HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DENGAN TINGKAT KECEMASAN Aris Dwi Cahyono Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Elderly was person who have ages more than 6 years old (WHO). Elderly was continued stage of a life process that will experienced of all an individual (Azizah,211). Elderly will experience aging process. Aging process was tends to potentially decreased the degree of independence of the elderly in performing daily activities(maryam, 28). Decrease in the level of independence in the elderly can lead to anxiety (Herman, 29). From the results of the survey encountered many elderly who have decreased levels of independence and anxiety. The purpose of this study was to determine the relationship of the level of independence of the elderly in performing daily activities with the level of anxiety. Research design used in this study is the Analytic Cross Sectional. The population in this study were all elderly in the village of Margomulyo Puncu totaling 123 elderly and in grab samples of 54 respondents. Research gauges the degree of independence of the elderly using questionnaires according to Katz index, whereas the level of anxiety using the questionnaire according to Hars. Analysis of the data in this study using Descriptive Analytics. The results showed that there is a relationship between the degree of independence of the elderly in performing daily activities with the level of anxiety in the hamlet village Margomulyo Puncu Puncu Kediri District in 213 The existence of a relationship between the degree of independence of the elderly with anxiety level, is influenced by factors of age and education. More severe in the elderly dependency perform daily activities, the more severe level of anxiety. So it is advisable for the elderly at the time of independence would decrease the level of physical training to maintain functional ability and social support to the elderly in order to avoid anxiety. Keywords: Elderly, Independence, Anxiety Latar Belakang Menurut World Health Organisation (WHO), Lanjut Usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 6 tahun ke atas. Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan di alami oleh semua individu (Azizah, 211). Lansia mengalami proses penuaan (Aziz ah, 211). Proses penuaan pada lansia cenderung berpotensi terhadap penurunan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Maryam, 28). Tingkat kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Herman, 29). Penurunan tingkat kemandirian dapat mengakibatkan kecemasan pada lansia. adalah keadaan ketika individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito,23). Dari hasil survei di masyarakat masih jumpai banyak lansia yang mengalami penurunan tingkat kemandirian dan mengalami kecemasan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa pada tahum 21 jumlah lansia di Indonesia 23.992.553 jiwa (9,77%), sedangkan jumlah lansia di Jawa Timur pada tahun 2.971.4 jiwa (Rhirin, 211). Menurut WHO-Comunity Study of the Elderly, Central Java (199) dalam Boedhi Darmojo (24), di Indonesia masalah kesehatan lansia yang mempengaruhi ADL ( Activity Daily Living) berjumlah 29,3% (Azizah, 211). Berdasarkan survei peneliti di Dusun Margomulyo Desa Puncu Jurnal AKP 1 Vol. 4 No. 2, 1 Juli 31 Desember 213
Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri terdapat 123 lansia, dengan jumlah laki-laki 51 dan perempuan 72. Dengan metode wawancara dari 1 orang lansia di dapatkan kategori mandiri 5 orang (5%) dan mengalami kecemasan ringan, 3 orang ketergantungan sedang (3%) dan cemas sedang, dan 2 orang ketergantungan berat (2%) sehingga mengalami kecemasan berat. Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 6 tahun ke atas. Lansia mengalami proses penuaan sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi (Azizah, 211). Permasalahan kesehatan yang muncul sebagai akibat dari penurunan fungsi meliputi gangguan pada pendengaran, gangguan pada penglihatan, gangguan pada persendian dan tulang, gangguan pada defekasi, dan penurunan tingkat kemandirian (Azizah, 211). Kemandirian lansia berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif (Maryam, 28). Tingkat kemandirian pada lansia dapat di lihat dari kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas sehari hari, seperti mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol BAK, atau BAB, serta dapat makan sendiri (Kushariyadi, 211). Penurunan tingkat kemandirian pada lansia seringkali menimbulkan kecemasan. adalah keadaan ketika individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito,23). Dimana kecemasan lansia akibat penurunan tingkat kemandirian di tandai dengan mudah terjatuh, mudah lelah, berat badan menurun, dan gangguan pada ketajaman penglihatan (Azizah, 211). dapat di atasi dengan menggunakan pendekatan suportif yaitu dengan memberikan dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat (Tamher.S, 29). Apabila kecemasan tidak teratasi maka bisa berdampak pada fisik gangguan pada organ-organ tubuh termasuk imunitasnya, kemudian pada psikologis akan muncul perasaan khawatir yang tidak rasional akan kejadian yang terjadi, sulit sepanjang malam, rasa tegang dan rasa panik terhadap masalah yang ringan (Maryam, 28). Pada sosialnya lansia enggan berkomunikasi dengan orang lain bahkan mengisolasi dirinya karena mereka merasa tidak bebas lagi, serta khawatir karena di anggap tidak lagi mandiri oleh keluarga dan lingkungan (Tamh er.s, 29). Dan pada spiritualnya lansia tersebut tidak percaya terhadap dirinya sendiri dan menurunnya keyakinan pada Tuhan karena adanya rasa tidak percaya dengan kekuasaan Tuhan (Azizah, 211). Dari semua upaya yang telah di lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, pemerintah belum menemukan solusi untuk meningkatkan tingkat kemandirian dan mengurangi kecemasan lansia sebagai dampak proses penuaan (Depkes RI, 211). Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari Dengan Tingkat di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213? Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi tingkat kemandirian pada lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213. b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213. c. Menganalisis hubungan tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas seharihari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional dengan pendekatan Analitik Cross Sectional. Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat 2 Vol. 4 No. 2, 1 Juli 31 Desember 213
Variabel penelitian ini adalah tingkat kemandirian lansia sebagai variabel independen dan variabel dependen adalah tingkat kecemasan. Penelitian diselenggarakan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri, adapun waktu penyelesaian penelitian yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Maret 213. Populasi penelitian ini adalah lansia yang ada di Dusun Margomulyo Desa Puncu yang berjumlah 123 lansia. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian populasi lansia yang ada di Dusun Margomulyo Desa Puncu, dengan sejumlah 54 responden, berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pada penelitian ini tekhnik sampling yang digunakan adalah Purposive sampling. Analisis data dilakukan melalui tahapan pemeriksaan data (editing), proses pemberian identitas data (coding), tabulating dan scoring. Analisis statistik menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil Penelitian a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 5% 9% % 41% 7 tahun 7-9 tahun Diagram 1: Karakteristik responden berdasarkan usia di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berusia 7-9 tahun, yaitu sebanyak 27 responden (5%), kemudian usia 7 tahun sebanyak 22 responden (41%), dan terendah usia 9 tahun sebanyak 5 responden (9%). b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin % 43% % 57% Laki-laki Diagram 2 : Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Kediri Tahun 213 didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 31 responden (57%) dan frekuensi terendah berjenis kelamin lakilaki yaitu sebanyak 23 responden (43%). c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 22% 7% 4% 67% SD SMP SMA PT Diagram 3: Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Kabupaten Kediri Tahun 213 didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berpendidikan SD, yaitu sebanyak 36 responden (68%), kemudian SMP sebanyak 12 responden (23%), SMA sebanyak 4 responden (7%) dan frekuensi terendah berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden (2%). d. Identifikasi Tingkat Kemandirian pada lansia dalam melakukan Aktivitas Sehari-hari di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 17% 29% 15% Ketergantungan berat 39% Diagram 4: Karakteristik tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami ketergantungan berat, yaitu sebanyak 21 responden (39%), kemudian ketergantungan sedang 16 responden (29%), ketergantungan ringan 9 responden (17%), dan terendah mandiri, yaitu sebanyak 8 responden (15%). Jurnal AKP 3 Vol. 4 No. 2, 1 Juli 31 Desember 213
e. Identifikasi Tingkat pada Lansia di Kabupaten Kediri Tahun 213 3% 31% Cemas berat 4% 35% Cemas sedang Diagram 5: Karakteristik tingkat kecemasan pada lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami cemas berat 19 responden (35%), kemudian cemas sedang 17 responden (31%), cemas ringan 16 responden (3%), dan terendah tidak cemas 2 responden (4%) f. Analisa hubungan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 Tabel 1. Tabulasi silang hubungan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Kabupten Kediri Tahun 213. No Tingkat 1 Tidak Cemas 2 Cemas Ringan 3 Cemas Sedang 4 Cemas Berat Tingkat Kemandirian M KR KS KB 2 (3,7%) 4 (7,4%) 2 (3,7%) Total 8 (14,8%) 4 (7,4%) 5 (9,2%) 9 (16,6%) 8 (14,8%) 7 (13%) 1 (2%) 16 (29,8%) 3 (5,5%) 18 (33,3%) 21 (38,8%) Total 2 (3,7%) 16 (29,6%) 17 (31,4%) 19 (35,3%) 54 (1%) didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berpendidikan SD, yaitu sebanyak 36 responden (68%), kemudian SMP sebanyak 12 responden (23%), SMA sebanyak 4 responden (7%) dan frekuensi terendah berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden (2%). Pembahasan 1. Identifikasi Tingkat Kemandirian pada lansia dalam melakukan Aktivitas Sehari-hari di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di peroleh gambaran bahwa Tingkat Kemandirian pada Lansia dari 54 responden sebagian besar responden mengalami ketergantungan berat, yaitu sebanyak 21 responden (39%), kemudian ketergantungan sedang 16 responden (29%), ketergantungan ringan 9 responden (17 %), dan terendah mandiri, yaitu sebanyak 8 responden (15%). Menurut Maryam (28), kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif. Kemandirian pada lansia meliputi kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas seharihari seperti mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol BAK atau BAB, serta dapat makan sendiri (Kushariyadi, 211). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia meliputi usia dan imobolitas (Maryam, 28). Sedangkan masalah pada kemandirian lansia meliputi mudah terjatuh, mudah lelah,berat badan menurun, dan gangguan pada ketajaman penglihatan (Azizah, 211). Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami ketergantungan berat yaitu 21 responden (39%), hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian lansia adalah usia. Dari penelitian di dapatkan usia yang lebih dominan adalah usia 7-9 tahun, dimana lansia yang telah memasuki usia tersebut lebih beresiko tinggi terhadap ketidakmampuan untuk bergerak aktif (imobilisasi) akibat berbagai penyakit atau gangguan pada organ tubuh, sehingga dapat menghalangi penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-hari 2. Identifikasi tingkat kecemasan pada lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tingkat kecemasan dari 54 responden didapatkan responden mengalami cemas berat 19 responden (35%), kemudian cemas sedang 17 responden (31%), cemas ringan 16 responden (3%), dan terendah tidak cemas 2 responden (4%). Menurut Carpenito (23), kecemasan adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas. merupakan suatu pikiran yang Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat 4 Vol. 4 No. 2, 1 Juli 31 Desember 213
tidak menyenangkan yang di tandai dengan kekhwatiran, rasa tidak enak dan perasaan yang tidak baik yang tidak dapat di hindari oleh seseorang (Hurlock, 22). akan direspon secara spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Menurut Stuart and Sundeen (1998) dalam Pamungkas (211), faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan antara lain faktor predisposisi (teori psikoanalitk, teori interpersonal, teori perilaku, teori keluarga, dan teori biologis) dan pada faktor presipitasi pencetus timbulnya kecemasan dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain ancaman integritas fisik dan ancaman sistem diri, sedangkan faktor internal yaitu kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan di temukan oleh potensi stresor, maturitas, pendidikan, status ekonomi, keadaan fisik, tipe kepribadian, lingkungan, umur, dan jenis kelamin. Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian frekuensi tertinggi tingkat kecemasan termasuk kategori berat yaitu 19 responden (35%). Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai faktor pada lansia saat mereka mengalami kecemasan antara lain faktor usia, jenis kelamin dan pendidikan. Dari faktor usia, lansia yang mengalami cemas berat adalah usia 7-9 tahun, dimana pada usia tersebut seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan tidak berfikir tentang hal lain, sehingga setiap stimulus/dorongan yang tidak baik akan dipersepsikan tidak baik pula, kemudian dapat timbul ancaman dalam diri seseorang dan timbulah kecemasan. Ditinjau dari jenis kelamin dimana sebagian besar responden adalah perempuan, dimana perempuan lebih berorientasi perasaan dalam berbagai hal sehingga dalam penyelesaian masalah akan lebih cenderung menggunakan koping yang berorientasi pada ego, sedangkan laki-laki lebih berorientasi pada kenyataan sehingga laki-laki dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat. Kemudian dari faktor pendidikan lansia yang sebagian besar adalah berpendidikan SD, diketahui apabila pendidikan seseorang rendah, pengetahuan terhadap sesuatupun juga kurang, sehingga dalam mempersepsikan sesuatu akan berbeda, sehingga timbulah perasaan gelisah, kekhawatiran, ketakutan,dan perasaan negatif lainnya yang dapat memicu timbulnya kecemasan. 3. Analisa Hubungan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 Berdasarkan tabel 4.1 dapat di ketahui bahwa lansia yang mandiri dan tidak cemas sebanyak 2 responden (3,7%), lansia yang mengalami ketergantungan ringan dan cemas ringan sebanyak 4 responden (7,4%), lansia yang mengalami ketergantungan sedang dan cemas sedang sebanyak 7 responden (13%), dan lansia yang yang mengalami ketergantungan berat dan cemas berat sebanyak 18 responden (33,3%). Sehingga dapat ketahui bahwa semakin berat ketergantungan lansia pada tingkat kemandiriannya maka semakin berat tingkat kecemasannya. Hal ini berarti menunjukkan adanya hubungan di antara kedua variabel tersebut. Dengan demikian ada hubungan antara tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di dusun margomulyo kecamatan puncu kabupaten kediri tahun 213. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 6 tahun ke atas (WHO). Lansia akan mengalami proses penuaan. Menurut Paris Constantinde (1994) dalam Maryam (28), Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi. Proses penuaan tersebut dapat mengakibatkan penurunan fungsi atau perubahan anatomis, fisiologis dan psikis pada tubuh sehingga dapat menyebabkan penurunan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Herman, 29). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian adalah usia dan imobilitas. Apabila lansia mengalami penurunan tingkat kemandirian lansia dapat mengakibatkan kecemasan. adalah keadaan ketika individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito,23). dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intenal yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, motivasi, Jurnal AKP 5 Vol. 4 No. 2, 1 Juli 31 Desember 213
kondisi fisik dan faktor eksternal yang terdiri dari dukungan sosial, dukungan keluarga. Menurut peneliti, terjadinya hubungan antara tingkat kemandirian pada lansia dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain fakor usia dan pendidikan. Dari faktor usia, lansia yang mandiri dan tidak cemas mayoritas adalah usia 7 tahun, sedangkan lansia yang mengalami ketergantungan berat dan cemas berat mayoritas adalah usia 7-9tahun, dimana pada usia tersebut lansia lebih beresiko terhadap ketidakmampuan untuk melakukan aktivitasnya akibat berbagai penyakit atau gangguan pada organ tubuh dan lebih cenderung memusatkan pada satu hal sehingga timbul ancaman dalam diri seseorang dan timbulah kecemasan. Dari faktor pendidikan, lansia yang mandiri dan tidak cemas mayoritas adalah berpendidikan SMP dan SMA, sedangkan lansia yang mengalami ketergantungan berat dan cemas berat mayoritas adalah berpendidikan SD, di ketahui apabila pendidikan rendah, pengetahuan terhadap sesutatu juga kurang, sehingga apabila lansia mengalami penurunan pada tingkat kemandirian maka lansia tersebut akan lebih beresiko mengalami kecemasan karena lansia tersebut tidak mengetahui bahwa penurunan pada tingkat kemandirian akan di alami oleh setiap individu yang telah memasuki usia lanjut. Sehingga disarankan untuk para lansia yang mengalami penurunan tingakat kemandirian adalah dengan melakukan pelatihan secara fisik untuk mempertahankan kemampuan fungsional dan mekanisme dukungan sosial agar tidak terjadi kecemasan Kesimpulan 1. Identifikasi tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213 didapatkan dari 54 responden frekuensi tertinggi responden mengalami ketergantungan berat, yaitu sebanyak 21 responden (39%). 2. Identifikasi tingkat kecemasan pada lansia di Kabupaten Kediri Tahun 213, didapatkan dari 54 responden frekuensi tertinggi responden mengalami cemas berat 19 responden (35%). 3. Ada hubungan antara tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kabupaten Kediri Tahun 213. Saran 1. Bagi Responden Gunakan bunga rosela untuk terapi pengobatan hipertensi dan anjurkan juga keluarga, teman atau orang terdekat lainnya yang menderita hipertensi untuk memanfaatkan bunga rosela sebagai penurun tekanan darah. 2. Bagi Masyarakat Jangan salah dalam memilih obat herbal untuk terapi pada penyakit yang diderita. Pastikan obat yang dipilih benar-benar aman dan sudah terbukti khasiatnya, salah satunya alternatif adalah teh bunga rosela yang memang sudah terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Budidayakan bunga rosela karena selain mudah juga banyak manfaatnya dan untuk bisnis juga menjajikan. 3. Bagi Institusi Kesehatan Adakan penyuluhan tentang pengobatan herbal agar masyarakat lebih mengenalnya dan dapat mau mencobanya. Kalau memungkinkan di setiap sarana kesehatan ada seorang ahli pengobatan herbal, sehingga masyarakat ada alternatif lain dalam memilih pengobatan yang akan dijalani. 4. Bagi Institusi Pendidikan Pengobatan herbal dapat dimasukkan ke dalam kurikulum akademik agar mahasiswa bisa lebih berkembang. Laboratorium lebih dilengkapi lagi, khususnya dengan alat-alat yang mendukung untuk mengadakan riset yang mengarah pada eksperimen pengobatan herbal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (22). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Medika. Azizah, Lilik Ma rifatul. (211). Keperawatan Lanjut Usia, Ed.1. Yogyakarta : Graha Ilmu. Bandiyah, Siti. (29). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Muha Medika. Carpenito, Linda Jual. (26). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Ed.1. Jakarta : EGC. Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat 6 Vol. 4 No. 2, 1 Juli 31 Desember 213
Herman. (29). Kemandirian pada Lansia. http://hermanadi.wordpress.com. (download pada 14 September 212) Hurlock, Elisabeth. (22). Psikologi Perkembangan,Ed.5. Jakarta : Erlangga. Kushariyadi. (211). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Salemba Medika. Maryam,R.Siti. dkk. (28). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. Muhammad, Najamuddin. (2 1). Tanya Jawab Kesehatan Harian Untuk Lansia. Yogyakarta : Tunas Publishing. Mustikasari. (26). Mekanisme Koping. http://mustikanurse.blogspot.com/26/html. (download pada 3 Juni 213) Nursalam. (28). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. (21). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pamungkas. (211). Konsep. http://pamungkasgunawan.wordpress.com. (download pada 14 September 212). Rhirin. (211). Kebijakan dan Program Kesehatan Pada Lansia di Indonesia. http://rhirin.wordpress.com. (download pada 14 September 212). Suyanto. (211). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Muha Medika. Tamher.S. (29). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Tamsuri, Anas. (28). Riset Keperawatan. Kediri : Pamenang Press Jurnal AKP 7 Vol. 4 No. 2, 1 Juli 31 Desember 213