GAMBARAN UPAYA DALAM MENCARI BANTUAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: DELIFIANI HIDAYATI J

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor

53 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BLORA 2015

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

Kata kunci: Tingkat pengetahuan, Ketrampilan, SADARI

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

Keywords:. Knowledge, Attitude, Action in the Utilization of PHC.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT

HUBUNGAN KEBIASAAN CUCI TANGAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN JENIS PENYAKIT TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU WANITA PEKERJA TERHADAP PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI PT. X KABUPATEN CIREBON TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

ABSTRAK HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT TRADISIONAL DI APOTEK AULIA BANJARMASIN.

Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN IBU MEMBERIKAN PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA ANAK DI DESA PAKIS KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB II LANDASAN TEORI. Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN DI RSUD BANYUDONO

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

Transkripsi:

Sekolah JurnalKeperawatanVolume9No Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal 1, Hal 1-5, Maret2017 ISSN : Cetak 2085-1049 Online 2549-8118 GAMBARAN UPAYA DALAM MENCARI BANTUAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT Candra Hermawan 1, Rina Anggraeni 1, Setianingsih 1 Program studi Ilmu Keperawatan, Email: candraaa33@gmail.com; agamara_2007@yahoo.com; asih_ners@rocketmail.com ABSTRAK Pendahuluan: Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian di masyarakat sangat bervariasi, respons seseorang apabila sakit adalah tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa ( no action).hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.perilaku yang menunda untuk memperoleh pengobatan dari praktisi kesehatan ini disebut dengan treatment delay. Metode: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran masyarakat untuk mencari pertolongan kesehatan pertama. Penelitian ini merupakan deskriptif survei dengan pendekatan cross sectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 273. Hasil: Didapatkan upaya masyarakat dalam mencari bantuan kesehatan baik sebanyak 57,5%, namun 42,5% mayarakat masih kurang dalam mencari bantuan kesehatan. Diskusi: Saran dalam penelitian diharapkan masyarakat lebih peduli akan kesehatan keluarga, membawa anggota keluarga yang sakit kerumah sakit maupun ke tenaga kesehatan lainnya. Kata kunci: Bantuan kesehatan, masyarakat. ABSTRACT Introduction: Elderly Behavior seeking treatment is the behavior of individuals or groups or residents to perform or seek treatment. Searching behavior in society varies greatly, one's response when sick ist not acting or doing nothing (no action). This shows that health is not a priority in life and life. Behavior that delayed to obtain treatment from health practitioners is called a treatment delay. Methods: This shows that health is not a priority in life and life. Behavior that delayed to obtain treatment from health practitioners is called a treatment delay. The purpose of this study is to know the description of the community to seek first health care. This research is a descriptive survey with cross sectional approach with the number of samples as much as 273. Results: Obtained efforts of the community in seeking health assistance either as much as 57.5%, but 42.5% society still less in seeking health assistance. Discussion: Suggestions in the study are expected to people more concerned about family health, bringing sick family members to the hospital and other health workers. Keywords: Health assistance, community. PENDAHULUAN Kesehatan lingkungan masyarakat adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat manusia (Sarafino, 2011).Salah satu wujud kepedulian Pemerintah Indonesia terhadap kesehatan masyarakat adalah dibangunnya sejumlah Puskesmas dan Posyandu.Pembangunan Puskesmas dimaksudkan sebagai salah satu lembaga pelayanan kesehatan yang terdepan, yaitu sebagai ujung tombak kesehatan masyarakat yang dapat meningkatkan peranannya untuk melayani masyarakat di Indonesia (WHO, 2010). Pengobatan di masyarakat bisa dilakukan sendiri misalnya dengan minum jamu, pertolongan dukun atau alternatif lain. Fasilitas pelayanankesehatan rumah sakit pada pertolongan medis misalnya dokter, perawat dan bidan.konsep sakit dan penyakit dibentuk atas dasar nilai budaya setempat serta menimbulkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan yang dipengaruhi oleh struktur sosial setempat (Sarafino, 2011). Pemanfaatan pelayanan kesehatan hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor yang mendorong individu membeli pelayanan kesehatan merupakan informasi kunci untuk mempelajari utilisasi pelayanan 52

kesehatan.upaya mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pencarian pelayanan kesehatan berarti juga mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan atau utilisasi (Prasetijo, 2014). Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam membawa perubahan pada pola konsumsi obat ke obat-obatan yang terbuat dari bahan alami. Berdasarkan data WHO (2011), sekitar 80% penduduk dunia dalam perawatan kesehatannya memanfaatkan obat tradisional yang berasal dari ekstrak tumbuhan dan 20% yang membeli obat di apotik maupun di warung. Tempat pelayanan kesehatan yang paling banyak di kunjungi adalah Posyandu 61,6%, Puskesmas 31,4%, praktek dokter kesehatan 17,0% dan sementara ke rumah sakit pemerintah hanya sebesar 10,6% dan 79,4 mereka ke palayanan non kesehatan seperti dukun dan pengobatan tradisional. Berdasarkan data Dinkes di Indonesia (2015), angka kunjungan masyarakat ke rumah sakit maupun Pusat Kesehatan Masyarakat berjumlah 4.505 kunjungan.dan pada tahun 2015 jumlah kunjungan mencapai 6.504 kunjungan. Menurut hasil Survei Kesehatan Nasional (Susenas, 2010) hanya 32,4% penduduk yang berstatus miskin yang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan disebabkan kendala jarak, biaya dan transportasi. Menurut Notoadmodjo (2012) perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan.perilaku pencarian di masyarakat sangat bervariasi, respons seseorang apabila sakit adalah tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa (no action), Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. Perilaku yang menunda untuk memperoleh pengobatan dari praktisi kesehatan ini disebut dengan treatment delay (Sarafino, 2011). Perilaku pencarian bantuan kesehatan.perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor. Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yang disebut reinforcing stimulation atau reinfocer yang akanmemperkuat respons. Oleh karena itu untuk membentuk perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang dapat memperkuat pembentukan perilaku Prasetijo (2009). No action, Tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa (no action), alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. Tindakan mengobati sendiri (self treatment) dengan alasan yang sama seperti telah diuraian. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasar pengalaman yang lalu usaha sendiri sudah mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pengobatan keluar tidak diperlukan. Mencari pengobatan ke fasilitasfasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), seperti dukun. Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu dan kelima, mencari pengobatan ke fasilitasfasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit. Kurangnya fasilitas kesehatan.fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang didaerah pedesaan menyebabkan sebagian besar masyarakat masih sulit mendapatkan atau memperoleh pengobatan, selain itu hal penting yang mempersulit usaha pertolongan terhadap masalah kesehatan pada masyarakat desa adalah kenyataan yang sering terjadi dimana penderita atau keluarga penderita tidak dengan segera mencari pertolongan pengobatan.perilaku yang menunda untuk memperoleh pengobatan dari 53

praktisi kesehatan ini disebut dengan treatment delay. Treatment delay adalah rentang waktu yang telah berlalu ketika individu mengalami simptom awal sampai individu memasuki pelayanan kesehatan dari praktisi kesehatan (Sarafino, 2011). Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan ini, seringkali kesalahan dan penyebabnya dikarenakan faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagaimana dikemukakan oleh Swastha (2000) yaitu tiga faktor yang berasal dari penyedia layanan kesehatan dan dua faktor dari masyarakat pengguna pelayanan kesehatan.tiga faktor dari penyedia layanan kesehatan adalah fasilitas pelayanan, biaya pelayanan dan jarak, sedangkan dua faktor dari masyarakat pengguna pelayanan kesehatan adalah faktor pendidikan dan status sosial ekonomi masyarakat. Data berdasarkan hasil penelitian Tukiman dan Jumirah (2001) dalam Sitorus (2003) tentang Perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala penyakit diketahui bahwa ketika mengalami sakit ada sebanyak 5% yang membiarkan penyakitnya tanpa melakukan pengobatan, 5% melakukan pengobatan dengan cara sendiri, diobati dengan jamu sebanyak 9%, memakai obat bebas sebanyak 63%, pergi ke dokter atau puskesmas sebanyak 18%. Artinya ketika mengalami sakit, sebagian besar orang-orang akan melakukan pengobatan dengan berbagai cara. Pola pengobatan yang dilakukan masyararakat didasarkan oleh pola pencarian pengobatan yang dipahami dan diyakininya. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Oktober 2016 wawancara dengan 10 masyarakat yang ada di Desa Botomulyo mereka mencari bantuan kesehatan sangat lambat, masyarakat membawa anggota keluarganya yang sakit jika sudah parah, apabila cuma panas biasanya hanya membelikan obat di warung saja. Serta mereka lebih memilih berobat ke alternatif seperti dukun, dan 2 masyarakat mengatakan mereka sadar akan pentingnya kesehatan sehingga jika ada anggota yang sakit segera membawa ke rumah sakit/tempat kesehatan terdekat misalnya puskesmas. Banyak masyarakat yang kurang kesadarannya untuk mencari pertolongan kesehatan pertama karenanya kurangnya pengetahuan dan mahalnya biaya berobat ke rumah sakit. Hal ini menyebakan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul gambaran upaya dalam mencari bantuan kesehatan pada masyarakat di Desa Botomulyo Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. METODE Jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif survei. Sampel dalam penelitian kepala keluarga, teknik sampling proporsional random sampling, dengan alat penelitian menggunakan kuesioner karakteristik. Data dianalisis berdasarkan distribusi frekuensinya. HASIL Karakteristik usia lansia dapat dilihat pada Tabel 1, karakteristik berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan lansia dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan perilaku personal hygiene lansia dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 1. Distribusi frekuensi umur responden (n=273) Umur Frekuensi Persentase 20-30 tahun 65 23,8 31-40 tahun 87 31,9 41-50 tahun 110 40,3 >50 tahun 11 4,0 Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 41-50 tahun sebanyak 110 (40,3%) dan sebagaian kecil responden berumur >50 tahun sebanyak 11 (4,0%). 54

Tabel 2. Distribusi frekuensi jenis kelamin (n=273) Jenis kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 184 67,1 Perempuan 89 32,6 Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 184 (67,1%). Tabel 3. Distribusi frekuensi pendidikan responden (n=273) Pendidikan Frekuensi Persentase SD 33 12,1 SMP 105 38,5 SMA 118 43,2 PT 17 6,2 Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 118 (43,2%) dan minoritas responden berpendidikan PT sebanyak 17 (6,2%). Tabel 4. Distribusi frekuensi pekerjaan responden (n=273) Pekerjaan Frekuensi Persentase Petani 100 36,6 Pedagang 89 32,6 PNS 26 9,5 Karyawan 58 21,2 Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai petani sebanyak 100 (36,6%) dan minoritas responden bekerja sebagai PNS sebanyak 26 (9,5%). Tabel 5. Distribusi frekuensi upaya dalam mencari bantuan kesehatan (n=273) Upaya dalam mencari bantuan kesehatan Frekuensi Persentase Baik 157 57,5 Kurang baik 116 42,5 Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden upaya dalam mencari bantuan kesehatan baik sebanyak 157 (57,5%). PEMBAHASAN Hasil jawaban responden mengatakan bahwa keluarga membawa pasien yang sakit ke dokter sebanyak 89,0%, memaksa anggota keluarga saya yang sakit ke puskesmas untuk melakukan pengobatan sebanyak 31,2%, mengantar keluarga yang sakit kerumah sakit sebanyak 22,3%, memberikan uang untuk keluarga berobat kerumah sakit 31,9% hal ini dikarenakan kepala keluarga sudah sadar akan pentingnya kesehatan sehingga jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke dokter atau kerumah sakit bukan ke pengobatan tradisional. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peranyang sangat strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitassebagai upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan secara menyeluruh,merata, terjangkau dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat(lupioadi, 2016).Masyarakat lebih memilih melakukan pengobatan kerumah sakit karena dirumah sakit 55

mendapat pelayanan yang baik, mempunyai fasilitas yang lengkap, menerima pasien tidak mampu yang bisa menggunakan BPJS dan pasien yang mampu tidak menggunakan asuransi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagaimana dikemukakan oleh Swastha (2000) yaitu tiga faktor yang berasal dari penyedia layanan kesehatan dan dua faktor dari masyarakat pengguna pelayanan kesehatan.tiga faktor dari penyedia layanan kesehatan adalah fasilitas pelayanan, biaya pelayanan dan jarak, sedangkan dua faktor dari masyarakat pengguna pelayanan kesehatan adalah faktor pendidikan dan status sosial ekonomi masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri.perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan. Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya, sehingga berdampak pada keluarganya dalam pemanfaatan perawatan dan pelayanan kesehatan (Sulastri, 2008). Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pelayanan kesehatan terhadap kesehatan (Suhardjo, 2006).Selain itu faktor pendidikan, pengetahuan kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain pengalaman, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya.kelima faktor yang memengaruhi pengetahuan kesehatan seseorang juga dapat memengaruhi persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2012). Adanya fasilitas pelayanan kesehatan membuat masyarakat untuk mencari pengobatan, sehingga masyarakat jika ada yang sakit langsung membawa ke dokter maupun rumah sakit.hasil ini berbeda dengan hasil dari penelitian oleh Assegaf dan Hendrawan (2010) ditemukan bahwa 70% orang tua balita yang sakit ISPA akan langsung ke tenaga medis karena percaya bahwa pengobatan yang diberikan lebih terjamin dan sesuai. Penelitian yang sama dilakukan oleh Rakhim (2014) dengan gambaran perilaku masyarakat dalam pencarian pengobatan infeksi saluran pernapasan akut di Wilayah Kejadian Luar Biasa Avian Influenza Pada Unggas di Jawa Barat didapatkan hasil perilaku masyarakat baik dalam dalam pencarian pengobatan infeksi saluran pernapasan akut sebanyak 87,1% hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat mengenai gejalaflu burung dan cara penanggulangannya baik, jugarisiko unggas mati mendadak pada penyebaranpenyakit flu burung kepada manusia masih sangat rendah sehingga mempengaruhi cara masyarakatdalam memilih pengobatan. Hasil jawaban responden tidak melakukan apaapa jika ada anggota keluarga yang sakit sebanyak 3,8%, hanya pasrah pada keluarga yang sakit sebnayak 40,4%. Alasan lain adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsif dan sebagainya. Sehingga keluarga tidak melakuka apa-apa jika ada anggota yang sakit dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi kerumah sakit, takut biaya, dan sebagainya. Hasil penelitian menujukkan masyarakat yang no action pada anggota keluarga hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya kesehatan, mereka membawa keluarganya periksa ke dokter yang sakit jika sudah parah. Masyarakat tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa (no action), alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun tanda atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya(notoadmodjo, 2012). Masyarakat yang tidak melakukan apa-apa (no action) hal ini dikarenakanfasilitas kesehatan yangjauh sehingga masyarakat malas untuk melakukan pengobatan, petugas kesehatanyang kurang ramah kepada pasien, takut disuntik dokter, dan takut karena biaya mahal sehingga masyarakat tidak melakukan apa-apa (Lupioadi, 2016). Penelitian ini sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh Julike (2012) tentang hubungan antara efikasi diri dengan perilaku mencari pengobatan pada penderita kanker payudara di RSUD Ibnu Sina Gresik didapatkan 56

hasil perilaku mencari pengobatan kurang dengan tidak melakukan apa-apa karena jika terdiagnosa menderita kanker payudara adalah denial, marah, putus asa, dan cemas karena sudah merasa putus asa maka pasien malas untuk datang ke tenaga kesehatan. Hal-hal tersebut lumrah terjadi karena kondisi psikologis seseorang masih belum mampu menerima kenyataan yang ada(kubler-ross, 2009). Hasil jawaban responden yaitu tidak membawa anggota keluarga yang sakit kerumah sakit karena mahalnya biaya sebanyak 21,2%, menyiapkan oralit jika ada keluarga yang diare 25,8%, membelikan obat diwarung 2,7%, melakukan pengobatan sendiri jika ada yang sakit 25,6% dan selalu siap obat jika ada yang sakit. Tindakan mengobati sendiri dikarenakan keluarga takut akan bertambahnya penyakit sehingga membelikan obat diwarung, dan menyiapkan obat dirumah (Lupioadi, 2016). Husein dan Khanum (2010) menyebutkan bahwa pengobatan sendiri ( self medication)merupakan tindakan penggunaan obat oleh seseorang tanpa berkonsultasi dengan dokter mengenai indikasi, dosis dan durasi dari penggunaan obat tersebut. Menurut Supardi (2010) pengobatan sendiri merupakan tindakan pengobatan sakit menggunakan obat, obat tradisional atau cara tradisional tanpa petunjuk ahlinya. Menurut WHO, pengobatan sendiri merupakan pemilihan dan penggunaan obat yang dilakukan oleh diri sendiri untuk mengobati gejala dan penyakit menurut dirinya sendiri. Tindakan mengobati sendiri ( self treatment) dengan alasan yang sama seperti telah diuraian. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasar pengalaman yang lalu usaha sendiri sudah mendatangkan kesembuhan.hal ini mengakibatkan pengobatan keluar tidak diperlukan(lupioadi, 2016). Penelitian Self Medication Practice Among Dental Patient of Afid: A Cross Sectional Study oleh Izzah Abid, dkk (2010) dan artikel Prevalence of Self Medication Among Dental Patientsoleh Qaiser Ali Baig, dkk pada tahun 2012 menuliskan bahwa pengobatan sendiri mencapai 68% hal ini dikarenakan mereka mengetahui obat-obat yang di konsumsi sehingga menggobati sendiri di negara-negara Eropa, Kuwait sebanyak92% banyaknya masyarakat mengobati sendiri karena merasa sakit sehingga harus membeli obat di apotik, Nepal sebanyak 59% membeli obat sendiri supaya tidak merasa nyeri, China sebanyak 32% mencari pengobatan sendiri karena pengetahuan yang baik tentang obat-obatan, Turki sebanyak 45% tidak ada waktu kerumah sakit sehingga mengobati sendiri, Sudan sebanyak 73,9% karena tidak ada waktu ke dokter untuk melakukan konsultasi. Hasil jawaban responden kurang setuju jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke pengobatan alternatif 20,8%, responden hanya ingin melahirkan dirumah supaya biaya tidak mahal 53,5%, mencari pengobatan kedukun 12,3%, membawa keluarga yang sakit ke pengobatan tradisional 23,1%, dan memberikan jamu jka ada keluarga yang sakit 22,3%.Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional ( traditional remedy), seperti dukun.keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu dan kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yangdikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit (Notoadmodjo, 2012). Pengobatan sendiri menggunakan obattradisional merupakan pengobatan sendiri dengan menggunakan obat secara tradisional atau bahan tradisional.pengobatan sendiri berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran bahan tersebut.prinsippengobatan berdasarkan pengalaman dari keluarga secara turun-temurun ataupun dari kerabat(lupioadi, 2016). Bahanherbal telah digunakan sejak zaman kuno oleh manusia sebagai cara untuk mencapaiatau memulihkan kesehatan. Bahan yang berasal dari tanaman telah diteliti oleh perusahaan farmasi sebagai sumber phytotherapeutic. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 1978 menyatakan kebutuhan untuk menghargai penggunaantanaman obat dalam sistem 57

kesehatan masyarakat, karena beberapa studi telah menunjukkan bahwahampir80%dari populasi dunia menggunakan tanaman sebagai pertolongan pertama (Swastha, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Sudjaswadi (2008) tentang perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman didapatkan hasil terdapat hubungan antara perilaku tentang pengobatan sendiri, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan dengan perilaku pengobatan sendiri yang rasional responden perempuan banyak terlibat dalam pengobatan anggota keluarganya dibandingkan dengan responden laki-laki. Dengan demikian, baik langsung ataupun tidak, hal tersebut akan mempengaruhi perilaku pengobatan sendiri. Kelompok umur di bawah 30 tahun secara fisiologis masih sehat, sehingga kemungkinan untuk menggunakan obat-obatan masih sedikit.hal ini memberikan peluang terjadinya permasalahan yang berhubungan dengan pengobatan ( drug related problems) yang kecil.sebaliknya, kelompok umur lebih dari 30 tahun mulai merasakan tidak optimal kesehatannya, atau mengalami tanda-tanda penyakit degeneratif. Hal ini menyebabkan meningkatnya penggunaan obat, dan peluang terjadinya drug related problems semakin besar, sehingga mengakibatkan ketidakrasionalan penggunaan obat (Sudjaswadi, 2008). Hasil jawaban responden keluarga tidak ada waktu untuk mengantar kerumah sakit 63,8%, keluarga tidak langsung segera membawa ke puskesmas 81,9%, membiarkan keluara yang sakit 89,9%, melakukan pengobatan jika sudah parah 79,2%, hanya memberikan makanan dan minuman pada keluarga yang sakit 67,7%, hanya mendengarkan orang yang dianggap penting di desanya 62,3%, susah mencari pengobatan di desa 48,8%, membawa ke dokter jika ada perinta dari tentangga 56,9% dan hanya mementingkan diri sendiri 68,5%. Treatment delay adalah rentang waktu yang telah berlalu ketika individu mengalami simptom awal sampai individu memasuki pelayanan kesehatan dari praktisi kesehatan. Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan ini, seringkali kesalahan dan penyebabnya dikarenakan faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya(lupioadi, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Tiolena H Ristarolas (2009) tentang faktor -faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan hasil Masa inkubasi penyakit kanker payudara lama sehingga informan tidak tahu sudah menderita kanker payudara pada stadium III dan ketika informan memutuskan untuk berobat informan sudah terlambat untuk mendapatkan pengobatan. Faktor pemungkin ( enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelumnya yang tidak lengkap sehingga informan harus dirujuk ke RSUP H.Adam Malik Medan. Masyarakat yang mendapat penyakit datang ke pusat pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut dikarenakan mereka tidak merasakan sakit ( disease but not illness). Masyarakat belum menjadikan kesehatan prioritas di dalam hidupnya sehingga masyarakat lebih memilih memprioritaskan tugas-tugas yang lebih penting daripada mengobati sakitnya karena kondisi sakit itu dianggap tidak akan mengganggu kegiatan atau tugasnya sehari-hari. Perilaku atau usaha untuk mengobati penyakitnya sendiri baru akan timbul apabila mereka diserang penyakit dan merasakan sakit. Mereka mengobati penyakitnya berdasarkan pengalamannya dengan obat-obatan dari warung atau memilih pengobatan tradisional (Notoatmodjo, 2012). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Mayoritas responden berumur 41-50 tahun sebanyak 110 (40,3%), berjenis kelamin laki - laki sebanyak 184 (67,4%), berpendidikan SMA sebanyak 118 (43,2%) dan bekerja sebagai petani sebanyak 100 (36,6%). Upaya masyarakat dalam mencari bantuan kesehatan baik sebanyak 157 (57,5%), namun 42,5% mayarakat masih kurang dalam mencari bantuan kesehatan Saran Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat mengantar dan memaksa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk 58

melakukan pengobatan, membuatkan oralit jika ada keluarga yang diare, menyediakan obat dirumah dan tidak setuju jika ada anggota keluarga yang sakit di bawa ke pengobatan alternatif. DAFTAR PUSTAKA Faisal. (2010). Prinsip Kerja sama dan Kesantunan Bahasa Perawat dalam Menghadapi Pasien yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSJ. Prof. DR. Soeroyo Magelang. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fitriani. (2011). Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Friedman. (2010).Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan. Praktek.Jakarta : EGC Hidayat. ( 2009). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Surabaya: Salemba. Jabrohim. (2014). Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Kusmayanti. (2005). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang ASI Eksklusif di Ruang Nifas RS.Sariningsih.Diambil dari http//www.pustaka.unpad.ac.id/wp.../gam baran_pengetahuan_ibu_menyusui.pdf. Notoadmodjo (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rahayu.(2013). Persepsi masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan di Tulis Kabupaten Batang.Skripsi. Rakhim (2014) Gambaran perilaku masyarakat dalam pencarian pengobatan infeksi saluran pernapasan akut di Wilayah Kejadian Luar Biasa Avian Influenza Pada Unggas di Jawa Barat. Santrock, (2007). Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sarafino. (2011). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions.Fifth Edition.USA : John Wiley & Sons. Sari. (2009).Perbedaan Risiko Depresi Postpartum Antara IbuPrimipara Dengan Multipara Di RSIA Aisyiyah Klaten. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/9449/. 59