1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata berbasis pertanian atau sektor agrowisata di Indonesia dapat dikatakan pengembangan suatu sektor yang menjanjikan. Dewasa ini banyak sekali usahatani yang dipadukan dengan konsep wisata atau banyak dikenal dengan agrowisata. Agrowisata diciptakan umtuk meningkatkan nilai tambah suatu usahatani dengan menyelipkan unsur wisata di dalamnya agar lebih memiliki esensi. Banyaknya agrowisata dewasa ini di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku usahatani khususnya petani dalam memasarkan hasil taninya. Selain hal tersebut, data statistik menunjukkan peran kepariwisataan yang sangat besar dalam perekonomian seperti yang dilangsir Antariksa (2011) dalam jurnalnya yang dimuat di Kementrian Budaya dan Pariwisata, bahwa United Nations World Tourism Organization (UNWTO) melaporkan bahwa pada tahun 2010 jumlah kunjungan internasional telah mencapai angka 940 juta kali dan menghasilkan keuntungan sebesar US$ 919 milyar. Diperkirakan bahwa pada tahun 2020, jumlah kunjunga internasioan akan mencapai angka 1,56 milyar kali dengan peningkatan jumlah perjalanan jarak jauh (longhaul) dari 18% menjadi 24%. Agrowisata banyak dikenal sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Baik agrowisata yang berbasis budidaya, maupun ekowisata yang bertumpu pada upaya-upaya konservasi, keduanya berorientasi pada pelestarian sumberdaya alam serta masyarakat dan budaya lokal. Pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mengembangkan kawasan agropolitan, kawasan usaha ternak maupun kawasan industri perkebunan. Pengembangan kawasan agrowisata berarti mengembangkan suatu kawasan yang mengedepankan wisata sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi dan diharapkan mampu menunjang berkembangnya pembangunan agribisnis secara umum. 1
2 Optimalisasi desa dapat dilakukan melalui pengembangan agrowisata. Agrowisata itu sendiri merupakan sebuah aktivitas, usaha atau bisnis yang dikombinasikan dengan elemen-elemen pokok pertanian dan pariwisata serta menyediakan sebuah pengalaman kepada para pengunjungnya yang nantinya akan mendorong aktivitas ekonomi dan berdampak pada usahatani dan pendapatan masyarakat desa setempat. Perpaduan antara pertanian dan pariwisata dapat memberikan nilai tambah pada produk pertanian karena adanya peningkatan aktivitas masyarakat dalam rangka peningkatan pendapatan yang berdampak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat (Budiasa, 2011). Kabupaten Karanganyar mimiliki slogan INTANPARI yang berarti industri, pertanian, dan pariwisata yang merupakan sektor-sektor pendukung terciptanya konsep agrowisata. Salah satu dari berbagai agrowisata yang terdapat di kabupaten Karanganyar adalah Agrowisata Jambu Merah. Agrowisata ini merupakan salah satu agrowisata yang mengenalkan komoditi jambu merah sebagai objeknya yang sangat menarik dan digemari pengunjung. Agrowisata Jambu Merah ini terletak di dusun Candi, desa Jatirejo, kecamatan Ngargoyoso, kabupaten Karanganyar. Di tengah popularitas kecamatan Ngargoyoso yang unggul dengan agrowisata teh beserta kedai-kedai teh yang semakin menjamur, masyarakat di desa Jatirejo bersama-sama ingin menciptakan sebuah agrowisata baru yang nantinya akan menjadi unggulan di kabupaten Karanganyar. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan agrowisata, maka program pengembangan Agrowisata Jambu Merah sangatlah sesuai dengan kondisi tersebut. Melalui program pengembangan Agrowisata Jambu Merah, diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian khususnya jambu merah di kawasan agrowisata. Akan tetapi, kebun-kebun jambu merah saat ini mulai habis karena dikelola dengan kurang baik. Padahal, fungsi dari kebun-kebun jambu merah tersebut sebagai penyimpan air yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air khususnya irigasi. Selain itu, meskipun banyak petani yang membudidayakan
3 jambu merah, tidak serta merta program pengembangan agrowisata ini diikuti dan dikelola oleh petani tersebut. Dengan kata lain, program pengembangan agrowisata ini belum bisa menggerakkan para petani jambu merah secara maksimal. Menurut Forum Karanganyar Mapan (2013), dari total petani jambu merah yang ada, belum semuanya yang berpartisipasi dalam mengembangkan potensi Agrowisata Jambu Merah. Meskipun begitu, dengan jumlah yang masih minim, para petani jambu merah setempat mampu memanen jambu merah dalam jumlah besar. Adanya inovasi di berbagai bidang akan mempengaruhi kecenderungan atau sikap petani, baik itu sikap dalam menerima maupun menolak inovasi tersebut. Kecenderungan petani, baik itu menerima maupun menolak program pengembangan Agrowisata Jambu Merah tersebut tentu tidak terlepas dari beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap petani terhadap pengembangan Agrowisata Jambu Merah tersebut. Implikasi dari sikap petani terhadap pengembangan Agrowisata Jambu Merah tersebut ditandai dengan keberhasilan program secara berkelanjutan. oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui sikap petani jambu merah terhadap pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Kecamatan Ngargoyoso. B. Rumusan Masalah Pengembangan agrowisata dapat dikatakan sebagai salah satu upaya dalam mengembangkan sumber daya lokal yang bertumpu pada pendekatn wilayah dan adanya keikutsertaan atau partisipasi masyarakat khususnya petani. Pengembangan agrowisata ini bertujuan untuk mengembangkan daerah pertanian yang belum unggul atau berkembang maksimal menjadi sebuah potensi dareah yang dapat dibanggakan dan diunggulkan karena sumbangannya yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan petani di sekitarnya. Inti dari pengembangan agrowisata adalah gerakan dan partisipasi aktif petani jambu merah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Konsep pengembangan Agrowisata Jambu Merah lebih diarahkan pada bagaimana mempertahankan program tersebut
4 sesuai dengan kemampuan dan potensi petani serta memperhatikan kelestarian lingkungan. Pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Kecamatan Ngargoyoso mengalami berbagai masalah yang seharusnya menjadi pusat dalam membangun pertanian dan seharusnya memiliki potensi dalam pengembangan sistem serta usaha agribisnis dengan melibatkan stakeholders dalam action plan (rencana tindakan) seperti adanya pemberdayaan masyarakat khususnya petani agar dapat dan mampu meningkatkan produktivitas jambu merah serta produk-produk olahannya. Terbukti dengan adanya pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Kecamatan Ngargoyoso ini belum banyak masyarakat yang mengetahui jika di Kabupaten Karanganyar khususnya di Kecamatan Ngragoyoso terdapat sebuah agrowisata yang mengembangkan jambu merah sebagai produk andalannya karena selama ini masyarakat hanya mengenal kawasan Kecamatan Ngargoyoso sebagai agrowisata teh karena di sana terdapat kebun teh yang sangat luas lahannya. Masalah lainnya yaitu sikap petani jambu merah di Kecamatan Ngargoyoso yang kurang menyadari bahwa kontribusi mereka dibutuhkan dalam pengembangan Agrowisata jambu Merah agar bisa berkembang lebih baik Mereka masih beranggapan bahwa mereka masih bisa menjual hasil produksinya sendiri secara langsung tanpa adanya sebuah ikatan atau lembaga yang menaunginya. Padahal apabila petani jambu merah dapat bersama-sama berpartiipasi mengembangkan Agrowisata Jambu Merah di Kecamatan Ngargoyoso, tidak mustahil jika agrowisata ini dapat bersaing dengan agrowisata lainnya dan unggul di Kabaupaten Karanganyar. Mengacu pada manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari pengembangan Agrowisata Jambu Merah tersebut, semestinya sudah banyak petani yang tergabung dan berpartisipasi dalam pengembangan Agrowisata Jambu Merah tersebut. Dalam hal ini tentunya terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap. Maka dari itu, perlu dikaji lebih mendalam mengenai hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani
5 terhadap pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Sehingga dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap petani berkaitan dengan sikap petani terhadap usaha pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar? 2. Bagaimanakah sikap petani terhadap usaha pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar? 3. Bagaimanakah hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap petani dengan sikap petani terhadap usaha pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. Mengkaji faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap usaha pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. 2. Mengkaji sikap petani terhadap usaha pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. 3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap usaha pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
6 D. Kegunaan Penelitian Sebuah penelitian pasti memiliki kegunaan-kegunaan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang sikap petani di Desa Jatirejo terhadap usaha pengembangan Agrowisata Jambu Merah di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengelola dan mengembangkan Agrowisata Jambu Merah di di Desa Candi, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. 3. Bagi Pembaca Memberikan rujukan/referensi bagi kalangan akademisi untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai topik permasalahan yang sama. 4. Bagi Petani Jambu Merah Memberikan pengetahuan dalam mengembangkan Agrowisata Jambu Merah agar dapat menjadi agrowisata unggulan di Kabupaten Karanganyar.