BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Kasus HIV-

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB VI PEMBAHASAN. dikaitkan dengan tujuan penelitian maupun penelitian terdahulu.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. Jumlah penderita HIV/AIDS menurut WHO 2014 di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran atau ekspresi dimana terdapat keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi seseorang dapat diukur dengan menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung meliputi antropometri, pemeriksaan klinis, biokimia dan biofisik. Pengukuran tidak langsung meliputi survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh kita untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita mulai lemah, maka timbullah masalah kesehatan. Gejala yang umumnya timbul antara lain demam, batuk, atau diare yang terus menerus. Kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) (Paisen Berdaya, 2009). Sebuah penelitian menyatakan bahwa status gizi orang yang terinfeksi HIV/AIDS dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor demografi, faktor klinik, dan dietary intake. Dimana faktor demografi meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan (Mariz et.al, 2011). 1

Memburuknya status gizi merupakan risiko tertinggi penyakit ini. Gangguan gizi pada pasien AIDS umumnya terlihat pada penurunan berat badan. Ada dua tipe penurunan BB pada AIDS, yaitu penurunan berat badan yang lambat dan yang cepat. Penurunan berat badan yang cepat sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik. Penurunan berat badan lebih dari 20% BB sulit diperbaiki dan sering mempunyai prognosa yang buruk. (Penuntun Diet, 2008) Terapi Antiretroviral (ARV) telah terbukti secara bermakna menurunkan angka kematian dan kesakitan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu dibutuhkan adherens yang merupakan bentuk sikap dan perilaku yang mempengaruhi seseorang untuk patuh terhadap konsumsi obat (Pallela 1988, dalam Okki dkk 2010). Menurut Komisi Penanggulangan AIDS tahun 2010 perkembangan epidemi yang meningkat di awal tahun 2000an telah ditanggapi dengan keluarnya Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006 yang mengamanatkan perlunya intensifikasi penanggulangan AIDS di Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi yang berkembang paling cepat (UNAIDS, 2008). Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa pada tahun 2008 terjadi laju peningkatan kasus baru AIDS yang semakin cepat terutama dalam 3 tahun terakhir ini. Berdasarkan laporan situasi perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia sepuluh tahun terakhir sampai dengan 30 juni 2011, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 26.483 kasus 2

AIDS yang berasal dari 33 provinsi. Tidak satu provinsipun yang luput. Kasus yang terbanyak terdapat di DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, DIY, Sulawesi Utara, Sumatera Utara. Kasus tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (46,4%), kelompok umur 30-39 (31,5%), kelompok umur 40-49 tahun (9,8%). Sedangkan cara penularan kasus AIDS kumulatif dilaporkan melalui hubungan seks heteroseksual (54,8%), Injecting Drug User atau IDU (36.2%), hubungan seks sesama lelaki (2,9%), dan parinatal (2,8%). (Aku Bangga Aku Tahu,2012) Sedangkan data pada profil kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa Papua memiliki angka tertinggi yang menyumbang kasus HIV/AIDS yaitu sebesar 6014orang kasus baru, serta mengikuti di peringkat kedua yaitu DKI Jakarta sebanyak 1122 orang kasus baru (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010). 1.2 Identifikasi Masalah Sebuah penelitian menyatakan bahwa status gizi orang terinfeksi HIV/AIDS dapat dipengaruhi oleh faktor biologi, faktor demografi, faktor perilaku, dan faktor klinik (Supariasa, 2001). Penelitian lain menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perubahan pada tubuh seorang pasien HIV/AIDS yaitu faktor demografi, faktor klinik, dan dietary intake. Dimana faktor demografi meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan. (Mariz et.al, 2011). 3

Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin mengetahui hubungan karakteristik, tingkat pengetahuan gizi, serta konsumsi ARV terhadap status gizi ODHA di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat. 1.3 Pembatassan Masalah Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada ODHA, namun karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka dalam kesempatan ini peneliti hanya mengambil beberapa variabel di antaranya karakteristik, pengetahuan gizi serta kepatuhan konsumsi ARV terhadap status gizi ODHA di wilayah Puskesmas Kecamatan Sawah Besar. 1.4 Rumusan Masalah Bagaimana hubungan karakteristik, pengetahuan gizi, serta kepatuhan konsumsi ARV terhadap status gizi ODHA di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat. 1.5 Tujuan 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan gizi, serta konsumsi ARV terhadap status gizi ODHA di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat. 4

1.5.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik (jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan). 2. Menilai tingkat pengetahuan ODHA mengenai makanan HIV/AIDS dan GIZI. 3. Mengidentifikasi kepatuhan konsumsi ARV. 4. Mengidentifikasi status gizi ODHA. 5. Menganalisis karakteristik (jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan) dengan status gizi. 6. Menganalisis hubungan antara tingkat kepatuhan konsumsi ARV dengan status Gizi. 7. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi ODHA. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peneliti Peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam merencanakan serta melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Esa Unggul Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Gizi. 5

1.6.2 Bagi Responden Sebagai referensi tambahan dan informasi kepada responden mengenai hubungan karakteristik, tingkat pengetahuan gizi, serta konsumsi ARV terhadap status gizi ODHA di wilayah Jakarta Pusat. 1.6.3 Bagi Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Dapat dijadikan sebagai informasi mengenai karakteristik, tingkat pengetahuan serta konsumsi ARV terhadapat status gizi ODHA. 1.6.4 Bagi Institusi Dapat dijadikan sebgai bahan referensi atau daftar bacaan untuk penelitian selanjutnya. 6