BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversity yang mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan mampu menghidupkan manusia dari generasi ke generasi. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam hayati Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tumbuhan yang sangat beragam. Tidak terkecuali tumbuhan/

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit diare. Diare menjadi penyakit berbahaya dengan peringkat ke-3

BAB I PENDAHULUAN. ini menyebabkan perbedaan dalam pemanfaatan tumbuhan baik dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki efek herbal adalah daun, biji, dan daging buahnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem stomatognasi gigi berfungsi sebagai alat mastikasi, estetika, fonetik

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT menciptakan langit, bumi beserta semua isinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki perairan sangat luas sebesar hektar. Perairan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu komponen alam yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. energi baru yang potensial adalah energi nuklir. Energi nuklir saat ini di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemui pada penderita periodontitis. Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kajian etnobotani di Indonesia sangat penting karena di satu pihak masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar dari

BAB I PENDAHULUAN. atau jagung yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Phytopthora infestans serta bakteri Ralstonia

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi. Keanekaragaman

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI OBAT PENYAKIT PADA ANAK DI KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP MADURA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IPTEK, DAN SENI DALAM ISLAM 1. Konsep Ipteks Dalam Islam a. Pengetahuan dan ilmu pengetahuan Pengetahuan : segala sesuatu yang diketahui manusia

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur (Ayuningtyas, 2011). Jenis

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sebagaimana hadist Rasulullah S.AW yang berbunyi: Artinya : Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi adalah bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme yang tidak

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Laporan World Health Organization (WHO) bahwa diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

PENGARUH EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus sp

BAB I PENDAHULUAN. banyak 2-3 kali lipat dibandingkan dengan negara maju (Simadibrata &

BAB I PENDAHULUAN. daya alam di antaranya sumber daya alam hayati. Kondisi alamindonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

UJI ANTIBAKTERI INFUSA KULIT BATANG KASTURI (Mangifera casturi Kosterm) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene,

BAB I PENDAHULUAN. hayati. Sumber hayati merupakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, infeksi C.albicans dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

UPACARA KIDUNG DALAM PERKAWINAN ADAT JAWA TIMUR DI KELURAHAN PEKAPURAN RAYA KOTA BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. insiden penyakit degeneratif di tiap negara. Selain itu, meningkatnya usia harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. segala hal yang akan dijalankan dalam usahanya. dan tidak dapat melihat pasar yang sesungguhnya benar - benar ada.

BAB V PEMBAHASAN. bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengembangan karir dan

ISLAM IS THE BEST CHOICE

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara mega biodiversity yang mempunyai keanekaragaman dan kekayaan flora berlimpah termasuk tumbuhan obat. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia (Hernani dan Syukur, 2002). Keanekaragaman dan kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Keanekaragaman sebagaimana dijelaskan dalam al-qur an surat Thahaa [20]:53 sebagaimana berikut: Artinya: Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis - jenis dari tumbuhan yang bermacam-macam (QS. Thahaa [20]:53). Menurut Al-Jalalain (2010(, lafad ا ز و اج ا yang berarti beranekaragam atau bermacam-macam, maksudnya yang berbeda-beda warna, bau dan rasa serta lain-lainnya. Menurut Purwanto (2008), lafad ا ز و اج ا jamak dari lafad ز و ج berarti berpasang-pasangan, Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dengan berpasang-pasangan, seperti adanya penyakit diturunkan pula obatnya. Hal ini merupakan fenomena alam yang merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Jelas bahwa tanda-tanda itu hanya diketahui oleh orang- 1

2 orang yang berakal. Salah satu manfaat keanekaragaman tumbuhan yaitu sebagai tumbuhan obat. Dalam hadist rasulullah SAW bersabda: ا ن اهلل ل م ي ى ز ل د اء ا ال و ا و ز ل ل ه د و اء ج ه ل ه م ه ج ه ل ه و ع ل م ه م ه ع ل م ه Artinya: Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya bersamanya. (Hanya saja) tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan mengetahui orang yang mengetahuinya (HR. Ahmad). (Al-Qaradhawi, 1998). Pada zaman Rasulullah SAW telah dikenal pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan, antara lain adalah habbatussauda (jintan hitam) dan minyak zaitun (Kustoro, 2007). Pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional tersebut sampai sekarang terus berkembang dan berlangsung dalam masyarakat. Jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional sangat banyak macamnya, namun pemanfaatannya masih terbatas berdasarkan pengalaman turun-temurun dari nenek moyang. Cabang ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan alam nabati sekitarnya disebut dengan Etnobotani (Walujo, 2009). Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang potensi manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan juga dilakukan oleh masyarakat Madura Provinsi Jawa Timur. Satu diantara kelompok masyarakat Madura adalah masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Januari 2013, didapatkan di Desa Jrengik, Jungkarang dan Kotah Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura memiliki potensi tumbuhan obat dengan indikasi banyak

3 didapati pembudidaya tumbuhan obat dan terdapat penjual tumbuhan obat serta simplisianya. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga Desa Jrengik, Jungkarang dan Kotah Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura, diperoleh bahwa warga desa tersebut mengalami penyakit kulit bisul dan pengobatan yang dilakukan menggunakan tumbuhan obat tradisional penyakit kulit bisul. Menurut Burns (2005), penyakit kulit bisul merupakan infeksi pada folikel rambut oleh bakteri S.aureus Dikemukakan pula oleh Burns (2005), bahwa gambaran infeksi S.aureus berupa suatu abses, reaksi peradangan dan pernanahan sentral. Penelitian etnobotani sebelumnya yang pernah dilakukan oleh masyarakat Madura adalah etnobotani berbagai tumbuhan obat di Kabupaten Sumenep Madura yang berhubungan dengan masalah reproduksi (Bakar, 2007). Penelitian lain tentang studi etnobotani tumbuhan yang berpotensi sebagai obat penyakit pada anak telah dilakukan di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura (Tsauri, 2011), demikian pula etnobotani tumbuhan obat penyakit dalam yang telah dilakukan di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura (Rozak, 2011). Sejauh ini relatif belum ada penelitian etnobotani tentang tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul pada masyarakat Madura. Disamping penelitian etnobotani, pada penelitian ini juga dilanjutkan pada penelitian mikrobiologi. Penelitian mikrobiologi yang dilakukan untuk menguji potensi tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura sebagai obat penyakit kulit bisul, dan uji potensi dilakukan terhadap

4 bakteri patogen penyebab bisul yakni S.aureus. Menurut Kurniawati (2008), bakteri S.aureus menyebabkan penyakit kulit seperti infeksi pada folikel rambut yang menyebabkan terjadinya abses permukaan yang terlokalisasi atau disebut bisul. Keefektifan tumbuhan obat penyakit kulit bisul dapat dilihat dari zona hambat. Metode yang digunakan adalah metode dilusi dengan uji cakram atau Kirby-Bauer, merupakan uji daya antibakteri yang relatif umum dan lebih sederhana digunakan untuk mengetahui zona hambat yang terbentuk dari jenis tumbuhan obat yang berbeda. Uji Kirby-Bauer memiliki prinsip kerja yaitu untuk mengetahui zona hambat yang terbentuk pada medium (Pratiwi, 2008). Sampel yang digunakan pada penelitian mikrobiologi adalah tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul dengan persentase penggunaan tertinggi oleh masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura, disamping menentukan konsentrasi tumbuhan yang paling efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri S.aureus. Penelitian mikrobiologi sebelumnya yang dilakukan Monalisa (2011), tentang uji daya antibakteri daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) terhadap bakteri S.aureus diperoleh hasil, ekstrak tapak liman yang paling efektif sebagai antibakteri adalah pada konsentrasi 20%, dengan rata-rata diameter zona hambat 5,71 mm. Penelitian lain dilakukan Zamrodi (2011), tentang uji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri senyawa aktif tanaman anting-anting (Acalypha indica L.) diperoleh hasil ekstrak etanol daun anting-anting mampu menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus pada konsentrasi 125 mg/ml dengan diameter zona hambat yaitu 5 mm. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tumbuhan

5 memiliki potensi antibakteri yang berbeda. Hal ini disebabkan berbagai tumbuhan memiliki genetis yang berbeda yang berakibat kandungan senyawa aktif yang berbeda-beda. Menurut Lenny (2006), tumbuhan umumnya mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder seperti alkoloid, flavonoid, saponin, dan lain-lain. Dengan demikian hasil penelitian etnobotani dan mikrobiologi diharapkan dapat memberikan konstribusi di bidang farmakologi dan sebagai informasi sekaligus sebagai konservasi terhadap pengetahuan lokal (indegenious knowledge) yang dimiliki oleh masyarakat Desa Jungkarang dan Kotah Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura tentang tumbuhan obat yang dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit bisul serta upaya menggiatkan kembali tindakan back to nature dalam bidang kesehatan. Berdasarkan latar belakansg masalah diatas, maka penelitian ini mengambil judul Studi Etnobotani dan Mikrobiologi Tumbuhan Berpotensi Obat Penyakit Kulit Bisul (Furunkel) pada Masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, sebagai berikut: 1. Jenis tumbuhan apa sajakah yang berpotensi obat tradisional penyakit kulit bisul di Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura?

6 2. Organ apa sajakah dari tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura? 3. Bagaimanakah cara pemanfaatkan tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul oleh masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura? 4. Bagaimanakah cara masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura mendapatkan tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul? 5. Bagaimanakah daya hambat tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura terhadap bakteri S.aureus? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka didapat tujuan penelitian antara lain: 1. Mengetahui jenis tumbuhan apa sajakah yang berpotensi obat tradisional penyakit kulit bisul di Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura. 2. Mengetahui organ apa sajakah dari tumbuhan berpotensi obat tradisional penyakit kulit bisul di Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura. 3. Mengetahui cara pemanfaatkan tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul oleh masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura. 4. Mengetahui cara masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura mendapatkan tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul.

7 5. Mengetahui zona hambat tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura terhadap bakteri S.aureus. 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian etnobotani dilakukan terhadap tumbuhan berpotensi obat penyakit kulit bisul pada masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang. 2. Daerah yang diteliti meliputi Desa Kotah dan Jungkarang Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura. 3. Tumbuhan obat diidentifikasi minimal pada tingkat famili dan maksimal pada tingkat spesies. 4. Penelitian mikrobiologi berupa uji zona hambat dilakukan terhadap tumbuhan yang menunjukkan data persentase penggunaan paling tinggi dalam penelitian etnobotani tumbuhan obat penyakit kulit bisul oleh masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura. Apabila tumbuhan yang memiliki persentase penggunaan paling tinggi telah dilakukan penelitian oleh pihak lain, maka pilihan dialihkan ke peringkat persentase dibawahnya dengan catatan cara penggunaan sama (menggunakan obat luar). 5. Uji potensi tumbuhan obat melalui metode dilusi agar dengan uji Kirbybauer (cakram) yang digunakan untuk mengukur zona hambat.

8 6. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah S.aureus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik ibrahim Malang. 7. Variabel penelitian meliputi jenis tumbuhan, macam organ tumbuhan obat yang dimanfaatkan, cara mendapatkan tumbuhan obat dan cara pemanfaatan tumbuhan sebagai obat penyakit kulit bisul serta uji daya hambat bakteri S.aureus. 1.5 Manfaaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi wawasan pada keilmuan bidang sains dan sosial, khususnya dalam keilmuan etnobotani dan mikrobiologi kepada mahasiswa jurusan Biologi UIN Maliki Malang. 2. Penelitian etnobotani diharapkan dapat menginventarisasi dan mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang biasa dipergunakan masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura dalam mengobati penyakit kulit bisul, bagian yang digunakan serta cara penggunaannya sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan dan sebagai sumbangan data etnobotani Indonesia kepada museum etnobotani Indonesia. 3. Penelitian mikrobiologi diharapkan dapat memperluas keilmuan, khususnya dalam mengetahui daya antibakteri tumbuhan obat penyakit kulit bisul yang biasa dipergunakan masyarakat Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang Madura.