HUBUNGAN BEHAVIOUR INTENTION TENTANG PERILAKU PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DENGAN STATUS KEPESERTAAN DALAM KELUARGA BERENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan laju pertumbuhan yang relative cukup tinggi. untuk menekan laju

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

Mitha Destyowati ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

Anik Nurhayati. Korespondensi : Anik Nurhayati, d/a Puskesmas Kalibaru Jl. Jember No. 39 Kalibaru Kulon ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

HUBUNGAN PERAN SUAMI DENGAN KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PASCASALIN PADA IBU MENYUSUI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah. penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

23,3 50,0 26,7 100,0

BAB 3 METODE PENELITIAN

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kepatuhan Akseptor Melakukan KB Suntik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana permasalahan keluarga adalah permasalahan sosial yang berarti

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Transkripsi:

HUBUNGAN BEHAVIOUR INTENTION TENTANG PERILAKU PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DENGAN STATUS KEPESERTAAN DALAM KELUARGA BERENCANA SESARIA BETTY MULYATI Fakultas Kesehatan Masyarakat - Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya E-mail: caecariamulya@gmail.com ABSTRAK Program Keluarga Berencana di Indonesia telah diakui secara nasional dan internasional sebagai salah satu program yang telah berhasil dalam menurunkan angka fertilitas secara nyata.perilaku seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi sangat dipengaruhi oleh niat atau intention seseorang itu sendiri. Menurut Ajzen dan Fishbein (1975), hampir setiap perilaku manusia didahului oleh adanya intensi untuk berperilaku. Oleh karena itu intension berperilaku menunjukkan probabilitas subjektif seseorang untuk menampilkan suatu tingkah laku. Menurut Ajzen (1975) mengatakan bahwa, intensi berperilaku adalah niat untuk mencoba menampilkan suatu perilaku yang pasti. Intensi merupakan penyebab terdekat terjadinya perilaku yang nampak. Intensi mengatur perilaku hingga pada waktu dan kesempatan yang tepat akan mengubahnya menjadi suatu tindakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan niat perilaku perilaku penggunaan alat kontrasepsi berdasarkan status keanggotaan dalam keluarga berencana di kecamatan Sawahan-Kabupaten Madiun. Penelitian ini menggunakan cross sectional analitik desain. Populasi adalah pasangan usia subur sebanyak 1.435 orang dan ukuran sampel adalah 93 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini juga digunakan instrumen kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan "korelasi Spearman Rho Test" dengan tingkat nilai ρ,1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ρ Nilai =, dan ρ <,1. Artinya ada hubungan yang signifikan antara niat perilaku perilaku penggunaan alat kontrasepsi oleh status keanggotaan di kabupaten keluarga berencana Sawahan-Kabupaten Madiun. Calon ibu akseptor KB atau tidak unmet need dipengaruhi seberapa besar behavior intension pada dirinya, dukungan dari suami baik material maupun immaterial, informasi dari kader dan petugas kesehatan mengenai efek samping dari alat kontrasepsi yang digunakan, adanya fasilitas kesehatan yang terdekat, masalah biaya, masalah kondisi kesehatan si ibu, apakah ibu boleh mengikuti KB atau tidak. Namun faktor yang dapat berhubungan langsung dengan status kepersertaan yaitu adanya behavior intention pada diri akseptor KB tersebut meskipun ada hambatan-hambatan dalam penggunaan alat kontrasepsi Kata kunci : Niat Perilaku, program Keanggotaan keluarga Status perencanaan Hal 5

PENDAHULUAN Program Keluarga Berencana di Indonesia telah diakui secara nasional dan internasional sebagai salah satu program yang telah berhasil dalam menurunkan angka fertilitas secara nyata.perilaku seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi sangat dipengaruhi oleh niat atau intention seseorang itu sendiri. Menurut Ajzen dan Fishbein (1975), hampir setiap perilaku manusia didahului oleh adanya intensi untuk berperilaku. Oleh karena itu intension berperilaku menunjukkan probabilitas subjektif seseorang untuk menampilkan suatu tingkah laku. Menurut Ajzen (1975) mengatakan bahwa, intensi berperilaku adalah niat untuk mencoba menampilkan suatu perilaku yang pasti. Intensi merupakan penyebab terdekat terjadinya perilaku yang nampak. Intensi mengatur perilaku hingga pada waktu dan kesempatan yang tepat akan mengubahnya menjadi suatu tindakan. Kepesertaan keluarga berencana seseorang akan sangat ditentukan oleh niatnya untuk mengikuti program keluarga berencana, niatan untuk ber-kb ditentukan juga oleh sikap dan norma subyektif seseorang, sementara itu sikap dan norma subyektif akan ditentukan oleh keyakinannya atas akibat dari melaksanakan program keluarga berencana. Menurut teori ini bahwa seseorang yang belum yakin akan manfaat keluarga berencana maka kemungkinan kecil untuk mengikuti program keluarga berencana, sehingga untuk memotivasi seseorang agar mengikuti keluarga berencana maka terlebih dahulu petugas kesehatanmelakukan suatu pendekatan kepada masyarakat sebagai kelompok sasaran. Masyarakat harus diberi penyuluhan tentang pengertian, manfaat tentang keluarga berencana secara intensif sehingga masyarakat tersebut yakin akan keluarga berencana dan yakin akan manfaat dari keluarga berencana tersebut. Apabila masyarakat sudah yakin akan manfaat keluarga berencana maka sikap seseorang terhadap program keluarga berencana sikapnya cenderung ke arah positif sehingga seseorang akan mempunyai niatan untuk mengikuti program keluarga berencana dengan sendirinya tanpa ada dorongan dari pihak manapun. Menurut data BKKBN Kabupaten Madiun tahun 21-214, rincian pengguna alat kontrasepsi di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini : Gambar 1.2. Diagram penggunaan alat kontrasepsi di Kabupaten Madiun. Sumber : BKKBN Kabupaten Madiun Dari gambar tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa penggunaan alat kontrasepsi tertinggi adalah suntik, kemudian disusul oleh IUD, pil, implan, MOW, kondom dan yang terakhir MOP. Dari tahun 21 sampai tahun 213 bila dilihat dari gambar bahwa, pengguna alat kontrasepsi dari tahun ke tahun tidak ada perubahan yang signifikan, kecuali pada tahun 214 pengguna kontrasepsi IUD mengalami penurunan yang signifikan. Data pengguna alat kontrasepsi dari tahun 212 sampai tahun 214 di Kecamatan Sawahan, untuk pengguna IUD, suntik, dan pil semakin menurun, sedangkan pengguna implan dan kondom meningkat (Laporan Tahunan BKKBN Kabupaten Madiun, 214). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubunganbehaviour intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi dengan status kepesertaan dalam keluarga berencana di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain Cross Sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatanya dilakukan secara simultan pada satu saat atau sekali waktu (Hidayat, 27). Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur di Kecamatan Sawahan (Desa Bakur, Desa Kanung, Desa Golan) Kabupaten Madiun sebanyak 1.435 orang. Teknik sampel yaitu simple random sampling. Sampel yang diambil yaitu sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dengan besar sampel berdasarkan perhitungan adalah 93 orang. Dalam penelitian ini variabel independen adalah behaviour intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi dan variabel dependen adalah status kepesertaan dalam Hal 6

keluarga berencana di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Setelah data terkumpul dengan lengkap kemudian dikelompokkan, dilakukan tabulasi data dan analisis data dengan menggunakan uji statistik Corelation Sperama s Rho Test dengan tingkat kemaknaan ρ,1. HASIL PENELITIAN 1. Behaviour Intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi. Tabel 1. Distribusi Behavior Intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi dari responden, Tahun 215. N Behavior Jumlah o Intention Frekuensi (f) Persentasi (%) 1 Kurang 1 1.1 2 Cukup 6 6.5 3 Baik 86 92.4 Total 93 1. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa behavior intention responden mayoritas termasuk dalam kategori baik yaitu sejumlah 86 orang (92.4), dengan skor penilaian dalam menjawab pertanyaan dari kuesioner sebesar > 75. Materi pertanyaan dari variabel ini tentang bagaimana niat dari responden untuk berperilaku mengikuti atau tidak mengikuti program keluarga berencana (KB). 2. Status Kepesertaan dalam keluarga berencana Data hasil penelitian tentang status kepesertaan keluarga berencana dari responden di Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun dijelaskan pada Tabel 2 berikut : Tabel 2 Distribusi status kepesertaan KB dari responden, Tahun 215. N o Status Kepesert a-an KB Frekuensi (f) Jumlah Persentasi (%) 1 Akseptor KB 77 82.8 2 Unmet Need 16 17.2 Total 93 1. Dapat dilihat pada Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa mayoritas responden menjadi akseptor KB sejumlah 77 orang (82.8%). 3. Hubungan Behaviour Intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi dengan Status Kepesertaan dalam keluarga berencana di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun. Tabel 3 Tabulasi Silang antara Hubungan Behaviour Intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi dengan Status Kepesertaan dalam keluarga berencana di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun, Tahun 215 Behaviou r Status Kepesertaan Total Intention Unmeet need Aksept or KB n % n % n % Kurang 1 1 1 1 Cukup 3 5 3 5 6 1 Baik 1 3 15.1 7 3 84. 9 8 6 1 Total 1 6 17.2 7 7 82. 8 9 3 1 Nilai Sig (2-tailed) =., α = 1% Berdasarkan Tabel 3 menandakan bahwa responden yang behaviour intentionnya baik dan menjadi akseptor KB yaitu 73 orang (84.9%) sedangkan responden yang behaviour intentionnya cukup dan menjadi akseptor KB yaitu 3 orang (5%) dan responden yang behaviour intention kurang dan menjadi akseptor KB yaitu 1 orang (1%). Hasil analisa data dengan menggunakan spearman rank diperoleh hasil nilai ρ Value =. pada taraf signifikan 1%. Karena ρ Value< dari.1 maka H ditolak dan H 1 diterima yang berarti ada hubungan antara behaviour intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi dengan status kepesertaan dalam keluarga berencana di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun Tahun 215 dengan tingkat hubungan sedang. PEMBAHASAN 1. Behaviour Intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi Berdasarkan perolehan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 yang menandakan bahwa behavior intention responden hampir seluruhnya termasuk dalam kategori baik yaitu sejumlah 86 orang (92.4%). Menurut pendapat Fishbien dan Azjen dalam Hal 7

Azwar (1995) menyebutkan bahwa intensi merupakan fungsi dari dua determinan dasar yaitu sikap yang merupakan penilaian positif atau negatif terhadap suatu perilaku dan norma subyektif yang berarti persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang bersangkutan. Seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila memandang perbuatan itu positif dan percaya bahwa orang lain ingin agar perbuatan tersebut dilakukan. Asumsi peneliti bahwa seorang yang mengikuti program berencana secara aktif biasanya mempunyai intension atau niatan yang tinggi dalam mengikuti program keluarga berencana dan mensukseskan program keluarga berencana yang dicanangkan oleh pemerintah agar keluarga responden dapat hidup dengan sejahtera diantaranya dapat memenuhi kebutuhan setiap harinya, dapat menyekolahkan anak-anak sampai ke jenjang perguruan tinggi. Selain itu, ibu-ibu calon akseptor juga mendapatkan ijin dari pihak suami dalam menggunakan alat kontrasepsi. 2. Status Kepesertaan dalam keluarga berencana Dari hasil perolehan yang peneliti dapatkan bahwa status kepesertaan dalam keluarga berencana yaitu 77 orang (82.8%). Menurut Ajzen (1975) mengatakan bahwa, intensi berperilaku adalah niat untuk mencoba menampilkan suatu perilaku yang pasti. Intensi merupakan penyebab terdekat terjadinya perilaku yang nampak. Intensi mengatur perilaku hingga pada waktu dan kesempatan yang tepat akan mengubahnya menjadi suatu tindakan. Kepesertaan keluarga berencana seseorang akan sangat ditentukan oleh niatnya untuk mengikuti program keluarga berencana, niatan untuk ber-kb ditentukan juga oleh sikap dan norma subyektif seseorang, sementara itu sikap dan norma subyektif akan ditentukan oleh keyakinannya atas akibat dari melaksanakan program keluarga berencana. Menurut teori ini bahwa seseorang yang belum yakin akan manfaat keluarga berencana maka kemungkinan kecil untuk mengikuti program keluarga berencana. Namun demikian selain faktor behaviour intention masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kepesertaan keluarga berencana (KB) diantaranya yaitu sosialisasi petugas kesehatan program keluarga berencana, informasi yang di dapatkan masyarakat tentang alat kontrasepsi, pendidikan akseptor KB, tersedianya fasilitas kesehatan yang terjangkau, sosial ekonomi, dan dukungan suami, dimana dukungan suami ini ada tiga macam (dukungan secara emosional yang berupa komunikasi yang baik antara istri dan suami, dukungan penghargaan berupa persetujuan suami atas alat kontrasepsi yang akan dipakai si istri, dan dukungan instrumental berupa suami bersedia mengantar istri ke tempat pelayanan kesehatan, suami bersedia atas biaya pemasangan alat kontrasepsi). 3. Hubungan Antara Behaviour Intentiaon Tentang Perilaku Pemakaian Alat Kontrasepsi Dengan Status Kepesertaan Dalam Keluarga Berencana Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa behavior intention di peroleh hasil nilai bermakna atau signifikan yaitu ρvalue =. <.1. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Snyder (23) bahwa niat untuk ikut program keluarga berencana sedikit meningkat karena adanya kampanye. Pendapat Ajzen dan Fisbein (1975) bahwa yang berkaitan dengan masalahmasalah perilaku, hampir setiap manusia didahului oleh adanya intensi untuk berperilaku. Oleh karena itu intensi berperilaku menunjukkan probabilitas subyektif seseorang untuk menampilkan suatu tingkah laku. Ajzen (25) mengatakan bahwa intensi berperilaku adalah niat untuk mencoba menampilkan suatu perilaku yang pasti. Intensi merupakan penyebab yang terdekat terjadinya perilaku yang nampak. Intensi mengatur perilaku hingga pada waktu dan kesempatan yang tepat akan mengubahnya menjadi suatu tindakan. Hal ini kemungkinan di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor motivasional. Menurut Ajzen (25), bahwa faktor motivasional merupakan indikasi dari seberapa besar usaha seseorang dan berapa banyak menampilkan suatu perilaku, selain faktor motivasional juga Hal 8

dapat dipengaruhi oleh faktor sikap dan norma subyektif, dimana norma subyektif ini merupakan sejauh mana individu memenuhi keinginan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Selain itu Ajzen (25) juga menjelaskan bahwa intensi melibatkan elemen penting yang meliputi perilaku, objek target pada perilaku tersebut, situasi dimana dan kapan perilaku harus ditampilkan. Semakin jelas keempat elemen ini, maka semakin kuat suatu intensi memprediksi perilaku. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (24) bahwa Semakin positif persepsi terhadap keluarga berencana maka semakin tinggi motivasi menjadi akseptor. Sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap keluarga berencana maka semakin rendah motivasi menjadi akseptor. Menurut asumsi peneliti bahwa calon ibu akseptor KB atau tidak unmet need dipengaruhi seberapa besar behavior intension pada dirinya, dukungan dari suami baik material maupun immaterial, informasi dari kader dan petugas kesehatan mengenai efek samping dari alat kontrasepsi yang digunakan, adanya fasilitas kesehatan yang terdekat, masalah biaya, masalah kondisi kesehatan si ibu, apakah ibu boleh mengikuti KB atau tidak. Namun faktor yang dapat berhubungan langsung dengan status kepersertaan yaitu adanya behavior intention pada diri akseptor KB tersebut meskipun ada hambatanhambatan dalam penggunaan alat kontrasepsi. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 6-14 Juni 215 di Desa Bakur, Desa Golan, dan Desa Kanung, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun dapat disimpulkan sebagai berikut : Ada hubungan Behavior Intention tentang perilaku pemakaian alat kontrasepsi dengan status kepesertaan dalam keluarga berencana di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun. SARAN 1. Dapat memberikan KIE (Komunikasi, informasi, edukasi) serta dukungan kepada calon ibu peserta akseptor KB pada pasangan usia subur guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai alat kontrasepsi dengan melalui petugas kesehatan, peran kader dalam berbagai kegiatan-kegiatan seperti kegiatan posyandu, dimana kader, petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang KB, (metode KB, keuntungan KB, efek sampang KB) dan memberi leaflet-leaflet KB. 2. Petugas kesehatan dan kader diharapkan memperluas jangkauan dan melakukan peningkatan dalam membina maupun menggerakkan masyarakat untuk bersikap menjadi akseptor KB 3. Petugas kesehatan diharapkan sering melakukan health promotion of contraseption kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat informasi yang benar mengenai alat kontrasepsi dan mengurangi angka unmet need pada pasangan usia subur. 4. Diharapkan pada peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang bersumber pada tempat pelayanan dan kondisi masyarakat yang menyebabkan unmet need pada pasangan usia subur. DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. 25. Attitude, Personality, & Behavior. Open University Press Ajzen dan Fishbein. 1975. Understanding Attitudes and Predicting SocialBehavior. New Jersey: Prentice Hall Ariyani, I. 24. Hubungan Persepsi Terhadap Keluarga Berencana Dengan Motivasi Menjadi Akseptor Pada Pria. http://psychology.uii.ac.id/images/stories /jadwal_kuliah/naskah-publikasi- 983216.pdf Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hidayat,A.A.A. 27. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Snider. 23. A Meta-analysis of the Effectiveness of Family Planning Campaigns in Developing Countries. Hal 9

University of Connecticut.www. comminit.com/.../snyderdevelopingcou ntri.diakses tanggal 17 agustus 215 jam 22.42 Mulyati, BS. 215. Hubungan efek samping penggunaan alat kontrasepsi dengan status kepesertaan program keluarga berencana pada pasangan usia subur di Kabupaten Madiun. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat.Universitas Airlangga Surabaya Hal 1