DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

dokumen-dokumen yang mirip
Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

Secara umum pembagian wilayah berdasarkan pada keadaan alam (natural region) dan tingkat kebudayaan penduduknya (cultural region).

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

SOSIOLOGI PEDESAAN (lanjutan)

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B.

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007

PERENCANAAN DESA. Perencanaan Desa merupakan suatu kegiatan yang diperlukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan penduduk desa.

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

KONDISI FISIK WILAYAH

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

SOSIOLOGI PERTANIAN ( ) PEMAHAMAN DESA. Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si.

Nama :Rayendra Pratama NPM : 1A Kelas : 1 KA 39. Tugas ISB Bab 7

Bab 1 Pemerintahan Desa

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

Kondisi Geografis dan Penduduk

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

Transformasi Desa Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 10/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

abelpetrus.wordpress.com

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 39 Tahun : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB X PENGGUNAAN LAHAN DAN KEGIATAN EKONOMI. Kata Kunci PETA KONSEP

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 2 TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERALIHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN. A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 14: GEOGRAFI POLA KERUANGAN DESA KOTA

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

Arah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2007 T E N T A N G

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI PULAU DOOM KOTA SORONG. : Permukiman, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA

Transkripsi:

GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN DESA - KOTA : 1 A. PENGERTIAN DESA a. Paul H. Landis Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal. 2. Adanya ikatan perasaan yang sama tentang kebiasaan. 3. Cara berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alam, seperti iklim, topografi, dan sumber daya alam. b. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. B. UNSUR DESA a. Wilayah Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi. b. Penduduk Penduduk meliputi jumlah, kepadatan, persebaran, dan mata pencarian. 1

c. Tata Kehidupan Tata kehidupan meliputi sifat gotong-royong, adat istiadat, tradisi, aturan, dan norma yang merupakan hukum informal. C. POTENSI DESA a. Potensi Fisik 1. Tanah Untuk permukiman, bercocok tanam, kandang, empang, dan kolam. 2. Air Untuk kebutuhan rumah tangga, irigasi pertanian, dan hewan ternak. 3. Musim Untuk menentukan waktu tanam dan pola tanam petani. 4. Ternak Untuk sumber tenaga dan sumber penghasilan. 5. Penduduk Untuk mendukung kegiatan pertanian. b. Potensi Sosial 1. Sifat gotong-royong. 2. Aparatur desa, meliputi kepala desa, Lembaga Musyawarah Desa (LMD), dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). 3. Lembaga sosial, meliputi Badan Perwakilan Desa (BPD), Koperasi Unit Desa (KUD), Bank Kredit Desa (BKD), puskesmas, posyandu, BKIA, lembaga adat, dan lembaga kebudayaan. D. TAHAP PERKEMBANGAN DESA a. Desa Tradisional Desa tradisional atau pradesa adalah tipe desa terpencil pada masyarakat suku terasing yang seluruh kehidupan masyarakatnya masih sangat bergantung kepada alam sekitarnya. Ketergantungan itu terdapat dalam cara bercocok tanam, pemeliharaan kesehatan, pengobatan, pengolahan makanan, dan lain-lain. Pada desa seperti ini, penduduk cenderung tertutup atau kurang berkomunikasi dengan daerah lain. Dengan demikian, sistem perhubungan dan pengangkutan tidak berkembang. 2

b. Desa Swadaya Desa swadaya adalah tipe desa yang memiliki ciri-ciri berikut: 1. Penduduk jarang. 2. Masih terikat oleh kebiasaan-kebiasaan adat dan tradisi. 3. Hanya mempunyai lembaga-lembaga yang masih sederhana. 4. Tingkat pendidikan masyarakat rendah. 5. Produktivitas tanah rendah. 6. Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam. 7. Daerah berupa pegunungan atau perbukitan. 8. Lokasinya terpencil. 9. Hasil produksinya rendah. 10. Sebagian besar penduduk hidup bertani, dan 11. Hasil pertanian ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan seharihari (subsistence farming). Umumnya, desa swadaya hampir sama dengan tipe desa tradisional. Masyarakatnya cenderung tertutup sehingga sistem perhubungan dan pengangkutan kurang berkembang. c. Desa Swakarya Desa swakarya adalah desa yang tingkat perkembangannya sudah lebih maju dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Adat-istiadat masyarakatnya sedang mengalami perubahan (transisi). 2. Pengaruh dari luar mulai masuk ke masyarakat desa dan mengakibatkan perubahan cara berpikir. 3. Mata pencaharian penduduk mulai beraneka ragam, tidak hanya pada sektor agraris. 4. Lapangan kerja bertambah dan produktivitas meningkat, karena diimbangi dengan makin bertambahnya prasarana desa. 5. Swadaya masyarakat dengan cara gotong-royong telah efektif. Mulai tumbuh kesadaran serta tanggung jawab masyarakat untuk membangun desa. 6. Roda pemerintahan desa mulai berkembang baik dalam tugas maupun fungsinya. 7. Masyarakat desa telah mampu meningkatkan kehidupannya dengan hasil kerja sendiri. 8. Bantuan pemerintah hanya bersifat sebagai stimulus. 3

d. Desa Swasembada Desa swasembada adalah desa yang telah maju dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Lokasi desa biasanya di sekitar ibu kota. 2. Semua keperluan hidup pokok desa swasembada dapat disediakan oleh desa tersebut. 3. Alat-alat teknis yang digunakan lebih modern dari kategori desa yang lain. 4. Adat istiadat sudah tidak mengikat penduduk, baik dari segi ekonomi, pendidikan, dsb. 5. Lembaga-lembaga sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang ada sudah dapat menjaga kelangsungan hidup penduduk. 6. Mata pencarian penduduk sudah beraneka ragam. 7. Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk telah tinggi sehingga cara berpikirnya telah maju (rasional). 8. Kondisi transportasi sudah baik sehingga berpengaruh pada kelancaran hubungan dengan kota-kota lainnya. 9. Hubungan dengan kota-kota di sekitarnya berjalan lancar. 10. Tingkat kesadaran kesehatan tinggi. E. KARAKTERISTIK DESA 1. Gameinschaft 2. Paguyuban 3. Gotong-royong 4. Homogen (agraris/petani) 5. Konfomitas (senasib) 6. Mobilitas penduduk rendah 7. Man Land Ratio besar 8. Kepadatan penduduk rendah 9. Toleransi sosial kuat 10. Proses sosial lambat 11. Tergantung pada alam 12. Tanah dominan untuk lahan 13. Industri primer (tanpa pengolahan) 14. Kontrol sosial berdasarkan norma dan hukum informal. 4

Berdasarkan kegiatan masyarakatnya, desa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: 1. Desa agraris, yaitu desa yang kehidupannya berdasarkan pada kegiatan pertanian dan terletak pada tanah yang subur. 2. Desa industri, yaitu desa yang kehidupannya berdasarkan pada kegiatan industri pertanian (agroindustri) dan letaknya dekat dengan sumber-sumber bahan baku. 3. Desa nelayan, yaitu desa yang letaknya dekat pantai dan kehidupannya berdasarkan kegiatan perikanan. Desa yang bercocok tanam di sawah umumnya terdapat di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Desa yang bercocok tanam di ladang terdapat di sebagian besar Pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawes, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. F. FUNGSI DESA a. Fungsi Desa sebagai Pendukung Kota Fungsi desa sebagai daerah pendukung (hinterland) kota adalah: 1. Sumber pangan 2. Sumber bahan mentah 3. Sumber tenaga kerja 4. Pusat industri kecil atau kerajinan rakyat 5. Pusat wisata atau keindahan alam 6. Sebagai mitra pembangunan kota b. Fungsi Desa sebagai Pemerintahan Terendah Fungsi desa sebagai pemerintahan terendah adalah menjalankan kebijakan yang digariskan oleh pemerintahan di atasnya. G. FAKTOR YANG MEMENGARUHI POLA PERSEBARAN DESA Pola persebaran desa dipengaruhi oleh tujuh faktor geografisnya, antara lain: 1. Topografi atau relief atau morfologi 2. Jaringan jalan dan sungai 3. Kesuburan tanah 4. Kondisi air 5

5. Sumber daya alam 6. Iklim 7. Letak atau lokasi H. POLA PERMUKIMAN DESA a. Memanjang (Linier) 1. Memanjang di pesisir pantai. Mata pencariannya nelayan, perkebunan kelapa, dan industri kecil. 2. Memanjang di tepi jalan dan rel kereta api. Mendekati jalur transportasi. 3. Memanjang di tepi sungai Mendekati sarana transportasi dan sumber daya sungai. b. Melingkar (Radial) 1. Mengelilingi gunung api. 2. Mengelilingi sumber mata air dan fasilitas tertentu seperti pusat pemerintahan dan pusat industri. c. Memusat (Nucleated) 1. Mengelompok di daerah pegunungan. Berasal dari satu keturunan. 2. Mengelompok di daerah tanah subur dan sumber air yang datar. 3. Mengelompok di titik pertemuan atau persimpangan jalur transportasi. d. Menyebar (Dispersed) 1. Menyebar di daerah homogen tetapi kesuburan tanah tidak merata. 2. Menyebar di daerah gunung api aktif. 3. Menyebar di daerah dataran tinggi terjal dan pegunungan tinggi terjal (topografi kasar). 4. Menyebar di daerah karst (daerah kapur yang berpori-pori). 6

Gambar Pola-Pola Desa yang Terdapat di Indonesia. (Sumber: Geografi Kota dan Desa (Dalfoeni, 1996) (4 Juli 2014)) (Sumber: Geografi Kota dan Desa, 1998) 7