BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang


BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan


BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah menjadikan setiap

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BPS KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah, dan kurang melibatkannya stakeholder di daerah. Kondisi

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

DAMPAK PERKEMBANGAN INDUSTRI BESAR TERHADAP SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TUGAS AKHIR. Oleh: RIZKI OKTARINDA L2D

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Kalimantan Timur. Lembuswana

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini masih dalam proses pembangunan disegala bidang baik dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam suatu negara atau pun daerah. Menurut Mankiw (2014),

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pelaksanaan pembangunan ekonomi menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera, salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus mampu menerapkan kebijakan ekonomi yang tepat sehingga dapat mendorong masyarakat untuk ikut serta berperan dalam proses pembangunan (Arsyad, 2010:11). Konsep pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi merupakan salah satu perantara menuju proses pembangunan yang dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih maju dan berkualitas. Dengan kata lain, proses industrialisasi merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat dengan memperluas kesempatan bekerja bagi masyarakat (Arsyad, 2010:441). Sektor industri adalah sektor yang diharapkan dapat menjadi sektor pemimpin (leading sektor). Dalam kaitannya dengan keberhasilan sebuah pembangunan yaitu dengan adanya pembangunan industri, maka diharapkan dapat mendorong pembangunan sektor-sektor lainnnya dan mampu memberikan peluang kerja untuk menekan tingginya pengangguran (Arsyad, 2010.442). Sejalan dengan hal itu, sektor industri pengolahan mempunyai peranan penting yaitu sebagai sektor pemimpin (Indrianti dkk, 2011). 1

Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah satu Provinsi yang mendorong sektor industri pengolahan agar dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Apabila sektor industri pengolahan berhasil dikembangkan, maka sektor industri pengolahan akan memberi kontribusi yang sangat besar dalam mewujudkan perekonomian yang lebih maju dan berkualitas. Adapun hasil dari upaya yang telah dilakukan untuk mendorong sektor industri pengolahan di Provinsi Kalimantan Utara, sebagai berikut: 50 40 30 20 10 0 10 Laju Pertumbuhan Produksi Pengolahan pada Mikro dan Kecil di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2016 (Persen) 35,1 30,29 6,52 16,35 16,6 38,19 21,18 Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 4,84 2015 2016 Grafik 1 Laju Pertumbuhan Produksi Pengolahan pada Mikro dan Kecil di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2016 (Persen) Catatan: Tahun Rata-rata Laju Pertumbuhan Peringkat Rata-rata Laju Pertumbuhan Produksi (Persen) Produksi Menurut Provinsi di Indonesia 2015 9,87 10 2016 29,98 1 Sumber: BPS Indonesia, 2017 (data diolah) Berdasarkan grafik diatas, laju pertumbuhan produksi industri pengolahan pada industri mikro dan kecil menurut triwulan cenderung mengalami kenaikan ditahun 2015. Rata rata laju pertumbuhan produksi industri pengolahan pada industri mikro dan kecil sebesar 9,87 persen. Rata-rata laju pertumbuhan produksi industri pengolahan pada industri mikro dan kecil tersebut menduduki peringkat 2

10 dari 35 Provinsi di Indonesia. Lain halnya dengan laju pertumbuhan produksi industri pengolahan pada industri mikro dan kecil di tahun 2016. Laju pertumbuhan produksi industri pengolahan pada industri mikro dan kecil menurut triwulan cenderung mengalami penurunan di tahun 2016. Walaupun laju pertumbuhan produksi industri pengolahan pada industri mikro dan kecil cenderung mengalami penurunan, rata-rata laju pertumbuhan produksi industri pengolahan pada industri mikro dan kecil menduduki peringkat 1 dari 35 Provinsi di Indonesia. Rata-rata laju pertumbuhan produksi industri pengolahan pada industri mikro dan kecil tersebut sebesar 29,98 persen. Sehubungan dengan hal itu, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB pada masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun ke tahun mengalami pengingkatan. Adapun PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh sektor industri pengolahan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2015, sebagai berikut: PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada Sektor industri Pengolahan Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Utara Tahun 2015 (Dalam Juta Rupiah) 2.500.000,00 2.222.995,68 2.000.000,00 1.500.000,00 1.000.000,00 1.240.744,00 1.094.099,70 500.000,00 0,00 164.833,86 7.248,65 Bulungan Malinau Nunukan Tana tidung Tarakan Grafik 2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada Sektor Pengolahan Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015 (Dalam Juta Rupiah) 3

Catatan: Kabupaten/ Kota Persentase Kontribusi Sektor Pengolahan Status Kontribusi Total PDRB Bulungan 12.89% Terbesar ketiga 9,626,864.30 Malinau 2.56% Terbesar ketujuh 6,431,010.98 Nunukan 9.02% Terbesar ketiga 12,133,264.80 Tana tidung 8.53% Terbesar ketiga 85,014.64 Tarakan 13,30% Terbesar ketiga 16,718,491.22 Sumber: BPS Kalimantan Utara, 2017 (data diolah) Kabupaten/Kota yang menghasilkan nilai PDRB tertinggi pada sektor industri pengolahan yaitu Kota Tarakan. Nilai PDRB Kota Tarakan sebanyak 2.222.995,68 rupiah dengan total PDRB sebanyak 16.718.491,22 rupiah. Persentase kontribusi sektor industri pengolahan di Kota Tarakan menempati urutan ketiga penyumbang terbesar dari sektor lainnya yaitu sebesar 13,30 persen. Nilai PDRB yang dihasilkan sektor industri pengolahan di Kabupaten Bulungan menempati urutan kedua yaitu sebanyak 1.240.744,00 rupiah dengan total PDRB sebanyak 9.626.864,30 rupiah.. Persentase kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bulungan menempati urutan ketiga penyumbang terbesar dari sektor lainnya yaitu sebesar 12,89 persen. Lain halnya dengan nilai PDRB yang di hasilkan sektor industri pengolahan Kabupaten Nunukan yaitu sebanyak 1.094.099,70 rupiah dengan total PDRB sebanyak 12.133.264,80 rupiah. Selain itu, persentase kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Nunukan menempati urutan ketiga penyumbang terbesar dari sektor lainnya yaitu sebesar 9,02 persen. Sedangkan nilai PDRB pada sektor industri pengolahan yang menempati urutan keempat dan kelima yaitu Kabupaten Malinau dan Tana Tidung. 4

Kota tarakan membagi beberapa jenis industri pengolahan, diantaranya: Kecil, Menengah, dan Besar. Selain berkontribusi sebagai penyumbang PDRB, sektor industri pengolahan juga membantu dalam mengurangi jumlah pengangguran. Sektor industri pengolahan memiliki peluang yang menjanjikan dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Tarakan yang setiap tahunnya melahirkan sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Sejalan dengan hal itu, sektor industri pengolahan di Kota Tarakan dari tahun ke tahun selalu dikembangkan dengan memanfaatkan setiap potensi yang dimiliki (data terlampir). Apabila sektor industri pengolahan berhasil dikembangkan, maka sektor industri pengolahan akan memberi kontribusi yang sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja. Kontribusi masingmasing jenis industri pengolahan di Kota Tarakan tahun 2014-2015, sebagai berikut: Kontribusi Pengolahan Kota Tarakan Tahun 2014 Kontribusi Pengolahan Kota Tarakan Tahun 2015 Meneng ah 6% Besar 3% Menen gah 7% Besar 3% Kecil 91% Kecil 90% Grafik 3 Kontribusi Masing-masing Jenis Pengolahan di Kota Tarakan Tahun 2014-2015 Sumber: Data dalam Angka Kota Tarakan, 2016 (data diolah) 5

Persentase kontribusi terbesar menurut jenis industri pengolahan di Kota Tarakan tahun 2014-2015 adalah industri kecil. Rata-rata persentase kontribusi industri kecil di Kota Tarakan sebesar 90,50 persen. Sedangkan rata-rata persentase kontribusi industri menengah dan industri besar, masing-masing sebesar 6,5 persen dan 3 persen. Dengan kata lain, industri kecil di Kota Tarakan lebih dominan dalam jumlah unit usaha di banding industri menengah dan besar. Walaupun industri kecil dominan dalam jumlah unit usaha, industri kecil tidak banyak menyerap tenaga kerja. Lain halnya dengan Besar di Kota Tarakan, industri besar tidak dominan dalam jumlah unit usaha tetapi menyerap banyak tenaga kerja (data terlampir). Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak industri pengolahan di Kota Tarakan juga intensif dalam menggunakan sumber daya alam lokal. Pertumbuhan industri pengolahan akan menimbulkan dampak positif terhadap pengurangan jumlah pengangguran, pengurangan kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di perkotaan. Investasi yang diberikan untuk masing-masing jenis industri pengolahan di Kota Tarakan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan (data terlampir). Kenaikan investasi pada masing-masing jenis industri pengolahan diharapkan dapat meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan permintaan agregat akan membawa perubahan pada kapasitas produksi suatu perekonomian. Dengan bertambahnya kapasitas produksi industri pengolahan pada industri kecil menengah di Kota Tarakan, maka diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Adapun nilai investasi untuk masing-masing jenis industri pengolahan di Kota Tarakan tahun 2014-2015, sebagai berikut: 6

Investasi Masing-masing Pengolaan di Kota Tarakan Tahun 2014-2015 Rp90.246.310,00 Kecil Menengah Rp149.822.567,0 0 Besar Rp120.446.894,0 0 Rp200.000.788,0 0 2014 2015 Grafik 4 Investasi untuk Masing-masing Jenis Pengolahan di Kota Tarakan Tahun 2014-2015 Sumber: Data dalam Angka Kota Tarakan, 2016 (data diolah) Investasi untuk industri kecil menengah mengalami kenaikan dari tahun 2014-2015. Kenaikan investasi untuk industri kecil menengah sebanyak 30.200.584 rupiah sehingga menjadi 120.446.894 rupiah di tahun 2015. Kenaikan investasi juga terjadi pada industri besar yaitu sebanyak 50.178.221 rupiah sehingga menjadi 200.000.788 rupiah di tahun 2015. Sehubungan dengan latar belakang diatas, penelitian ini menganalisis pengaruh beberapa variabel penentu dalam upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja melalui industri kecil menengah di Kota Tarakan. Adapun beberapa variabel yang digunakan yaitu laju pertumbuhan ekonomi, unit usaha industri, dan investasi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Unit Usaha, dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Kecil Menengah di Kota Tarakan Tahun 2002-2015. 7

1.2 Rumusan Masalah Sektor industri pengolahan di Kota Tarakan dibagi menjadi 3 jenis industri, diantaranya industri kecil, industri menengah dan industri besar. Berdasarkan jumlah unit usaha, industri kecil dan menengah di Kota Tarakan lebih dominan dibandingkan dengan industri besar. Selain dominan dalam jumlah unit usaha, investasi untuk industri kecil menengah di Kota Tarakan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, permasalahan yang terjadi pada industri kecil menengah yaitu tenaga kerja yang terserap oleh industri kecil menengah di Kota Tarakan relatif masih sedikit. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menganalisis pengaruh variabel-variabel penentu dalam upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja pada industri kecil menengah di Kota Tarakan. Variabel-variabel penentu tersebut diantaranya laju pertumbuhan ekonomi, unit usaha dan investasi. 1.4 Manfaat Penelitian Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain: a. Bagi Penulis Memahami pengaruh laju pertumbuhan ekonomi, unit usaha, dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil menengah di Kota Tarakan tahun 2002-2015. 8

b. Bagi Instansi Pemerintah Sebagai salah satu bahan masukan bagi kebijakan ketenagakerjaan di wilayah pemerintah Kota Tarakan. c. Bagi Umum Memberikan tambahan informasi dan referensi kepada masyarakat tentang pengaruh laju pertumbuhan ekonomi, unit usaha, dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil menengah di Kota Tarakan tahun 2002-2015. 9

1.5 Kerangka Pemikiran Pembangunan Ekonomi Pembangunan Pengolahan Pada Kecil Menengah di Kota Tarakan Kontribusi Menyerap Tenaga Kerja Meningkatkan Nilai PDRB Tujuan Penelitian Pertumbuhan Ekonomi (X1) Unit Usaha (X2) Penyerapan Tenaga Kerja Pada Kecil Menengah (Y) Investasi (X3) Analisis Regresi Berganda Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Gambar 1 Kerangka Pemikiran 10