukum informal. 4
Berdasarkan kegiatan masyarakatnya, desa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: 1. Desa agraris, yaitu desa yang kehidupannya berdasarkan pada kegiatan pertanian dan terletak pada tanah yang subur. 2. Desa industri, yaitu desa yang kehidupannya berdasarkan pada kegiatan industri pertanian (agroindustri) dan letaknya dekat dengan sumber-sumber bahan baku. 3. Desa nelayan, yaitu desa yang letaknya dekat pantai dan kehidupannya berdasarkan kegiatan perikanan. Desa yang bercocok tanam di sawah umumnya terdapat di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Desa yang bercocok tanam di ladang terdapat di sebagian besar Pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawes, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. F. FUNGSI DESA a. Fungsi Desa sebagai Pendukung Kota Fungsi desa sebagai daerah pendukung (hinterland) kota adalah: 1. Sumber pangan 2. Sumber bahan mentah 3. Sumber tenaga kerja 4. Pusat industri kecil atau kerajinan rakyat 5. Pusat wisata atau keindahan alam 6. Sebagai mitra pembangunan kota b. Fungsi Desa sebagai Pemerintahan Terendah Fungsi desa sebagai pemerintahan terendah adalah menjalankan kebijakan yang digariskan oleh pemerintahan di atasnya. G. FAKTOR YANG MEMENGARUHI POLA PERSEBARAN DESA Pola persebaran desa dipengaruhi oleh tujuh faktor geografisnya, antara lain: 1. Topografi atau relief atau morfologi 2. Jaringan jalan dan sungai 3. Kesuburan tanah 4. Kondisi air 5
5. Sumber daya alam 6. Iklim 7. Letak atau lokasi H. POLA PERMUKIMAN DESA a. Memanjang (Linier) 1. Memanjang di pesisir pantai. Mata pencariannya nelayan, perkebunan kelapa, dan industri kecil. 2. Memanjang di tepi jalan dan rel kereta api. Mendekati jalur transportasi. 3. Memanjang di tepi sungai Mendekati sarana transportasi dan sumber daya sungai. b. Melingkar (Radial) 1. Mengelilingi gunung api. 2. Mengelilingi sumber mata air dan fasilitas tertentu seperti pusat pemerintahan dan pusat industri. c. Memusat (Nucleated) 1. Mengelompok di daerah pegunungan. Berasal dari satu keturunan. 2. Mengelompok di daerah tanah subur dan sumber air yang datar. 3. Mengelompok di titik pertemuan atau persimpangan jalur transportasi. d. Menyebar (Dispersed) 1. Menyebar di daerah homogen tetapi kesuburan tanah tidak merata. 2. Menyebar di daerah gunung api aktif. 3. Menyebar di daerah dataran tinggi terjal dan pegunungan tinggi terjal (topografi kasar). 4. Menyebar di daerah karst (daerah kapur yang berpori-pori). 6
Gambar Pola-Pola Desa yang Terdapat di Indonesia. (Sumber: Geografi Kota dan Desa (Dalfoeni, 1996) (4 Juli 2014)) (Sumber: Geografi Kota dan Desa, 1998) 7