ABSTRAK Salah satu pajak yang merupakan penerimaan negara dan berasal dari pendapatan rakyat adalah Pajak Penghasilan (PPh). Sebagian besar perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba setinggi mungkin dengan cara membuat biaya maupun pajak menjadi serendah mungkin. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk menghemat pajak yang harus dibayarnya dengan cara melakukan penghematan PPh pasal 21. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan beberapa alternatif kebijakan perhitungan PPh pasal 21 yang ada, dan memilih kebijakan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Penulis mengadakan penelitian pada PT. X, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi di Bandung. Penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa terdapat perbedaan dalam besarnya PPh terutang dan take home pay yang diterima karyawan dalam setiap alternatif kebijakan perhitungan PPh pasal 21, yaitu kebijakan perhitungan PPh pasal 21 yang ditanggung karyawan, ditanggung perusahaan, ditunjang perusahaan dan di gross-up. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode yang berusaha untuk mengumpulkan, menyajikan serta menganalisis data sehingga diperoleh suatu gambaran yang jelas atas objek yang diteliti dan diolah untuk ditarik suatu kesimpulan. Untuk penelitian ini, penulis menggunakan daftar gaji karyawan dan laporan laba rugi pada tahun 2005 sebagai dasar perhitungan. Berdasarkan hasil penelitian ternyata PT. X menerapkan kebijakan perhitungan PPh pasal 21 yang di gross-up. Apabila perusahaan menggunakan kebijakan perhitungan PPh pasal 21 yang ditanggung karyawan, ditanggung perusahaan dan ditunjang perusahaan, maka akan terdapat perbedaan dalam hal PPh terutang dan take home pay karyawan. Kebijakan perhitungan PPh pasal 21 yang di gross-up lebih menguntungkan bagi perusahaan karena PPh terutang yang dihasilkan lebih kecil dan take home pay yang diterima karyawan lebih besar daripada PPh terutang dan take home pay yang dihasilkan oleh kebijakan perhitungan PPh pasal 21 lainnya. Penulis menyimpulkan bahwa perusahaan telah menerapkan kebijakan perhitungan PPh pasal 21 dengan tepat, karena kebijakan perhitungan PPh pasal 21 yang di gross-up lebih menguntungkan bagi perusahaan daripada kebijakan perhitungan PPh pasal 21 yang ditanggung karyawan, ditanggung perusahaan dan ditunjang perusahaan, khususnya dalam hal PPh terutang dan take home pay karyawan. Penulis menyarankan agar perusahaan tetap menggunakan kebijakan perhitungan PPh pasal 21 yang di gross-up. iii
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK.iii KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL.ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1 1.2 Identifikasi Masalah... 3 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 3 1.4 Kegunaan Penelitian... 4 1.5 Rerangka Pemikiran dan Hipotesis 4 1.6 Metode Penelitian... 7 1.6.1 Sumber Data.. 7 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data 8 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 9 2.1 Pengertian Pajak. 9 2.1.1 Definisi Pajak. 9 2.1.2 Fungsi Pajak.. 11 2.1.3 Penggolongan Pajak.. 12 2.1.4 Asas Pemungutan Pajak 13 vi
2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak. 14 2.1.6 Syarat-Syarat Pemungutan Pajak.. 15 2.2 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21.. 16 2.2.1 Wajib Pajak PPh Pasal 21. 16 2.2.2 Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21..18 2.2.3 Objek Pajak PPh Pasal 21. 19 2.2.4 Tidak Termasuk Objek Pajak PPh Pasal 21. 22 2.2.5 Pemotong Pajak PPh Pasal 21.. 22 2.3 Biaya-Biaya Dalam Perhitungan PPh Pasal 21. 24 2.3.1 Tidak Termasuk Biaya-Biaya Dalam Perhitungan PPh Pasal 21. 25 2.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). 26 2.5 Tarif Pajak Penghasilan. 28 2.6 Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21. 30 2.6.1 Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 33 2.7 Alternatif Perhitungan PPh Pasal 21. 34 2.7.1 Contoh Perhitungan dengan Menggunakan Empat Alternatif Perhitungan PPh Pasal 21. 36 2.7.2 Pemilihan Alternatif Perhitungan PPh Pasal 21 39 2.8 Pengaruh Penerapan Kebijakan PPh Pasal 21 terhadap PPh Terutang Badan.. 40 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN... 42 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 42 3.2 Struktur Organisasi Perusahaan.. 42 vii
3.3 Metode Penelitian 50 3.3.1 Operasionalisasi Variabel... 50 3.3.2 Teknik Pengumpulan Data. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. 54 4.1 Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 yang Diterapkan Oleh Perusahaan.. 54 4.2 Alternatif-Alternatif Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21. 59 4.3 Pengaruh Penerapan Alternatif-Alternatif Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 Bagi Perusahaan 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 78 5.1 Kesimpulan. 78 5.2 Saran 79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Undang-Undang No. 17 Tahun 2000).. 27 Tabel 2.2 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Peraturan Menteri Keuangan No. 564/KMK.03/2004)...27 Tabel 2.3 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Peraturan Menteri Keuangan No. 137/PMK.03/2005). 28 Tabel 2.4 Tarif Pajak Atas Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. 29 Tabel 2.5 Tarif Pajak Atas Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan dan BUT... 29 Tabel 2.6 Rumus Gross-up.... 35 Tabel 2.7 Contoh Perhitungan Empat Alternatif PPh Pasal 21........ 37 Tabel 4.1 Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 yang di Gross-up 57 Tabel 4.2 Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 yang Ditanggung Karyawan... 62 Tabel 4.3 Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 yang Ditanggung Perusahaan. 67 Tabel 4.4 Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 yang Ditunjang Perusahaan 69 Tabel 4.5 Pemilihan Alternatif Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 71 Tabel 4.6 Perhitungan PPh Terutang Menggunakan Kebijakan PPh Pasal 21 yang Ditanggung Karyawan.. 73 Tabel 4.7 Perhitungan PPh Terutang Menggunakan Kebijakan PPh Pasal 21 yang Ditanggung Perusahaan 74 Tabel 4.8 Perhitungan PPh Terutang Menggunakan Kebijakan PPh Pasal 21 yang Ditunjang Perusahaan... 75 Tabel 4.9 Perhitungan PPh Terutang Menggunakan Kebijakan PPh Pasal 21 yang di Gross-up.. 76 Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Penelitian 77 ix
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. X.. 53 x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545/PJ./2000 Lampiran 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 564/KMK.03/2004 Lampiran 3 Peraturan Menteri Keuangan No. 137/PMK.03/2005 Lampiran 4 Perhitungan Tunjangan Pajak yang di Gross-up pada Tabel 4.1 xi