BAB I. PENDAHULUAN. Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

Suster-suster Notre Dame

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND

PENANAMAN NILAI-NILAI SPIRITUALITAS ST. MAGDALENA SEBAGAI SALAH SATU PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PANGGILAN PARA NOVIS KONGREGASI SUSTER FDCC

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

Signum Fidei CARA HIDUP

BAB II. LANDASAN TEORI. Kepemimpinan Positif, Kinerja Kreatif anggota, dan Modal Psikologi. Kajian

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

Suster-suster Notre Dame

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

TRAINING BERTEMPAT DI GEREJA SESI 1 - Model Untuk Training Pelayanan

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan dapat bekerja dengan baik apabila memiliki kinerja yang tinggi

BAB IV PENUTUP. pembahasan tentang mengkritisi implementasi Ensiklik Evangelium Vitae

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

DEKRIT TENTANG PEMBAHARUAN DAN PENYESUAIAN HIDUP RELIGIUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengubah informasi menjadi pengetahuan (Gunawan, 2016).

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

Pendidikan Agama Kristen Protestan

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

BAB III ELABORASI TEMA. Tema yang diambil dalam proyek ini adalah Arsitektur Komunitas Religius.

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sosial masyarakat. Begitu juga bagi kalangan civitas

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

Suster-suster Notre Dame

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

Pdt. Gerry CJ Takaria

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

BAB I PENDAHULUAN. karyawan untuk mendapatkan kinerja terbaik. memikirkan bagaimana cara perusahaan beradaptasi dengan lingkungan yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) senantiasa harus dikembangkan

Menjadi seorang imam dalam Gereja Katolik berarti pula menjalani hidup. selibat, yaitu hidup tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan (O'Collins &

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam esensi pendidikan sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. angka-angka, target dan estimasi akan langsung muncul dipikiran kita saat

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I MENGENAL GEREJA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya terhadap 31 responden

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

BAB I PENDAHULUAN. Sebab tanpa memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, mustahil

BAB1 PENDAHULUAN. Sebuah entitas organisasi dibentuk bukan untuk mencapai tujuan pribadi individuindividu

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang terdiri dari tarekat religius dan tarekat sekuler), serikat hidup kerasulan, serta berbagai organisasi spiritual dan kelompok kategorial. Semua organisasi atau kelompok ini masing-masing hidup dengan spiritualitas tertentu dan membaktikan diri, melayani dalam Gereja dengan bentuk yang khas, baik itu melalui doa (kontemplatif), karya kerasulan aktif, ataupun campuran antara keduanya (vita mixta). Hidup bakti para religius adalah suatu cara hidup yang didasarkan pada teladan Kristus (kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan), melayani sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah nyata dalam dunia. Tarekat religius hidup bakti ini (Institute of Consecrated Life) dipersembahkan secara khusus untuk pelayanan terhadap Allah dan seluruh Gereja, maka ditempatkan di bawah otoritas tertinggi Gereja secara istimewa (KHK 590, art 1). Di samping itu, para religius atau kaum biarawan dan biarawati dituntut untuk menghidupi dengan setia hidup konsekrasi (terbakti) di dalam pelaksanaan misi organisasi yang sesuai dengan nilai-nilai budaya (karisma) dari organisasi atau kongregasi masing-masing. Para suster Figlie della Carita Canossiana (FdCC), adalah anggota organisasi tarekat atau kongregasi yang tergabung di dalam Gereja Katolik Roma yang dengan cara hidup yang khusus sebagai penghayatan nilai-nilai religius. 1

2 Para religius anggota kongregasi FdCC adalah bagian dari kaum beriman Kristiani dengan cara hidup khusus yakni menyerahkan diri sepenuhnya kepada panggilan Tuhan melalui Gereja-Nya melalui pengikraran tiga janji nasihat Injili atau kaul. Kitab Hukum Kanonik 207, artikel 2 menyatakan; Penyerahan diri tersebut merupakan kehendak bebas untuk menghidupi nasihat-nasihat injili dengan kaul-kaul atau ikatan suci yang diakui dan dikukuhkan Gereja, dengan caranya yang istimewa dibaktikan kepada Allah dan bermanfaat bagi perutusan keselamatan Gereja; status mereka, meskipun tidak menyangkut susunan hirarkis Gereja, adalah bagian dari kehidupan dan kekudusannya (Kartosiswoyo, Sekretariat MAWI, 1983). Ketiga nasihat Injil itu adalah kaul kemurnian (selibat/tidak menikah), kaul kemiskinan, dan kaul ketaatan. Pemenuhan penghayatan ketiga kaul tersebut dihidupi atau dijalankan di dalam sebuah komunitas yang menjadi tempat communion atau persatuan sesama anggota hidup bakti di dalam kongregasi FdCC (biasa disebut dengan nama Canossian) dengan bentuk spiritualitas dan karya yang khas dan menjadi perbedaan antara kongregasi yang satu dengan kongregasi yang lain. Dalam pelaksanaan hidup dengan ketiga janji di dalam organisasi keagamaan yang bernama kongregasi atau tarekat, selalu akan terjadi dinamika interaksi antara pimpinan dan anggota. Interaksi antara pimpinan dan para anggotanya merupakan upaya yang baik untuk menciptakan suasana pengabdian yang lebih berkenan kepada Tuhan (Prasetya, Psikologi Hidup Rohani, 1991). Pengikraran untuk menghidupi ketiga kaul diterima oleh pimpinan kongregasi ataupun keuskupan sebagai wakil pejabat Gereja Katolik (Prasetya,

3 Psikologi Hidup Rohani, 1991) dengan nilai-nilai iman yang dihidupi dalam kaitan relasi dengan pimpinan, baik dalam pengambilan keputusan-keputusan besar ataupun keputusan-keputusan sederhana. Keterikatan para anggota Kongregasi Canossian kepada pimpinan dalam konteks pelayanan kepada Gereja bukanlah satu paksaan, namun atas dasar kebebasan para anggota untuk terbuka dan taat. Para Suster Canossian menaati para pemimpin mereka dalam semangat iman dan kasih kepada kehendak Tuhan sesuai dengan peraturan dan konstitusi tarekat. Secara khusus melalui kaul ketaatan, seorang religius memberi diri dan kehendak yang bebas di dalam iman kepada para pimpinan mereka. Dalam Kitab Hukum Kanonik no.601 (Kartosiswoyo, Sekretariat MAWI, 1983) dinyatakan bahwa, Nasihat Injili ketaatan, yang diterima dalam semangat iman dan cintakasih dalam mengikuti jejak Kristus yang taat sampai mati, mewajibkan tunduk terhadap Pemimpin-pemimpin yang legitim, selaku wakil Allah, bila mereka memerintahkan sesuatu menurut konstitusi masing-masing. Kongregasi Canossian dalam artikel 76 Rule of Life, yang diakui Gereja, otoritas diberikan kepada para pimpinan yang sah demi persatuan dan vitalitas apostolic Institut/Kongregasi (FdCC, 1820). Dalam penyerahan diri demi suatu pengabdian yang tak bersyarat (RL #37), ketaatan para Suster Canossian memotivasi kebebasan dan keutuhan persembahan kehendak pribadi kepada Allah melalui para pimpinan (FdCC, 1820). Penghayatan bentuk atau corak hidup yang berdasarkan nilai-nilai iman atau religius ini dapat menunjukkan adanya pengaruh kepemimpinan terhadap

4 berbagai aspek hidup anggota kongregasi Canossian, khususnya dalam kaul ketaatan. Selain itu, prilaku Kinerja Kreatif anggota juga dipengaruhi oleh kepemimpinan dan segala kebijakannya. Pimpinan memiliki peranan untuk membangun situasi kondusif bagi para anggotanya untuk berkembang sehingga tujuan organisasi dapat tercapai termasuk bila inovasi tertentu dibutuhkan dalam kongregasi. Berdasarkan pendapat dari Amabile (Gupta, 2014), kreativitas anggota dapat didefinisikan sebagai produksi ide-ide baru dan berguna bagi produk organisasi, layanan atau proses yang telah ditemukan secara mendasar memiliki kontribusi inovasi bagi organisasi, efektifitas dan kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kemampuan anggota/bawahan untuk menciptakan atau berinovasi bukan tergantung hanya dari karakteristik individu itu sendiri, namun juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja, termasuk di dalamnya adalah pengaruh peranan para pemimpin. Kinerja Kreatif dibutuhkan di dalam penghayatan kehidupan para religius, secara khusus dalam kaitan dengan aneka macam karya atau tanggung jawab yang diemban oleh para anggota tarekat yang dipercayakan oleh para pimpinan masing-masing. Pemimpin cenderung memiliki dampak yang kuat dan paling langsung pada persepsi bawahan. Pada artikel 76, Rule of Life, Para pemimpin di dalam Kongregasi Canossian yang dipercayakan menjalankan tugas dalam kepemimpinan, melakukan pelayanan dalam persatuan sebagai bentuk gaya kepemimpinan yang khas (FdCC, 1820).

5 Kitab Hukum Kanonik pada artikel 633 dan juga Rule of Life artikel 79 menyatakan bahwa Karakteristik para pemimpin setiap kongregasi, termasuk kongregasi Canossian, melaksanakan tugasnya sebagai pelayanan yang mengembangkan cinta kasih dalam semangat Kristus Tersalib. Menarik inspirasi dari eklesiologi persekutuan, mendampingi para anggota dalam kesetiaan kepada nilai budaya kongregasi (kharisma dan spiritualitas kongregasi) sebagai badan organisasi dan memajukan suatu gaya partisipasi yang bertanggung jawab demi kebaikan seluruh tarekat atau organisasi (Kartosiswoyo, Sekretariat MAWI, 1983). Kepemimpinan begitu penting bagi masyarakat, diibaratkan seperti oksigen yang tanpanya masyarakat dapat binasa (Azu Kalu Oko, Mcasson, FIIA, 2015). Para pemimpin memiliki kecenderungan yang kuat sekali untuk mempengaruhi anggota atau bawahannya. Gaya kepemimpinan yang menciptakan suasana yang positif dan mendorong lahirnya inspirasi pribadi melalui relasi merupakan hal penting yang mampu menghasilkan ide-ide yang kreatif bagi anggota dalam organisasi. Dengan alasan inilah penulis mengajukan sebuah kesimpulan sementara bahwa wawasan yang paling penting dari penelitian tentang kepemimpinan dan kreativitas adalah gaya kepemimpinan yang mempengaruhi iklim atau konteks yang mendukung kreativitas para anggotanya. Konteks penelitian pada organisasi berafiliasi agama dan nilai-nilai khusus dalam hidup religius ini diteliti untuk melihat adanya hubungan antara Kepemimpinan Positif dan Kinerja Kreatif anggota tarekat Canossian dan Modal

6 Psikologi sebagai variabel mediasi. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, ditunjukkan adanya pengaruh positif bagi kinerja para pimpinan yang memiliki Modal Psikologi yang tinggi dapat memberi pengaruh positif pula bagi peningkatan performance Kinerja Kreatif anggota (Gupta, 2014). Kepemimpinan Positif adalah strategi kepemimpinan yang membantu organisasi dan pemimpin (di semua tingkatan dalam organisasi) unggul di bawah tekanan. Kepemimpinan Positif mirip dengan strategi bisnis untuk mendorong tingkat yang lebih tinggi dari kinerja seluruh organisasi. Kepemimpinan Positif berfokus pada relasi, bukan hanya sekedar pada peranan. Kepemimpinan Positif menggiring orang bersama-sama menuju tujuan bersama dan memberdayakan mereka untuk meningkatkan dan menciptakan nilai bagi seluruh stakeholder. Mereka yang memeluk Kepemimpinan Positif adalah individu otentik dan penuh gairah yang karyanya dibentuk 'berdasarkan nilai' fundamental yang kuat. Penelitian telah menunjukkan bahwa organisasiorganisasi yang digerakkan oleh nilai fundamental yang kuat mampu meningkatkan prospek kinerja yang tinggi. Organisasi yang berani mengambil kesulitan dapat memastikan bahwa nilai yang disebarkan secara luas adalah mereka yang paling mungkin untuk mencapai jangka panjang keberlanjutan komersial dan sosial. Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi kekuatan positif di tempat kerja atau masyarakat. Pemimpin yang positif secara konsisten sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka untuk membangun sesuatu yang dapat mengembangkan dunia mereka.

7 Para pemimpin yang memahami Kepemimpinan Positif mampu membuat impian atau cita-cita yang ingin dicapai oleh orang lain, melahirkan semangat yang menggerakan orang lain untuk berbuat sesuatu demi impian tersebut. Di dalam proses Kepemimpinan Positif, ada karakter pribadi yang berintegritas, memiliki kepercayaan diri, mampu bekerja dan membangun tim, mengelola perubahan dan juga memiliki pemikiran analitis sehingga mampu mempengaruhi orang lain. Visi organisasi menjadi tujuan masa depan yang meningkatkan kinerja, mampu menghadapi tekanan karena memiliki ketangguhan mental dan kemampuan untuk mengendalikan stress, motivasi dan keyakinan diri (Carolyn, 2013). Avolio & Gardner menyatakan bahwa Kepemimpinan Positif menjadi asal dari pendekatan konsep kepemimpinan otentik, misalnya karismatik, transformasional, dan kepempimpinan etis (Aisha Zubair, 2015). Luthans et al., menyatakan bahwa Konstruk utama lainnya dari penelitian ini adalah Modal Psikologis (PsyCap) yang dianggap sebagai bagian dari pengembangan psikologis positif individu (Gupta, 2014) dan terdiri dari komponen dasar dari self-efficacy, optimisme, harapan, dan ketahanan. PsyCap/Modal Psikologi dianggap sebagai inti dalam membangun tatanan yang lebih tinggi yang mengintegrasikan kapasitas berbagai perilaku organisasi positif kriteria-pertemuan, tidak hanya additively tetapi juga secara sinergis (Gupta, 2014).

8 Berangkat dari analisis di atas/tersebut, melalui tulisan ini penulis memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara kepemimpinan terhadap Kinerja Kreatif para anggota tarekat/kongregasi FdCC dengan Modal Psikologi sebagai variabel mediasi. Dengan konteks penelitian di institusi atau organisasi berafiliasi agama, peneliti berasumsi bahwa organisasi demikian sangat menekankan dan memprioritaskan implementasi nilai-nilai agama yang terintegrasi dalam visi misi dan program kerja organisasi. Tujuannya agar anggota kongregasi Canossian dapat memenuhi kebutuhan karya di dalam zaman dewasa ini dan mampu bertransformasi sesuai dengan nilai dan prilaku organisasi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini mengkaji hubungan antara kepemimpinan terhadap kinerja kreativitas para anggota tarekat hidup bakti dengan Modal Psikologi sebagai variabel mediasi. 1. Bagaimana pengaruh Kepemimpinan Positif terhadap Kinerja Kreatif para anggota organisasi Kongregasi FdCC? 2. Bagaimana Kepemimpinan Positif berpengaruh terhadap Modal Psikologi para anggota kongregasi FdCC? 3. Bagaimana Modal Psikologi berpengaruh terhadap Kinerja Kreatif anggota organisasi Kongregasi FdCC? 4. Apakah Modal Psikologi memediasi pengaruh Kepemimpinan Positif terhadap Kinerja Kreatif anggota organisasi Kongregasi FdCC?

9 1.3. Batasan Masalah Berikut ini adalah batasan-batasan identifikasi masalah dalam upaya untuk mempersempit konsistensi penggunaan konsep dalam penelitian ini, maka peneliti memberi pembatasan sebagai berikut ; 1. Kepemimpinan Positif dalam hidup para anggota tarekat hidup bakti menjadi pilihan peneliti. Prilaku kepemimpinan dapat memberikan pengaruh kepada pengembangan psikologi positif para anggota yang berkaitan dengan self-efficacy, harapan, optimisme, dan daya tahan/ resilience. Para anggota tarekat hidup bakti memilih cara hidup yang selalu berelasi dengan para pemimpinnya sebagai bentuk penyerahan diri dan kesatuan hati dalam meraih visi dan misi kongregasi sebagai organisasi dimana para anggota dan para pemimpin terikat. Kepemimpinan positif didefiniskan sebagai sifat, proses, dan perilaku disengaja yang sistematis dan terintegrasi dan merupakan manifestasi dan hasil kinerja yang meningkat, memberi hasil yang luar biasa dan afirmasi dari kekuatan, kemampuan dan potensi perkembangan pemimpin, para pengikutnya dan organisasi itu sendiri dari waktu ke waktu dan sesuai dengan konteksnya 2. Menurut Amabile, Barsage, Mueller, & Staw (Gupta, 2014), Kreativitas adalah proses "hadirnya ide-ide segar untuk mengubah produk, jasa, dan proses sehingga lebih baik mencapai tujuan organisasi". George & Zhou berpendapat, dalam konteks tempat kerja, kreativitas berkaitan dengan penerapan ide-ide baru dan original yang

10 sesuai dengan fungsi dan resolusi mengenai metode, teknik, dan prosedur (Gupta, 2014). Selain itu, menurut Amabile (Gupta, 2014) kreativitas adalah fondasi atau dasar baru dalam organisasi, menjadi komponen penting hampir untuk semua pekerjaan, dan komponen dasar dari daya saing organisasi dan keunggulan (competitiveness). Kreatifitas menjadi sebuah nilai (value) bagi semua organisasi dan sangat memberi pengaruh bagi performance anggota. 3. Kinerja Kreatif anggota kongregasi Canossian menjadi bagian dari hidup anggota dalam kaitannya dengan cara hidup secara khusus dalam kegiatan berkarya di manapun anggota diutus oleh para pimpinan. 4. Modal Psikologi adalah tingkat positif psikologi individu yang berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan modal sosial yang dimiliki oleh individu, yaitu anggota organisasi. Psikologi positif yang dimiliki para anggota membantu mereka untuk menyadari secara penuh potensi yang ada pada diri sendiri dan untuk menjalani hidup dengan penuh makna. Konsep Modal Psikologi berfokus pada kekuatan dan nilai-nilai kebajikan yang mempengaruhi produktivitas anggota organisasi dalam menyelesaikan tugas atau mandat yang dipercayakan oleh para pimpinan, sehingga diharapkan dapat memberi kebaikan/benefit bagi organisasi. 5. Anggota organisasi adalah para anggota tarekat kongregasi FdCC (Canossian) di dalam Gereja Katolik Roma yang memberi diri secara total dengan cara hidup yang diikrarkan dengan tiga janji/kaul

11 diantaranya Ketaatan kepada Tuhan melalui kebijakan para pemimpin. Para subyek penelitian ini adalah para Suster Canossian dari 8 komunitas atau biara Canossian yang ada di Indonesia, yang aktif dalam aneka karya yang dipercayakan kepada mereka oleh para pimpinan. 6. Kata tarekat atau Kongregasi FdCC (Canossian) adalah organisasi dimana para Suster Canossian menjadi anggota dan menjalankan hidup mereka baik melalui doa, hidup berkomunitas, maupun karya kerasulan sesuai dengan visi dan misi kongregasi. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penulisan ini adalah menguji : 1. Pengaruh Kepemimpinan Positif terhadap Kinerja Kreatif pada anggota organisasi Kongregasi FdCC. 2. Pengaruh Kepemimpinan Positif terhadap Modal Psikologi pada anggota organisasi Kongregasi FdCC. 3. Pengaruh Modal Psikologi terhadap Kinerja Kreatif pada anggota organisasi Kongregasi FdCC. 4. Pengaruh Modal Psikologi sebagai variabel pemediasi Kepemimpinan Positif terhadap Kinerja Kreatif anggota organisasi.

12 1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, dapat ditunjukkan pengaruh positif kepemimpinan dalam hubungannya dengan Kinerja Kreatif anggota tarekat hidup bakti, maka manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut : 1. Penelitian ini dapat bermanfaat secara managerial dengan memberikan masukan bagi pihak pimpinan dari berbagai kongregasi, khususnya Kongregasi Canossian untuk menciptakan situasi atau lingkungan yang membuat anggota semakin kreatif dan berani berkembang dengan ideide baru yang diperlukan di dalam setiap tugas/mandat yang dipercayakan kepada mereka dalam kesadaran dan penghayatan akan kaul-kaul yang mereka ikrarkan secara khusus kaul ketaatan. 2. Penelitian ini juga dapat membantu para Suster Canossian untuk tetap menghayati ketiga kaul yang mereka ikrarkan sebagai tanda penyerahan diri tanpa bersikap sempit memandang ketaatan yang diberikan oleh para pemimpin, namun tetap kreatif sesuai dengan kebutuhan. 3. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis dengan menyumbangkan temuan empiris bahwa kepemimpinan memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Kreatif para anggotanya, dan juga Modal Psikologi yang diperlukan oleh kedua pihak, baik para pemimpin maupun para anggota organisasi. 4. Penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis untuk organisasiorganisasi di Indonesia, termasuk organisasi keagamaan seperti

13 kongregasi atau tarekat hidup bakti dengan melihat adanya pengaruh Kepemimpinan Positif terhadap peningkatan Kinerja Kreatif anggotanya.