I. PENDAHULUAN. Pembelajaran sains (IPA) merupakan salah satu proses pendidikan yang. mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Creative Problem Solving (CPS)

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

PENDAHULUAN. pendidikan dapat tercapai. Proses pembelajaran, sering dipahami sebagai proses

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan tuntutan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran.

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terkandung empat hal yang perlu digaris bawahi dan mendapat penjelasan lebih

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika diajarkan tingkat dasar hingga tingkat menengah

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai susunan, struktur, sifat, perubahan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek pokok bagi kehidupan suatu bangsa. Kondisi bangsa di masa

I. PENDAHULUAN. sekitar beserta isinya seperti benda-benda di alam dan fenomena yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

I. PENDAHULUAN. pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa,

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains (IPA) merupakan salah satu proses pendidikan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran sains seharusnya selaras dengan fungsi dan tujuannya, yakni menumbuhkan sikap ilmiah. Sains merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Istikomah, Hendratto, dan Bambang, 2010: 40). Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pembelajaran Biologi SMA/MA bertujuan memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain (BSNP, 2006: 175). Terdapat empat sikap ilmiah yang harus dikembangkan dalam sains yaitu, "(a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence ". Keempat sikap ilmiah tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi (Gegga dalam Anwar, 2009: 106).

2 Pada kenyataannya, saat ini tujuan pendidikan sains dalam memupuk sikap ilmiah siswa belum sepenuhnya tercapai. Salah satu faktanya diperoleh dari hasil wawancara dengan guru yang mengajar kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan. Hasil wawancara didapatkan bahwa sikap ilmiah siswa masih rendah, terutama sikap rasa ingin tahu sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang rendah, yang dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian harian kelas XI IPA SMA Negeri 1 Natar Kabupaten Lampung Selatan untuk materi pokok Sistem Imun (68) belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 72. Hasil belajar yang rendah tersebut dapat terjadi karena pada saat penyajian materi, guru kurang tepat memilih metode pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya. Sebaiknya dalam hal ini guru harus lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa tersebut. Sebagaimana menurut Purnama (dalam Yunita, Fakhruddin, dan Nor, 2012: 2) dalam pembelajaran sangat diperlukan sikap ilmiah oleh siswa karena dapat memotivasi kegiatan belajarnya. Pada sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil belajar siswa ke arah yang positif.

3 Model pembelajaran yang diduga dapat digunakan dalam meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan Means-Ends Analysis (MEA). Kedua model pembelajaran ini sama-sama merupakan variasi pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran tipe CPS lebih mengarah pada gagasan kreatif siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan melalui teknik sistematik dan menghasilkan suatu karya hasil kreativitas siswa (Hikmah dan Nasir, 2009: 3). Sedangkan model pembelajaran MEA lebih menekankan pada pemecahan masalah dengan strategi heuristik yang dapat memudahkan siswa dalam memecahkan masalah (Suyatni dalam Kusumayanti, Dantes dan Arcana, 2012: 3). Model CPS pernah digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Hikmah dan Natsir (2009: 8) yang menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran CPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Pujiadi (2008: 201) dengan kesimpulan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model CPS berbantuan CD interaktif telah memenuhi standar ketuntasan belajar yang meliputi ketuntasan aktivitas siswa, ketuntasan kemampuan pemecahan masalah siswa dan ketuntasan prestasi belajar siswa (KKM). Kemudian, model MEA pernah digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Armada, Tegeh dan Sudiana (2013: 9) menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang dicapai oleh kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran MEA lebih baik dibandingkan dengan kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model

4 pembelajaran konvensional. Hal tersebut didukung dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Kusumayanti, Dantes dan Arcana (2012: 9) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran MEA dengan setting belajar kelompok berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan model konvensional. Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk membandingkan dua model pembelajaran berbasis masalah yaitu tipe CPS dengan model pembelajaran tipe MEA dalam pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan kelas XI IPA terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA terhadap sikap ilmiah siswa? 2. Adakah perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA? 3. Manakah hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA?

5 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA terhadap sikap ilmiah siswa. 2. Perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA. 3. Hasil belajar siswa yang labih tinggi antara yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat berguna bagi: 1. Siswa yaitu memperoleh suasana belajar yang baru yang dapat mengekspresikan sikap ilmiah yang mereka miliki dan meningkatkan hasil belajar aspek kognitif pada materi sistem imunitas. 2. Guru yaitu memperoleh referensi baru dalam pembelajaran materi pokok sistem imunitas dan menilai sikap ilmiah yang dimiliki siswa. 3. Sekolah yaitu mendapat referensi baru tentang penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran Biologi. 4. Peneliti yaitu mendapatkan pengalaman mengajar di SMA dan memperoleh pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.

6 E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS merupakan variasi pembelajaran berbasis masalah dengan sintaks: (1) orientasi siswa terhadap masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar mengolah pikiran dalam menentukan solusi; (3) membimbing penyelidikan siswa dalam mengidentifikasi permasalahan; (4) siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya melalui presentasi; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah melalui diskusi (Hikmah & Natsir, 2009: 4). 2. Model pembelajaran berbasis masalah tipe MEA merupakan variasi dari pembelajaran pemecahan masalah dengan sintaks: (1) siswa disajikan materi dengan pemecahan masalah berbasis heuristik; (2) mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana; (3) mengidentifikasi masalah yang sudah terpotong menjadi beberapa bagian; (4) menyusun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas; (5) memilih solusi yang tepat untuk memecahkan masalah (Rosalin dalam Armada, Tegeh & Sudiana, 2013: 3). 3. Sikap ilmiah siswa yang diteliti yaitu (1) rasa ingin tahu (Curiosity); (2) bekerjasama dengan orang lain (Co-operation with others); (3) berpikiran terbuka (Open mindedness); dan (4) jujur (Honesty) (Anwar, 2009: 106). Sikap ilmiah ini diukur melalui observasi saat proses pembelajaran berlangsung.

7 4. Hasil belajar ranah kognitif siswa diperoleh dari nilai pretes dan posttes. 5. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 semester genap di SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan tahun pelajaran 2013/2014. 6. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Sistem Imunitas (Pertahanan Tubuh Manusia) dengan kompetensi dasar menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit. F. Kerangka Pikir Pembelajaran Biologi memiliki tujuan yang salah satunya adalah menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Upaya untuk menumbuhkan sikap ilmiah siswa tersebut diperlukan peranan seorang guru yang kreatif memilih metode pembelajaran yang tepat diantaranya yaitu model pembelajaran CPS dan MEA. Kedua model pembelajaran ini sama-sama merupakan variasi dari pembelajaran berbasis masalah yang aktivitas pembelajarannya diarahkan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah sehingga dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Model CPS adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, diikuti dengan penguatan kreativitas melalui hasil karya diskusi kelompok, yang kemudian dipresentasikan di depan kelas. Pada kegiatannya siswa dilatih

8 untuk mengembangkan rasa ingin tahunya dalam pemecahan masalah, dapat bekerjasama dengan orang lain, berpikiran terbuka, serta bersikap jujur saat diskusi berlangsung. Sedangkan model MEA adalah model pembelajaran dengan pemecahan masalah berbasis heuristic yaitu memecahkan masalah ke dalam dua atau lebih sub tujuan, lalu siswa mengidentifikasi masalah yang sudah terpotong menjadi beberapa bagian, menyusun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, dan selanjutnya memilih solusi yang tepat untuk memecahkan masalah. Siswa dilatih untuk mengembangkan rasa ingin tahunya, mampu bekerjasama dengan orang lain, berpikiran terbuka dan bersikap jujur saat berdiskusi kelompok memilih solusi pemecahan masalah tersebut. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas X 1, X 2 dan variabel terikat Y 1, Y 2. Variabel X 1 adalah variabel bebas dengan model pembelajaran CPS, variabel X 2 adalah variabel bebas dengan model pembelajaran MEA. Sedangkan variabel Y 1 adalah variabel terikat yaitu sikap ilmiah siswa dan variabel Y 2 adalah variabel terikat yaitu hasil belajar kognitif siswa. Paradigma penelitian ini adalah sebagai berikut: X 1 Y 1 X 2 Y 2 Keterangan : X 1 = Model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS X 2 = Model pembelajaran berbasis masalah tipe MEA Y 1 = Sikap ilmiah siswa Y 2 = Hasil belajar ranah kognitif siswa (dimodifikasi dari Sugiyono, 2011: 45) Gambar 1. Hubungan antara dua variabel bebas dan dua variabel terikat

9 G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA terhadap sikap ilmiah siswa. 2. H O = Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA. H 1 = Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem imunitas antara yang diajar menggunaan model pembelajaran berbasis masalah tipe CPS dengan tipe MEA. 3. H O = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model CPS sama dengan siswa yang diajar menggunakan model MEA. H 1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model CPS lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model MEA.