BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Budaya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

PROFIL ANAK PUNK. (Studi Kasus di Pasar Gemolong) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

PERILAKU ANGGOTA KOMUNITAS PUNK DI SURABAYA. ( Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk di Surabaya)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunitas dapat diartikan sebagai masyarakat community atau masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

Gambar 1.1 Logo UNKL347

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV SEJARAH PUNK DAN PROFIL KEDAI KEBLASUK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian di lapangan (Nasir,1998: 5). Tipe penelitian yang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang mempunyai tujuan ideologi yang sama. Hal ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya telah terpenuhi. Salah satu penghambat dari kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

BAB II METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana Penelitian

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

I. PENDAHULUAN. kontra dalam masyarakat. Prostitusi di sini bukanlah semata-mata merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

KEBERADAAN KOMUNITAS PUNK DI KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, kebutuhan manusia

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK KOMUNITAS PUNK di KOTA CIREBON

BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Sport Hall

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

PEMBINAAN ANAK JALANAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) KAMPUNG ANAK NEGERI KOTA SURABAYA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Arus modernisasi dan globalisasi membawa dampak massal, yang sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

QUESIONER PENELITIAN. : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara)

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

Bab I PENDAHULUAN. : bangunan untuk tempat tinggal (KBBI) : mengundurkan diri dari kegiatan sehari hari dalam jangka. sendirian) - artikata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SINGGAH SEBAGAI TEMPAT PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Konsep pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. Senin, 2 Maret 2015, WIB)

VISI MISI DAN PROGRAM KERJA AZAS (AZAN PIOLA & SYAMSU BOTUTIHE)

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. pelajar dan banyak di antaranya tidak lagi bersekolah karena berbagai alasan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jazz, blues, rock, dan lain sebagainya. Diantara sekian banyak aliran musik

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ada terkadang membawa hal yang positif dan negatif, tergantung dari

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua, roda empat

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

PERATURAN PSYCHE 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Pengertian squatting sebagai wadah kreatifitas anak punk di Surakarta, dapat diuraikan sebagai berikut: Squatting : beranda atau tempat tinggal bagi anak punk yang dihuni sebagai rumah tinggal mereka dengan kata lain tinggal secara ilegal yang terabaikan (rumah kosong, bekas gedung, dll). 1 Wadah : tempat untuk menaruh, menyimpan sesuatu; tempat berhimpun; perhimpunan. 2 Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3 Anak : Keturunan yang kedua; manusia yang masih kecil. 4 Punk : pemuda yang ikut gerakan menentang masyarakat yg mapan, dengan menyatakannya lewat musik, gaya berpakaian, dan gaya rambut yg khas. 5 Dari pengertian judul di atas dapat disimpulkan bahwa Squatting Sebagai Wadah Kreatifitas Anak Punk Di Surakarta adalah suatu tempat tinggal bagi 1 www.wikipedia.org 2 KKBI Offline versi 1.1 3 KKBI Offline versi 1.1 4 KKBI Offline versi 1.1 5 KKBI Offline versi 1.1 1

anak punk yang digunakan untuk menciptakan dan mewadahi bakat-bakat yang mereka miliki yang berlokasi di kota Surakarta. 1.2 Latar Belakang 1.2.1 Umum Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagulagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak. Menyebut kata punk, sekilas akan terlintas bayangan sekumpulan anak muda dengan dandanan liar, rambut dicat dengan potongan keatas. Mereka biasa berkumpul di beberapa titik keramaian pusat kota dan kelompok yang kerap disebut komunitas Punk ini, memiliki gaya dengan ciri khas sendiri. Punk sendiri merupakan suatu aliran atau sub-budaya dari tingkat/gaya hidup yang berlandaskan pada keyakinan. Sejarah pertumbuhan atau perkembangan kaum punk berasal dari London, England pada tahun 1970-an. Pertumbuhannya komunitas kaum ini berdasarkan pada ideologi hidup, yang mana merupakan gerakan anak 2

muda dari kaum pekerja yang mengkritik keadaan sosial, ekonomi, politik, ideologi, dan agama yang sedang mengalami kekacauan sehingga menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran dan kriminalitas. Seiring dengan berjalannya waktu punk yang berkembang di Indonesia lebih dikenal dalam hal pakaian yang dikenakan dan tingkah laku. Komunitas punk di Indonesia beranggapan bahwa mereka mendapat kebebasan, yang berdasarkan slogan mereka DIY (Do It Yourself). Punk di Indonesia selalu ditafsirkan negatif, dikarenakan jika seseorang yang berpenampilan dengan sepatu boots, rantai dan spyke, jaket kulit berwarna hitam, dan celana jeans yang ketat, selalu dicap sebagai perusuh, asosial, pemabuk, bahkan kriminal. Penyebab komunitas punk dianggap miris karena stereotip masyarakat, yaitu menggeneralisasikan sekelompok orang dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan mereka yang bersifat individual. Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri. Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara. Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan 3

pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup. 1.2.2 Khusus Komunitas punk dapat dikatakan berkembang di Indonesia dan hampir disetiap kota-kota besar, termasuk juga di Surakarta. Ini merupakan masalah laten khusus bagi pemerintah kota dalam hal penertibannya. Karena banyak keluhan terhadap keberadaan komunitas ini. Di Surakarta sendiri punk lebih dikenal dengan hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup yang anarkis membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Namun hal ini membuat masyarakat resah dan sebagian lagi menganggap dari gaya hidup mereka yang mengarah ke barat-baratan. Setiap melihat punk di jalanan atau dipemberhentian lampu merah, setidaknya warga akan mengatakan gelandangan, gembel, dan sebagainya. Hal ini akan berdampak akan memunculkan kejahatan dimasa yang akan datang dari kebiasaan mereka sehari-hari. Banyak anak punk dari berbagai daerah sering terjaring razia petugas gabungan Polresta dan Satuan Polisi (Satpol), dikarenakan ulah mereka sendiri. Padahal para anggota Satpol PP mengaku prihatin dengan anak punk yang kebanyakan anak-anak putus sekolah yang didominasi remaja. Remaja merupakan usia produktif untuk mengembangkan kreativitas. Setelah dirazia, mereka kemudian didata dan dikembalikan ke daerah asalnya. Jika masih di eks-karesidenan Surakarta, akan diserahkan ke Satpol PP setempat. Sedangkan bagi mereka yang di luar eks-karesidenan Surakarta, diberi uang saku untuk kembali ke wilayah asalnya. Sebelum dilepas, petugas akan melucuti atribut khas komunitas punk. Misalnya 4

anting-anting, pakaian serba hitam yang kumal, dan rantai. Selain itu, rambut model mohawk juga akan dirapikan 6. Anak punk seolah-olah menjadi komunitas yang terisolasi dari kehidupan anak pada umumnya, padahal setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, kesehatan dan perlindungan. Bertolak dari hal-hal tersebut, squatting bertujuan mewadahi bakatbakat yang mereka miliki yang diharapkan mampu memperbaiki pandangan masyarakat terhadap komunitas anak punk. Agar komunitas ini dapat bekerja mandiri tampa harus kembali turun kejalan dan tidak mengganggu ketertiban umum lagi. 1.3 Rumusan Masalah 1.3.1 Permasalahan Bagaimanakah merancang wadah yang dianggap tepat sebagai salah satu solusi untuk menampung permasalahan anak punk di Surakarta yang semakin meningkat. 1.3.2 Persoalan 1. Bagaimana menentukan site dan menganalisa lokasi yang tepat untuk mendirikan squatting agar anak-anak punk yang datang tidak mengalami kesulitan dalam akses transportasi 2. Bagaimana membuat wadah yang sesuai dengan kebutuhan anak punk di Surakarta baik secara fisik maupun psikologis mereka untuk hidup layak lewat jalan yang mereka pilih. 3. Karakter penampilan bangunan yang sesuai dengan ideologi anak punk. 6 http://www.tempointeraktif.com/ 5

1.4 Tujuan dan Sasaran 1.4. 1 Tujuan 1. Mendirikan sebuah Squatting yang dapat mewadahi kegiatan anak punk ke arah yang positif dengan memberikan nilai nilai keratifitas ala mereka guna kehidupan layak mereka kelak. 2. Memberikan pendidikan kepada anak punk agar tidak berkeliaran di jalan-jalan. 3. Banyak point lebih bila kita melakukan pendekatan berbasis komunitas, antara lain : Assesment yang tepat sasaran, akan di dapatkan data yang lebih valid, Pola pembinaan yang efektif, Pemberian bantuan pembinaan, ekonomi dan spiritual yang tepat, terpantau dan efektif, Pengembangan metode pendidikan lebih mudah dan Mempermudah akses anggota komunitas untuk mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan dan advokasi (hal legal lainnya) 1.4. 2 Sasaran Mendapatkan konsep bangunan Squatting Sebagai Wadah Kreatifitas Anak Punk secara keseluruhan sesuai dengan batasan dan lingkup pembahasan, yang meliputi: a. Konsep peruangan sebagai rekomendasi desain yang mempertimbangkan aspek perilaku anak punk. b. Perencanaan dan perancangan fisik guna mencerminkan pendidikan bagi anak punk sebagai bentuk hidup dijalanan pun mereka mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan yang layak. c. Squatting sebagai wadah kreatifitas mempermudah anak punk menampung bakat-bakat yang mereka miliki, serta menyalurkan minat dan bakat. 6

1.5 Lingkup Pembahasan dan Batasan 1.5. 1 Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan ditekankan pada proses perencanaan dan perancangan bangunan squatting dengan memperhitungkan aspek interaksi antara ruang dengan perilaku penggunanya. 1.5. 2 Batasan Pembahasan dibatasi pada latar belakang permasalahan dan persoalan yang ada serta diarahkan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai untuk menuju konsep perencanaan dan perancangan bangunan squatting sebagai beranda atau tempat tinggal bagi anak punk sebagai rumah tinggal mereka. 1.6 Keluaran Faktor kemiskinan, yang dihadapi oleh anak punk serta kreatifitas yang tidak dapat terwadahi dengan baik merupakan salah satu tema yang dapat diangkat dalam perancangan squatting di Surakarta. Konsep awal perencanaan untuk bangunan squatting ini dengan menggunakan konsep bangunan modern yang difungsikan sebagai tempat mewadahi dan memfasilitasi kegiatan mereka. 1.7 Metodologi Pembahasan 1.7.1 Observasi dan Interview Karena sedikitnya literature yang berkaitan dengan anak punk beserta penanganannya maka, salah satu cara pencarian data yang digunakan adalah dengan mencari informasi obyek bersangkutan baik secara langsung maupun tidak. Beberapa obyek yang dianggap cukup representatif dijadikan obyek observasi sebagai bahan studi banding, yang didukung pula oleh hasil interview dari orang yang berpengalaman pada bidang ini. 7

1.7.2 Literatur Pencarian literatur dilakukan untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berupa hasil observasi dan interview. Literatur yang digunakan berupa buku-buku, karya tulis maupun artikel dari berbagai sumber (majalah, koran, internet, dll) yang mendukung dan mengarahkan dalam proses perencanaan dan perancangan ini. 1.8 Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Berisi pengertian judul, mengungkapkan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup dan batasan masalah, metode pembahasan serta sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tinjauan teoritis mengenai anak punk serta hal-hal yang terkait dalam perancangan squatting sebagai wadah kreatifitas anak punk di Surakarta. BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERANCANGAN (DATA) Berisi tentang lokasi,site yang akan menjadi tempat perencanaan dan pembangunan serta aspek lingkungan sekitar dan kesimpulan dari semua tujuan perencanaan dan perancangan. BAB IV ANALISIS PENDEKATAN DAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang analisa data dan pendekatan konsep secara keseluruhan sebagai dasar penyusunan konsep bangunan Squatting Sebagai Wadah Kreatifitas Anak Punk Di Surakarta. 8