16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Manfaat yang dapat diambil dari tanaman kacang tanah yaitu dapat diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. Kebutuhan akan kacang tanah di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat baik untuk konsumsi maupun sebagai bahan industri. Kebutuhan kacang tanah Indonesia meningkat rata-rata setiap tahun kurang lebih 900.000 ton (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2012). Namun demikian pada kenyataannya produksi kacang tanah dalam negeri masih tergolong rendah sehingga untuk memenuhi kekurangan tersebut pemerintah harus mengimpor kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012). Berdasarkan data (BPS, 2012), produksi kacang tanah nasional dari tahun 2006-2011 terus mengalami penurunan sebesar 147.150 ton. Penurunan ini pada umumnya disebabkan oleh penurunan luas lahan dan produktivitas lahan penanaman kacang tanah. Dikarenakan itu maka upaya peningkatan produksi kacang tanah harus melalui intensifikasi, salah satunya dengan pemanfaatan lahan secara maksimal dan pemupukan. Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah melalui beberapa fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Setiap fase-fase tersebut tanaman kacang tanah membutuhkan unsur hara yang cukup guna
17 mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Fase pertumbuhan (vegetatif) kacang tanah berlangsung pada umur satu hingga tiga minggu setelah tanam dan pada umur empat minggu setelah tanam kacang tanah sudah memasuki fase reproduksi (generatif). Sehingga pemupukan tepat takaran dan tepat waktu sangat dibutuhkan pada fase-fase tersebut agar kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat tercukupi sehingga pertumbuhan dan hasil produksi dapat optimal. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah sangat membutuhkan unsur hara, salah satu hara yang dibutuhkannya yaitu kalium. Secara umum unsur hara kalium memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, memperkuat ketegaran tanaman sehingga daun, bunga, buah, dan batang tidak mudah rontok atau rebah, memperbaiki kualitas buah pada masa generatif, serta berguna untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama. Menurut hasil penelitian (Rukmi, 2009) bahwa pupuk kalium berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah cabang per tanaman dengan jumlah cabang tertinggi pada K1 adalah 3,1 per tanaman, berat biji kedelai per tanaman dengan hasil tertinggi pada biji berat K1 adalah 1,4 gram per tanaman, dan bobot biji per hektar dengan bobot hasil biji tertinggi pada K1 adalah 1,8 ton per hektar. Dan menurut hasil penelitian (Harsono, 2002) bahwa aplikasi pupuk K pada kacang tanah di tanah mediteran memperlihatkan tanpa pupuk K hasil polong kering kacang tanah 0.5 ton/ha, tetapi dengan pemupukan 45 kg K2O/ha, hasil meningkat menjadi 1.2 ton/ha polong kering kacang tanah. Kacang tanah sebagai tanaman penghasil biji-bijian sangat membutuhkan unsur hara khusunya kalium, karena unsur ini sangat berperan
18 dalam membantu pembentukan bunga dan polong. Menurut (Cahyono, 2003), zat hara kalium bermanfaat bagi pembentukan zat tepung atau karbohidrat di dalam tubuh tanaman, memperkuat batang, pembentukan hijau daun sehingga dapat membantu proses fotosintesa tanaman, pembentukan bunga dan polong, meningkatkan kualitas biji dan benih, pembelahan sel dan pembentukan protein, mempertebal dinding sel jaringan sehingga meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, memperbaiki rasa dan warna polong, meningkatkan daya simpan polong, memperkuat daun, bunga dan polong, mengatur keseimbangan pupuk nitrogen dan fosfat dan meningkatkan kemampuan tanaman menyerap air. Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk ion K+, di dalam tanah ion K+ bersifat dinamis sehingga menyebabkan unsur hara kalium mudah tercuci terutama pada tanah berpasir dan tanah dengan ph rendah. Karena unsur hara kalium dalam tanah bersifat mobil, mudah tercuci atau mudah terangkut oleh aliran air ke tempat lain, maka sangat dibutuhkan bahan yang memiliki kemampuan menyerap kation yang tinggi dan menyimpan sementara senyawa kalium. Salah satu bahan yang dapat mencegah hilangnya kalium di dalam tanah yaitu zeolit. Zeolit mempunyai sifat kimia yang bermanfaat sebagai penukar kation dan berfungsi untuk meningkatkan produktifitas tanah, serta dapat menyimpan senyawa pupuk yang tidak terpakai didasarkan pada kapasitas tukar kationnya yang tinggi. Menurut (Maryanto, 2000) semakin tinggi (KTK) zeolit semakin tinggi pula kualitas zeolitnya dan zeolit dapat
19 meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, karena zeolit mempunyai (KTK) yang lebih tinggi daripada (KTK) tanah. Dalam konsep pemupukan perlu memperhatikan pengaturan dosis dan tenggang waktu pemberian pupuk untuk mencapai produksi dan mutu yang tinggi. Menurut pendapat (Indranada, 1994) pemupukan mempunyai peranan yang sangat penting, pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif adalah dosis pupuk, sedangkan persyaratan kualitatif meliputi antara lain yaitu: (1) Unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, (2) Waktu pemupukan dan penempatan pupuk yang tepat, (3) Unsur hara yang berbeda pada waktu dan tempat yang tepat diserap oleh tanaman, dan (4) Unsur hara yang diserap digunakan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya. Pemberian pupuk KCl dapat menyediakan unsur hara kalium yang kurang atau tidak tersedia di dalam tanah. Namun dilihat dari sifat reaksi pupuk KCl sangat cepat sehingga akan mempengaruhi waktu pemberian pupuk tersebut. Karena pupuk KCl bersifat mobil mudah tercuci atau mudah terangkut oleh aliran air maka pemberiannya dilakukan secara bertahap guna menjaga ketersediaan hara tersebut di dalam tanah. Sehingga perlu dikaji dan diteliti mengenai respon tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap variasi frekuensi pemberian pupuk KCl dan zeolit.
20 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh penggunaan pupuk KCl dan Zeolit terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.)? 2. Apakah ada pengaruh variasi frekuensi pemberian pupuk KCl terhadap pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea L.)? 3. Apakah ada interaksi pupuk KCl dan Zeolit terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.)? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh pupuk KCl dan Zeolit terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). 2. Mengetahui pengaruh variasi frekuensi pemberian pupuk KCl terhadap pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea L.). 3. Mengetahui interaksi antara pupuk KCl dan Zeolit terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). D. Hipotesis 1. Diduga pemberian pupuk KCl dan Zeolit dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.).
21 2. Diduga variasi frekuensi pemberian pupuk KCl dan Zeolit dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea L.). 3. Diduga ada interaksi antara pupuk KCl dan Zeolit terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). E. Manfaat Penelitian Dari penelitian dengan judul Respon Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Variasi Frekuensi Pemberian KCl dan Zeolit diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh pemberian pupuk KCl dan Zeolit dan ditemukan penerapan frekuensi pemberian pupuk KCl dan Zeolit yang tepat pada tanaman kacang tanah. Disamping itu juga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi petani dan instansi terkait dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.).