BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU otonomi daerah tersebut kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya desentralisasi fiskal. Penelitian Adi (2006) kebijakan terkait yang

BUPATI LINGGA PERATURAN BUPATI LINGGA NOMOR : TAHUN 2012 T E N T A N G RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LINGGA TAHUN 2013

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan sistem kesehatan (nasional) adalah meningkatkan dan memelihara status kesehatan penduduk, responsif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prinsip-Prinsip Penganggaran

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

RINGKASAN EKSEKUTIF. L K j - I P D i n a s K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T A

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, kontribusi penelitian, dan jadwal penelitian. pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tabel 1. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Indonesia Yang Dilaporkan Menurut Tahun Sampai Dengan Tahun 2015

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang

Daftar Isi. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

RechtsVinding Online

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 462/KEP/GUB/BAPPEDA-2/2012 TANGGAL : 13 JULI 2012

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengatur pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL EMAS TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN PPSP STRATEGI SANITASI KOTA. III.1. Aspek Non Teknis

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Strategis Kementerian Kesehatan periode 2015 2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan (Kementerian-Kesehatan, 2015). Dengan demikian gizi merupakan salah satu yang menjadi perhatian dari pemerintah pusat. Permasalahan gizi pada masa balita akan berdampak terhadap kehidupan balita tersebut dimasa yang akan datang, sehingga hal ini akan mempengaruhi kualitas generasi muda yang akan datang. Apabila masalah ini tidak diatasi, maka dalam waktu jangka menengah dan panjang akan terjadi kehilangan generasi (generation lost). Masalah gizi sebenarnya dapat terjadi pada seluruh kelompok usia, bahkan masalah gizi pada suatu kelompok usia tertentu akan mempengaruhi status gizi pada siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact) (Aritonang, 2012). Permasalahan gizi yang muncul perlu diselesaikan dengan intervensi pemerintah dalam bentuk program kegiatan, pelaksanaan program kegiatan diperlukan pembiayaan. Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam sistim kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Adisasmato, 2014). Menurut Bappenas (2009), bahwa capaian program/kinerja dapat diwujudkan dengan dana yang memadai melalui pagu belanja per program kegiatan yang telah ditetapkan Di era otonomi daerah kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, kabupaten dan kota. Menurut Adisasmato (2014) pembiayaan kesehatan pada era desentralisasi tergantung pada daerah, oleh sebab itu kemampuan 1

2 kepala dinas dan jajarannya dapat menetapkan prioritas program dan kemampuan advokasi kepada pemerintah daerah dan legislatif, dalam upaya mendapatkan political commitmen dari Pemerintah Daerah (Eksekutif) dan DPRD (Legislatif) untuk mendapatkan alokasi dana yang sesuai dengan kebutuhan. Minimnya anggaran yang diperuntukkan bagi sektor kesehatan, dapat dipandang sebagai rendahnya apresiasi kita akan pentingnya bidang ini sebagai elemen penyangga, yang bila terabaikan akan menimbulkan rangkaian problem baru yang justru akan menyerap keuangan lebih besar lagi (Bastian, 2015). Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan, kapasitas lokal untuk memanfaatkan dana, keterlibatan donor di sektor kesehatan, dan komitmen untuk mempromosikan keadilan memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan pengalokasian sumber daya (Asante & Zwi, 2009). Keterbatasan sumber daya merupakan suatu permasalahan yang sering dihadapi oleh institusi kesehatan dalam memberikan pelayanan. Oleh karena itu dalam mengalokasikan sumber daya sangat diperlukan penetapan prioritas. Kebutuhan sektor kesehatan selalu melebihi sumberdaya yang tersedia, sehingga penetapan prioritas adalah elemen kunci dalam alokasi sumber daya kesehatan (Hipgrave, et al., 2014) Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan kabupaten ke-7 dari 7 (tujuh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kepulauan Anambas menetapkan prevalensi gizi kurang sebesar 10%. Dalam upaya pencapaian target tersebut Dinas Kesehatan sudah mengalokasikan dana untuk program kegiatan gizi, untuk lebih jelasnya alokasi dana untuk program kegiatan gizi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Anggaran Program Gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2012 2014 Tahun Anggaran Anggaran Dinas Kesehatan Anggaran Program Gizi % Program gizi terhadap anggaran Dinas Kesehatan 2012 108.119.494.491 242.130.875 0,2 2013 106.807.083.526 1.255.125.000 1,1 2014 100.313.809.848 394.818.000 0,3 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas

3 Alokasi dana yang sudah dianggarkan diharapkan dapat mencapai target target yang telah ditetapkan. Target-target yang ditetapkan akan menjadi indikator kinerja untuk program gizi, pencapaian indikator kinerja program gizi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pencapaian Indikator Kinerja Program Gizi di Kab Kepulauan Anambas Tahun 2012-2014 No Indikator Target Tahun (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1 Partisipasi Masyarakat 80 51,40 59,04 47 datang ke posyandu 2 Cakupan Vitamin A 90 65,85 90,93 78,14 3 Gizi Kurang 10 5,1 11,19 10,91 4 Ibu Hamil KEK 5 9 9 16 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas Dilihat dari tabel 2 bahwa beberapa indikator terjadi penurunan, dengan kondisi tersebut diatas bahwa besaran dana yang dialokasikan tidak merubah pencapaian target kinerja kearah yang lebih baik. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pembiayaan program gizi di Kabupaten Kepulauan Anambas terhadap pencapaian target program gizi? 1. Tujuan Umum C. Tujuan Penelitian Menganalisis pembiayaan program gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan cakupan program gizi b. Menganalisis mekanisme perencanaan program kegiatan gizi. c. Menganalisis komitmen Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program kegiatan gizi. d. Menganalisis ketersediaan anggaran program gizi.

4 e. Menganalisis imlplementasi pemanfaatan dana program gizi. D. Manfaat Penelitian 1. Dinas Kesehatan Sebagai bahan kajian dalam merancang kebijakan dan pembiayaan program gizi. 2. Manfaat ilmiah Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi peneliti berikutnya dalam mengembangkan penelitian mengenai pembiayaan program gizi 3. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan analisa kebijakan pembiayaan kesehatan program gizi E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian terhadap Analisis Pembiayaan Program Gizi di Kabupaten Kepulauan Anambas, sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Penelitian hampir serupa yang pernah dilaksanakan dan ada hubungannya dengan pembiayaan kesehatan :

5 Tabel 3. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Yandriani (2007) Analisis pembiayaan Menganalisis Metode kesehatan bersumber pembiayaan penelitian, pemerintah kesehatan di suatu fokus berdasarkan kabupaten penelitian pendekatan district health account di Kota Pariaman Fairyo (2009) Pembiayaan gizi Menganalisis Metode bersumber dana pembiayaan penelitian pemerintah provinsi kesehatan untuk deskriptif Papua tahun anggaran program gizi dengan 2002-2007 di Dinas pengumpulan Kesehatan Provinsi data secara Papua dan Kabupaten Biak Numfor kuantitatif sedangkan penelitian ini dengan metode kualitatif

6 dengan rancangan studi kasus Refra (2012) Pembiayaan kesehatan Metode penelitian, Fokus operasional program ketersediaan penelitian, malaria di Dinas pembiayaan untuk unit analisis Kesehatan Kabupaten suatu program Kepulauan Aru