PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1972 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA SANDI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16 TAHUN KAMI, PEDJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

Indeks: PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN PENETAPAN MENJADI UNDANG-UNDANG.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1972 TENTANG DJENIS - DJENIS PAKAIAN SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No, 124, 1964.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG No. 16 TAHUN 1950 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ET D'IRLANDE DU NORD, CANADA, AUSTRALffi,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. No. 164 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA

INTI PENGETAHUAN REPELITA I-:'. : \ ' ft >»7 <-S. v\*' *v vt _<o-v. oleh: Drs C.S.T. Kansil S.H. fa k* hukj...

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1975 TENTANG PENYEMPURNAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN, PENGHARGAAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PAHLAWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1953 TENTANG APOTIK DARURAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka penjempurnaan penjelenggaraan sistim HANKAMRATA, sesuai dengan DOKTRIN HANKAMNAS, dipandang perlu untuk menjempurnakan Organisasi Pertahanan Sipil dan Organisasi Perlawanan dan Keamanan Rakjat dalam rangka penertiban pelaksanaan sistim HANKAMRATA. Mengingat : 1. Pasal 4 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945 ; 2. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara Nomor XXIV/MPRS/1966, tentang Kebidjaksanaan Pertahanan Keamanan ; 3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1954 tentang Pokok-pokok Pertahanan Negara ; 4. Undang-undang Nomor 23 Prp. Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaja ; 5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1962 tentang Pengerahan Warga Negara untuk Pertahanan Keamanan Negara ; 6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah jo. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1969 ; 7. Keputusan

- 2-7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1962 jo. Nomor 128 Tahun 1962, tentang Pembentukan Organisasi Pertahanan Sipil dan Perlawanan Keamanah Rakjat; 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 1969, tentang Penjempurnaan Pokok-pokok Organisasi dan procedure Bidang Pertahanan dan Keamanan. Mendengar : Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersendjata Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri. M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Seluruh Rakjat atas dasar kewadjiban dan kehormatan, sesuai dengan kemampuan individuilnja harus di ikut sertakan dalam segala usaha Pertahanan/Keamanan disamping dan bersama Angkatan Bersendjata Republik Indonesia, sesuai dengan Pasal 30 Undang-undang Dasar 1945. Pasal 2

- 3 - Pasal 2 Pembinaan Potensi Rakjat untuk kepentingan HANKAM bertudjuan : a. Mengikut sertakan Rakjat setjara tertib dan teratur dalam Pertahanan Keamanan Nasional sehingga terwudjud suatu bentuk Pertahanan Keamanan Nasional jang berlandaskan potensi Rakjat Semesta. b. Menghimpun potensi Rakjat dalam Pertahanan Sipil dan Perlawanan Keamanan Rakjat. c. Memberikan latihan-latihan ketrampilan jang bersangkutan dengan tugas kewadjiban dan persiapan pada a dan b Pasal ini. Pasal 3 (1). Pengikutsertaan Rakjat jang dimaksud dalam Pasal 1 Keputusan Presiden ini, dilaksanakan sedapat mungkin dengan tidak mengurangi kewadjiban beladjar, merugikan mata pentjaharian atau merugikan vitalitas suatu perusahaan atau badan. (2). Pada dasarnja penjelenggaraan Organisasi Pertahanan Sipil dan Organisasi Perlawanan dan Keamanan Rakjat dilakukan setjara swadaja masjarakat. BAB II PENGORGANISASIAN Pasal 4 Mereka jang diikutsertakan dalam segala usaha Pertahanan/Keamanan tersebut Pasal 1 Keputusan Presiden ini disusun dalam Organisasi Pertahanan Sipil dan Organisasi Perlawanan dan Keamanan Rakjat. Pasal 5

- 4 - Pasal 5 Organisasi Pertahanan Sipil dan Organisasi Perlawanan dan Keamanan Rakjat jang selandjutnja disingkat HANSIP dan WANKAMRA, dalam sistim HANKAMRATA adalah merupakan komponen HANKAM dan komplemen A.B..RI. Pasal 6 (1). Tugas pokok HANSIP, adalah : Merentjanakan, mempersiapkan dan menjusun serta mengerahkan potensi Rakjat dalam bidang Perlindungan Masjarakat (LINMAS) untuk mengurangi/memperketjil akibat-akibat bentjana perang/bentjana alam serta mempertinggi Ketahanan Nasional pada umumnja dan home front jang kokoh kuat pada chususnja untuk membantu dan memperkuat pelaksanaan Pertahanan Keamanan Rakjat Semesta. (2). Tugas Pokok WANKAMRA, adalah : Merentjanakan, mempersiapkan dan menjusun serta mengerahkan potensi Rakjat untuk memperkuat Pertahanan Keamanan Nasional dibidang Perlawanan dan Keamanan Rakjat sebagai pangkal kekuatan bagi kesemestaan dan keserbagunaan pelaksanaan HANKAMNAS dan merupakan sumber pokok bantuan tempur. Pasal 7 (1). Fungsi Utama HANSIP, adalah : a. Dalam bidang Perlindungan Masjarakat, mengorganisir Rakjat dan membentuk Satuan-satuan Perlindungan Masjarakat (LINMAS) untuk menanggulangi/mengurangi akibat-akibat dari serangan pihak musuh dari luar dan akibat bentjana alam serta akibat-akibat bentjana lainnja agar kerugian djiwa dan materiil dapat dihindarkan/dibatasi. b. Dalam

- 5 - b. Dalam bidang Ketahanan Nasional, memelihara dan mempertinggi moril rakjat dalam keadaan darurat serta memelihara dan mempertinggi ketahanan Rakjat disegala bidang untuk menghadapi segala kemungkinan gangguan/antjaman dari manapun datangnja dan dalam keadaan jang bagaimanapun. c. Dalam bidang Pemerintahan dan Kesedjahteraan Rakjat, membantu kelantjaran dan kelandjutan roda Pemerintahan, Ketertiban dan Keamanan Umum serta memelihara kelandjutan kesedjahteraan Rakjat pada umumnja baik rochani maupun djasmani untuk mempertinggi daja bela dan daja tahan Rakjat. d. Dalam bidang produksi, membantu memelihara kelandjutan produksi disegala bidang dalam rangka mentjukupi kebutuhan Kesedjahteraan Rakjat dan membantu kebutuhan Pertahanan- Keamanan Nasional. (2). Fungsi Utama WANKAMRA, adalah : a. Dalam bidang Perlawanan Rakjat, menjusun Rakjat jang terlatih dalam kesatuan-satuan WANRA jang dengan penuh kesadaran dan tidak kenal menjerah membantu Angkatan Perang Republik Indonesia : - Membantu setjara langsung melaksanakan perlawanan bersendjata disamping dan/atau bersama Angkatan Perang Republik Indonesia didarat, dilaut dan diudara. - Membantu setjara langsung melaksanakan Bantuan Administrasi (BANMIN) demi lantjarnja operasioperasi Militer. b. Dalam

- 6 - b. Dalam bidang Keamanan Rakjat, mengorganisir Rakjat jang terlatih dengan penuh semangat dan kesadaran Nasional membantu POLRI dalam tugasnja dibidang pembinaan dan pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masjarakat serta operasi-operasi KAMTIBMAS jang diperlukan menurut tingkatan keadaan ; - Membantu membina Masjarakat untuk mempertinggi kesadaran Hukum dan daja tahan serta daja lawan Masjarakat dalam menghadapi segala matjam bentuk pelanggaran dan kedjahatan. - Membantu dan memelihara serta meningkatkan kondisi jang aman dan tertib dikalangan Masjarakat. BAB III PEMBINAAN Pasal 8 (1). Organisasi HANSIP dan Organisasi WANRA, dibentuk diseluruh wilajah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2). Doktrin Operasi WANKAMRA dan HANSIP sebagaimana tertjantum dalam Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersendjata No. KEP/B/481/IX/1970 tentang Pengesahan Doktrin WANKAMRA dan HANSIP dalam rangka HANKAMNAS, digunakan sebagai pedoman pembinaan. Pasal 9 (1). Pertanggungan djawab pembinaan, pengendalian serta pengerahan HANSIP diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri. (2). Pertanggungan

- 7 - (2). Pertanggungan djawab pembinaan, pengendalian serta pengerahan WANKAMRA diserahkan kepada Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersendjata. Pasal 10 (1). Untuk melaksanakan fungsi utama HANSIP, dibentuk Badan Pelaksana jang mempunjai susunan dari tingkat Pusat sampai tingkat Daerah terendah. (2). Untuk melaksanakan fungsi utama WANKAMRA, dibentuk Badan Pelaksana jang mempunjai susunan dari tingkat Pusat sampai tingkat terendah sesuai dengan Organisasi HANKAM. Pasal 11 Susunan tata-kerdja dan pembagian tugas serta tanggung-djawab masing-masing tingkat Organisasi HANSIP dan organisasi WANKAMRA ditetapkan lebih landjut oleh Menteri jang bersangkutan. BAB IV HUBUNGAN Pasal 12 (1) Untuk mentjapai integritas dalam HANKAMNAS, Menteri HANKAM memberi bantuan technik pembinaan serta pengawasan HANSIP. (2). Untuk memelihara kesatuan pelaksanaan fungsi-fungsi HANSIP jang berhubungan dengan kegiatan Departemen/Instansi Pemerintah dan Swasta, Menteri Dalam Negeri melaksanakan koordinasi fungsionil ke-hansip-an dengan Departemen/Instansi tersebut. (3). Dibidang

- 8 - (3). Dibidang pembinaan potensi WANKAMRA, Departemen Dalam Negeri memberikan bantuan administrasi kepada Departemen Pertahanan Keamanan. Pasal 13 Dalam keadaan luar-biasa/darurat, koordinasi tersebut Pasal 12 Keputusan Presiden ini diselenggarakan menurut ketentuan wewenang Penguasa keadaan bahaja jang bersangkutan, berdasarkan peraturan perundang-undangan jang berlaku. Pasal 14 Dalam rangka kegiatan-kegiatan HANSIP ditingkat Internasional, Organisasi HANSIP dapat mengadakan kerdja sama dengan Badanbadan Internasional jang bersangkutan dengan bidang ke-hansipan. BAB V PENGERAHAN PENGGUNAAN Pasal 15 (1). HANSIP dikerahkan serta digunakan dalam menghadapi akibat bentjana perang dan untuk akibat bentjana alam lainnja baik bersifat pentjegahan, penanggulangan maupun perbaikan. (2). WANKAMRA dikerahkan serta digunakan dalam menghadapi keadaan darurat sesuai dengan tingkatan keadaan untuk membantu operasi jang dilakukan oleh A.B.R.I., dalam rangka pertahanan dan pemulihan/pemeliharaan keamanan dalam negeri. (3). Termasuk dalam pengerahan dan penggunaan HANSIP dan WANKAMRA tersebut ajat (1) dan (2) Pasal ini ialah persiapan untuk menghadapi tugas-tugas tersebut. Pasal 16

- 9 - Pasal 16 Pada dasarnja HANSIP dan WANKAMRA dikerahkan dan digunakan dalam daerahnja masing-masing, ketjuali apabila diperlukan untuk tugas-tugas tertentu atas persetudjuan menteri jang bersangkutan. Pasal 17 Guna persiapan ketrampilan dalam pengerahan dan penggunaan HANSIP dan WANKAMRA diadakan pendidikan dan latihan ditingkat Pusat dan Daerah. Pasal 18 (1). Ketentuan-ketentuan mengenai persiapan, pengerahan, penggunaan dan pendidikan, diatur lebih landjut oleh Menteri jang bersangkutan. (2). Djaminan sosial sebagai akibat dari pada pengerahan dan penggunaan HANSIP dan WANKAMRA diatur dan diurus oleh Menter-menteri jang bersangkutan. BAB VI PEMBIAJAAN Pasal 19 (1). Untuk keperluan pembinaan HANSIP dan WANKAMRA masing-masing disediakan pembiajaan dibebankan kepada anggaran Belandja Departemen Dalam Negeri dan Departemen Pertahanan Keamanan. (2). Untuk

- 10 - (2). Untuk keperluan kegiatan-kegiatan HANSIP dan WANKAMRA didaerah selaku perwudjudan dari pada Swadaja Masjarakat dibebankan djuga kepada anggaran Belandja Pemerintah Daerah berdasarkan Pasal 40 Undangundang Nomor 18 Tahun 1965, dalam batas-batas kemampuan Daerah sendiri. Pasal 20 Ketentuan lebih landjut mengenai Pasal 19 Keputusan Presiden ini, diatur oleh Menteri-menteri jang bersangkutan. BAB VII PENUTUP Pasal 21 (1) Semua ketentuan-ketentuan mengenai HANSIP dan WANKAMRA jang bertentangan dengan Keputusan Presiden ini dinjatakan tidak berlaku. (2). Hal-hal jang belum diatur dalam Keputusan Presiden ini akan diatur dalam ketentuan tersendiri. Pasal 22 Pelaksanaan Keputusan Presiden ini diserahkan kepada Menteri Pertahanan Keamanan dan Menteri Dalam Negeri dengan mengadakan kerdja sama jang sebaik-baiknja. Pasal 23

- 11 - Pasal 23 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannja. Ditetapkan di Djakarta Pada tanggal 12 Agustus 1972. PRESIDEN, ttd. S O E H A R T O DJENDERAL TNI.