Executive Summary Laporan Kondisi Cuaca di Wilayah Sumatera Barat dan Sekitarnya tanggal 16-22 September 2009 1. KO DISI CUACA UMUM Berdasarkan data-data udara permukaan yang berhasil dihimpun melalui CCU, menunjukkan bahwa dalam beberapa minggu terakhir di bulan September 2009 ini, wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya mengalami pola instabilitas udara yang sangat kuat. Peristiwa ini disebabkan oleh munculnya pola tekanan udara rendah yang berada di Samudera Indonesia sebelah barat Sumatera. Kemunculan pola tekanan udara rendah di sekitar wilayah Sumatera bagian barat sangat mempengaruhi stabilitas cuaca di wilayah tersebut. Tercatat pola tekanan udara rendah muncul pada tanggal 15-17 September 2009 (Gambar 1). Kondisi ini diyakini disebabkan oleh kemunculan sebuah Typhoon dan Tropical Storm (TS) sebelah utara wilayah Kepulauan Indonesia. Kemunculan Typhoon CHOI-WAN dengan kecepatan mencapai 100 knot di sekitar wilayah Taiwan serta TS KOPPU di atas wilayah Taiwan antara tanggal 15-17 September 2009, menarik massa udara yang berasal dari wilayah Kepulauan Indonesia. Kondisi in mnagkibatkan instabilitas atmosfer di wilayah Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya. Gambar 1. Analisis Gradien Angin tanggal 15 September 2009 (Sumber : CCU1 / Bom Australia) 1
Hasil analisis menyebutkan bahwa kemunculan pola tekanan rendah tersebut menyebabkan munculnya pola konvergensi yang memanjang dari wilayah utara hingga barat Pulau Sumatera. Sehingga intensitas curah hujan pada periode antara tanggal 17-18 Sepetember 2009 relatif cukup tinggi. Pada Gambar 2, intensitas curah hujan tanggal 17 September 2009 mencapai 85.5 mm. Sedangkan pada tanggal 18 September 2009 cenderung menurun mancapai 33.4 mm. Hingga seiring dengan berjalannya waktu intensitas curah hujan antara tanggal 19-22 Sepetember 2009 semakin berkurang. Hal ini tentu sangat berkorelasi seiring dengan hilangnya keberadaan TC CHOI-WAN pada tanggal 18 Sepetember 2009 dan TS KOPPU yang hanya bertahan hidup dalam waktu satu hari. Intensitas Curah Hujan di SPAG 13-22 September 2009 CH Observasi (mm) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 9/13/2009 9/14/2009 9/15/2009 9/16/2009 9/17/2009 9/18/2009 9/19/2009 9/20/2009 9/21/2009 9/22/2009 Gambar 2. Intensitas Curah Hujan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang Sumatera Barat 2. POLA TEKA A UDARA Munculnya pola instablitas di wilayah Indonesia, sebenarnya sangat terkait erat dengan kemunculan pola tekanan rendah yang snagat berpotensi di dalam pembentukan awan dan hujan. Berdasarkan pantauan melalui jaringan CCU1 BMKG yang dihimpun berdasarkan analisis Bureau of Meteorology (BoM) Autsralia, memperlihatkan bahwa kemunculan pola tekanan rendah sangat mendominasi di sekitar Laut Cina Timur hingga sebelah tenggara Jepang. Hal ini secara fisis menyebabkan massa udara di sekitar Kepulauan Indonesia mengalami dorongan yang teramat kuat sehingga pertemuan massa udara yang berasal dari wilayah barat dan timur saling bertemu. Kondisi ini menghasilkan arus konvergensi yang kuat khususnya di wilayah Pulau Sumatera dan sekitarnya (Lihat Gambar 3). 2
Gambar 3. Pola Tekanan Udara dan Gradien Angin tgl 17 September 2009 (Sumber : CCU1 / Bom Australia) 3
3. SUHU PERMUKAA LAUT Berdasarkan data yang dihimpun setiap minggu dari analisis Bureau of Meteorology (BoM) Autsralia, menunjukkan bahwa kecenderungan suhu permukaan laut di sekitar Laut Cina Timur hingga sekitar Taiwan mancapai diatas 25 o C antara minggu ke 1 hingga 3 bulan September 2009. Kondisi ini diyakini akan mempercepat pembentukan siklon di sekitar wilayah tersebut. Hal ini dapat ditunjukkan dengan terbentuknya Typhoon CHOI- WAN serta TS KOPPU di wilayah Laut Cina Timur dan di atas Taiwan (Gambar 4). 4
Gambar 4. Kondisi Suhu Permukaan Laut Mingguan Tgl 6-13-20 Sepetember 2009 (Sumber : CCU1 / Bom Australia) 4. CITRA SATELIT Adapun berdasarkan pantauan satelit Infra Red (IR) tanggal 13 September 2009, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar wilayah Pulau Sumatera bagian utara diliputi oleh awan-awan cumulunimbous. Disamping itu pertumbuhan sel-sel siklon tropis tampak berpusat di sekitar Taiwan dan Laut Cina Timur. Memasuki tanggal 17 September 2009, pada Gambar 5 tampak konsentrasi awan tampak mulai memanjang mulai dari arah utara hingga barat Pulau Sumatera. Hal ini seiring dengan terbentuknya pola konvergensi di atas wilayah Sumatera, yang membentuk pertemuan massa udara dan mendorong terbentuknya updraft sehingga berpeluang di dalam pembentukan awan-awan konvektif. Memasuki tanggal 17 Sepetember 2009, TS KOPPU tampak telah musnah, sedangkan TC CHOI-WAN masih menunjukkan aktivitasnya dan bergerak menuju arah barat laut di sebelah selatan Jepang. Hingga tanggal 21 Sepetember 2009, keberadaan TC CHOI-WAN telah mengalami masa kepunahan. 5
TS KOPPU TC CHOI-WA Gambar 5. Citra satelit IR tanggal 13 dan 17 September 2009 (Sumber : CCU1 / Bom Australia) 5. PROSPEK Hingga memasuki tanggal 23 September 2009, tampaknya aktivitas cuaca ekstrim akan sedikit menurun. Hal ini ditandai dengan sudah menghilangnya keberadaan TS Koppu dan Thypon CHOI-Wan di sebelah timur laut wilayah Kepulauan Indonesia. Namun kondisi ini selayaknya harus tetap diwaspadai dengan masih hangatnya suhu permukaan laut di sekitar wilayah Samudera Pasifik yang akan memicu terbentuknya pola tekanan rendah yang berpotensi terhadap pembentukan Siklon Tropis. Pembentukan siklon tropis secara fisis akan memicu pola tekanan rendah khususnya di wilayah Sumatera, disamping itu pertemuan dua arus massa udara akan mempercepat pertumbuhan arus konvergensi di sekitar wilayah tersebut. Hujan mulai dari intensitas ringan hingga sedang dapat terjadi di sekitar wilayah Sumatera termasuk Sumatera barat, dikarenakan anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera masih bernilai positif. ---000--- 6