BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (selanjutnya disingkat lansia) merupakan segmen populasi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahwa pada hakekatnya pembangunan

QUO VADIS JAMKESDA KULON PROGO? Drg. Hunik Rimawati, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup dengan bersosialisasi dalam

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh jaminan sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri masalah kemiskinan selalu menjadi penghambat kemajuan tiap - tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

CAPAIAN KINERJA INDIKATOR INDIKATOR DAMPAK (IMPACT)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, taraf kehidupan, dan taraf pendidikan tetapi juga membawa dampak

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Dalam program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era Otonomi Daerah, Bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28H. Pembangunan

BAB VII PENUTUP. penduduk Kota Magelang yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Program

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Lanjut usia (selanjutnya disingkat lansia) merupakan segmen populasi yang digolongkan rentan akan masalah kesehatan seperti halnya anak-anak. Masalah kesehatan pada umumnya saling berkaitan satu sama lain dengan masalah ekonomi, sosial dan budaya. Pada lansia permasalahan utama muncul dari aspek kesehatan dan ekonomi. 1 Lanjut usia rentan sakit, disebabkan oleh penurunan fungsi-fungsi organ tubuh dan penyakit degeneratif. Masalah kesehatan yang sering muncul pada lanjut usia antara lain penyakit jantung, kanker, penyakit cerebrovaskular (stroke), penyakit paru-paru, radang paru-paru, influensa, dan diabetes. Penyakit yang tertinggi pada usia ini adalah radang sendi dan disusul tekanan darah tinggi. Hampir 2/3 dari seluruh wanita di atas usia 60 tahun terkena osteoporosis. 2 Faktor usia dan biologis yang menurun dapat berpengaruh menurunkan produktifitas lansia. Penurunan produktifitas menurunkan kemampuan finansial yang diperlukan untuk pembiayaan kesehatan. Di sisi lain, asuransi kesehatan belum membudaya di Indonesia, sehingga berapapun tabungan atau aset yang dimiliki lama kelamaan tidak dapat menanggung biaya sakit. 1 Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Hal. : 28-29 2 Santrock, J.W., 2002. Perkembangan Masa Hidup: Life-Span Development. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hal. 186-201. 1

2 Data-data sosial menunjukkan situasi penanganan lansia saat ini masih perlu ditingkatkan. Upaya pemerintah menangani lansia terlantar belum maksimal karena keterbatasan dana. Peran keluarga semakin berkurang akibat tuntutan era globalisasi. Relasi antar anggota keluarga terutama di perkotaan semakin longgar, sehingga lansia hidup sendiri atau dititipkan di panti jompo. Salah satu wujud keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup. Hal ini disatu sisi merupakan sesuatu yang menggembirakan, namun disisi lain terjadi peningkatan populasi lansia termasuk lansia dengan risiko tinggi. Secara demografis, struktur penduduk dikatakan berstruktur tua apabila jumlah lansia lebih dari 7%. 3 Jumlah penduduk di dunia termasuk Indonesia akan mengalami peningkatan populasi lansia yang signifikan. 4 Di Indonesia saat ini populasi lansia mendekati 10 % dari jumlah penduduk yang mencapai 237,5 juta jiwa atau sekitar 24 juta jiwa. 5 Sebagai pembanding, hasil Susenas 2004 jumah lansia tercatat 16.522.311 jiwa dan diperkirakan tahun 2020 akan mengalami peningkatan lonjakan menjadi 28,8 juta jiwa. 6 Propinsi DIY merupakan Provinsi yang mengalami ledakan penduduk lansia atau disebut aged population boom. Data BPS RI-Susenas 2009 3 Profil Penduduk Lanjut Usia 2009, Ibid. 4 Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Upacara Bendera dalam Rangka Peringatan Hari Kesehatan se-dunia Ke-64 Tahun 2012, Jakarta, 9 April 2012 : Dewasa ini populasi penduduk dunia di atas 60 tahun bertambah sangat cepat, bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang merupakan 21% dari total populasi dunia dan sekitar 80% di antaranya hidup di negara berkembang. 5 Populasi Lansia RI Nomor 4 di Dunia, http://news.detik.com/read/2011/10/02/ 122135/1734851/10/populasi-lansia-ri-nomor-4-di-dunia. 6 http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=198856:17- juta-lansia-terlantar &catid=17:politik&itemid=30

3 menunjukkan provinsi dengan persentase lansia tertinggi diatas 10 % adalah provinsi DIY (14,02 %). Kondisi lansia di Provinsi DIY saat ini memerlukan perhatian karena angka lansia terlantar terus meningkat. Tahun 2011 lansia terlantar di Provinsi DIY mencapai 30.953 jiwa dan tahun 2012 mencapai 37.199 jiwa, artinya terjadi peningkatan 6.246 jiwa (16,79 persen). 7 Kabupaten Sleman di Provinsi DIY merupakan kabupaten yang memiliki usia harapan hidup tertinggi di Indonesia (75,6 tahun) melebihi usia harapan hidup rata-rata penduduk DIY yang berkisar 74 tahun dan nasional 70,6 tahun. 8 Semakin tinggi usia harapan hidup maka akan semakin meningkat kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Di sisi lain, jumlah lansia terlantar meningkat seiring dengan bertambahnya populasi lansia di Kabupaten Sleman. Jumlah lansia pada tahun 2009 adalah 12,19 % atau 116.221 jiwa dari 953.172 jiwa jumlah penduduk Kabupaten Sleman. 9 Pada tahun 2012 menjadi 152.478 jiwa atau 13,5 % dari total penduduk 1.125.369 jiwa. 10 Sementara itu, jumlah lansia terlantar di Kabupaten Sleman pada tahun 2011 adalah 5.536 jiwa dan tahun 2012 adalah 6.017 jiwa. Berdasarkan data Kajian Penanganan Lansia pada Tahun 2009 yang dipublikasikan oleh BAPPEDA Kabupaten Sleman, jaminan kesehatan yang dimiliki masyarakatnya berdasarkan kepemilikan asuransi mencapai 44 %. Walaupun 61 % lansia yang dilakukan penelitian status sosialnya tergolong 7 http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/02/23/mioild-lansia-terlantar-di-diymeningkat-1679-persen 8 Berdasarkan data-data yang dipublikasikan di http:www.slemankab.go.id/3411/binakeluarga-lansia-upaya-pemerintah-maksimalkan-kesejahteraan-lansia dan http://m.suaramerdeka. com/index.php/read/newe 2012/04/17/115647 9 Profil Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun 2010 10 Berdasarkan data-data yang dipublikasikan di http:www.slemankab.go.id/3411/binakeluarga-lansia-upaya-pemerintah-maksimalkan-kesejahteraan-lansia dan di http://www.suaramerdeka. com/v1/index.php/ read/news/2012/04/22/116146

4 mampu, namun tergolong mampu belum tentu dapat diartikan mampu untuk membiayai kesehatan yang tingkat lanjut dan berkesinambungan. Pada tahun 2012, dari survei yang dilakukan dari sebanyak 1.107.000 penduduk di Kabupaten Sleman 70 % telah memiliki penjaminan kesehatan secara pribadi. Jaminan kesehatan tersebut meliputi Asabri, Askes, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dari Pemerintah Pusat, Jaminan Kesehatan Sosial dari Provinsi DIY, Jamsostek maupun Jamkesda Sleman. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman berupaya melayani 30 % penduduk yang belum mendapatkan jaminan kesehatan tersebut melalui Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Mandiri. 11 Populasi lansia yang terus bertambah, terutama lansia dengan risiko tinggi dikhawatirkan akan meningkatkan angka rasio ketergantungan penduduk (age dependency ratio) lansia. 12 Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Sleman menurut data Profil Kesehatan Kabupaten Sleman pada tahun 2009 adalah 81 % menurun pada tahun 2011 menjadi 54 %. Tingginya rasio ketergantungan penduduk akan menambah beban penduduk usia produktif, artinya dapat menambah beban pemerintah 13 dan masyarakat dalam memberikan perlindungan dan bantuan sosial termasuk membantu membayar iuran jaminan kesehatan. Begitu pula alokasi dana untuk penanganan lansia melalui Kementrian Sosial (Kemensos). Menurut Kemensos, anggaran Pemerintah belum mampu 11 Pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini, Antara News Jogja : Sleman targetkan seluruh penduduk terlayani jaminan kesehatan, Kamis, 27 Desember 2012 12 Rasio ketergantungan penduduk adalah beban yang ditanggung penduduk usia produktif terhadap usia belum produktif (<15 tahun) dan sudah tidak produktif/lansia. 13 Kenyataannya alokasi pemerintah untuk dana kesehatan di Indonesia masih kurang dari 2,5 %, kurang dari alokasi yang diamantkan UU Kesehatan sebesar 5 % diluar gaji pegawai.

5 memenuhi kesejahteraan seluruh lansia yang ada di Indonesia. Pada tahun 2010 ada sekitar 2,8 juta jiwa lansia terlantar dengan sekitar 13.500 lansia yang mendapat jaminan sosial lanjut usia. 14 Pada tahun 2012, jumlah lansia yang masih bisa memberikan kontribusi dalam pembangunan 80 % dari sekitar 24 juta lansia, sisanya betul-betul memerlukan perhatian dan bantuan dari Pemerintah. Kemensos akan menangani sekitar 2,6 juta jiwa lansia terlantar dengan sekitar 26.000 lansia yang akan mendapat jaminan sosial usia lanjut. 15 Oleh karenanya dalam hal perhatian dan penanganan kepada kelompok usia ini masih perlu keseriusan dan strategi khusus terutama ke arah pemberdayaan lansia potensial. 16 Penanganan kesehatan lansia tidak hanya menjadi tanggung jawab bidang kesehatan karena permasalahan kesehatan lansia saling berkaitan satu sama lain dengan bidang lain. Tujuan penanganan kesehatan lansia juga akan berdampak pada bidang lain karena tujuan yang akan dicapai adalah kesehatan pada umumnya yaitu suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 17 Berdasarkan gambaran kondisi lansia yang diuraikan sebelumnya dan situasi penanganan lansia saat ini maka lansia memerlukan suatu perlindungan berupa jaminan kesehatan. Indonesia sebagai Negara yang mengakui bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang 14 http://infopublik.org/index.php?page=news&newsid=22579 : Lansia Terlantar Jumlahnya Cukup Signifikan Sekitar 2,8 Juta 15 http://www.antaranews.com/berita/1324558322/26-juta-lansia-masih-terlantar 16 Menurut UU Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. 17 Undang-Undang (UU) RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

6 harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai kewajiban memenuhi hak yang diamanatkan konstitusi kepada setiap orang. Setiap orang termasuk lansia merupakan subyek hukum. Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban. 18 Hak dan kewajiban lansia setara dengan warga negara lain sesuai dengan perwujudan Pancasila, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hak dan kewajiban lansia yang berhubungan dengan jaminan kesehatan telah dijamin oleh Pemerintah Indonesia dengan adanya beberapa peraturan perundang-undangan baik yang mengatur secara langsung maupun tidak langsung. Hak lansia di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Kesejahteraan Lansia terbagi dua. Pertama, hak lansia tidak potensial adalah mendapat perlindungan sosial dari pemerintah. Kedua, hak lansia potensial adalah apabila masih belum tercukupi kesejahteraan sosialnya akan menerima bantuan sosial yang sifatnya tidak tetap. 19 Hak lansia di dalam Undang-Undang Kesejahteraan Lansia sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lansia tetap dapat diberdayakan agar dapat berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, 18 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cetakan ke 4, Hal. :73, Liberty, Yogyakarta, 2008 19 Lanjut usia yang dimaksud di dalam Undang-Undang Kesejahteraan Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enampuluh) tahun keatas dan terbagi menjadi dua yaitu lansia potensial dan tidak potensial. Lansia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa, sedangkan lansia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

7 keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 138 telah diatur mengenai hak pemeliharaan kesehatan lansia, bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Oleh karenanya Pemerintah diwajibkan menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan lansia tersebut diselenggarakan berdasarkan prinsip prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan. Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), hak yang diperoleh setiap lansia adalah jaminan sosial dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar untuk hidup layak dan bermartabat. Jaminan sosial di dalam Undang-Undang SJSN tercakup di dalam jenis-jenis program jaminan sosial. Jenis program tersebut meliputi jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, jaminan hari tua, pensiun dan kematian. Sedangkan kewajiban setiap lansia adalah mendaftarkan dirinya atau didaftarkan anggota keluarganya menjadi peserta SJSN serta membayar iuran kepesertaan SJSN. Pembayar iuran telah ditentukan di dalam Undang-Undang SJSN yaitu dibayar oleh peserta sendiri atau pemberi kerja atau pemerintah. Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan dengan kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 686/MENKES/SK/VI/2010 tanggal 2 Juni 2010 tentang

8 Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat masyarakat yang optimal secara efektif dan efesien. Penyelenggaraan Program Jamkemas diselaraskan dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional dan nantinya akan diserahkan pengelolaannya ketika Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan beroperasi. Program ini memberikan jaminan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia, namun apabila dalam pelaksanaannya terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu belum terlindungi Jamkesmas maka mereka akan dilindungi oleh Pemerintah Daerah masing-masing. Pemerintah daerah menyelenggarakan jaminan kesehatan sebagai bagian dari upaya kesehatan yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah. Penyelenggaraannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (PEMDA) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan melalui peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007. 20 Di Kabupaten Sleman Pemerintah Kabupaten Sleman menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Daerah (selanjutnya disebut Jamkesda) dalam upaya memelihara kesehatan masyarakat di Kabupaten Sleman. 21 Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menyelenggarakan Jamkesda berdasarkan Peraturan Daerah 20 Mengatur tentang pembagian urusan antara pemerintah (pemerintah pusat), pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, Pemerintah Daerah diwajibkan dan diberi kewenangan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan sesuai kebutuhan daerah masing-masing. 21 Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2010 tentang Jamkesda sebagaimana telah dirubah dengan PERDA Nomor 20 Tahun 2012 Pasal 2 ayat (1).

9 (PERDA) Nomor 11 Tahun 2010 tentang Jamkesda sebagaimana telah dirubah dengan PERDA Kabupaten Sleman Nomor 20 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas PERDA Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2010 (selanjutnya disebut PERDA Jamkesda). Perubahan PERDA tersebut terdapat pada pasal yang mengatur mengenai syarat dan ketentuan kepesertaan serta kenaikan besaran iuran peserta. 22 Jamkesda Kabupaten Sleman adalah sistem jaminan kesehatan bertujuan untuk menjamin peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan kesehatan sebagai kebutuhan dasar. 23 Adapun sasaran yang bisa menjadi peserta meliputi seluruh penduduk baik miskin maupun non miskin. 24 Manfaat yang diberikan berupa jenis pelayanan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati, dimana terdapat jenis pelayanan yang dibatasi dan tidak dijamin namun sebenarnya pelayanan yang banyak dibutuhkan lansia dengan risiko tinggi. 25 Berdasarkan karakteristik lansia di Kabupaten Sleman yang memiliki usia harapan hidup tinggi dan situasi penanganan lansia yang belum maksimal dengan regulasi yang ada, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman saat ini melalui program jaminan kesehatan yang ada. Lokasi penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan unit pelaksana teknis terkait pelayanan Jamkesda yaitu UPT JPKM 22 Pasal 9 ayat (4) dan Pasal 10 ayat (1) 23 PERDA Jamkesda Pasal 5 24 Merujuk kepada ketentuan PERDA Jamkesda Pasal 7 ayat (3), lansia miskin yang termasuk di SK Bupati iurannya dibayar oleh PEMDA. Sedangkan lansia tidak termasuk miskin merujuk ketentuan Pasal 10 ayat (1), dapat menjadi peserta Jamkesda dengan mendaftar di UPT JPKM dan membayar iuran sebesar Rp. 120.000,00/jiwa/tahun. 25 Penelitian ini merujuk kepada ketentuan Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Bupati Kabupaten Sleman No. 41 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jamkesda

10 dan salah satu penyedia pelayanan kesehatan primer bagi lansia yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman melalui pelaksanaan Kebijakan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Sleman? 2. Apa kendala dalam pelaksanaan jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman? C. Keaslian penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta serta di internet tidak ditemukan penelitian yang mirip dengan penelitian mengenai Jaminan Kesehatan bagi Lansia di Kabupaten Sleman. Penelitian yang telah dilakukan dan diajukan sebelumnya terkait dengan penelitian ini adalah :

11 1. Penelitian Purwaningsih dan Mawardi pada tahun 2009 26 yang berjudul Pemenuhan Jaminan Sosial sebagai Pelaksanaan Hak Asasi Manusia terhadap Manusia Lanjut Usia (Lansia) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden penelitian adalah lansia di Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk lansia di kabupaten Sleman. Perbedaannya adalah penelitian dilakukan tidak fokus di kabupaten Sleman dan meneliti hak asasi manusia secara lebih luas dan berkaitan dengan hukum adat. Masalah penelitian tersebut adalah : a. Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam menangani pemenuhan jaminan sosial terkait dengan ketentan-ketentuan HAM dan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat pemenuhan jaminan sosial lansia tersebut? b. Lembaga-lembaga apa saja selain pemerintah yang menangani jaminan sosial terhadp lansia Daerah Istimewa Yogyakarta dan peranan apa saja yang dilakukannya? c. Apa dampak adanya lembaga-lembaga yang peduli kepada lansia terhadap hubungan antara anak dengan orang tuanya? 2. Penelitian Tommy Indra Jaya pada tahun 2011 27 yang berjudul Tinjauan Yuridis terhadap Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam Penanganan Jaminan Kesehatan Korban Bencana Merapi. Penelitian tersebut mengenai jaminan kesehatan di Kabupaten Sleman, perbedaannya adalah responden penelitian adalah korban bencana Merapi, dengan masalah penelitian : 26 Purwaningsih dan Mawardi, 2009, Pemenuhan Jaminan Sosial Sebagai Pelaksanaan Hak Asasi Mnusia Terhadap Manusia Lanjut Usia (Lansia Di DIY), Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 27 Tommy Indra Jaya, 2011, Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman Dalam Penanganan Jaminan Kesehatan Korban Bencana Merapi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

12 a. Apa kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman terhadap kesehatan korban bencana Gunung Merapi? b. Bagaimana cara Pemerintah Kabupaten Sleman melaksanakan kebijakan terhadap kesehatan korban bencana Gunung Merapi? c. Kendala-kendala apa saja yang dialami dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, dan langkah-langkah apa yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mengatasinya? D. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lansia di Kabupaten Sleman. 2. Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Tujuan Subyektif : Memenuhi sebagian persayaratan mencapai derajat sarjana S-2 pada Program Studi Magister Hukum Kesehatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. b. Tujuan Obyektif : 1) Mengetahui pelaksanaan jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman melalui pelaksanaan Kebijakan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Sleman. 2) Mengetahui kendala dalam pelaksanaan jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman.

13 3) Mengetahui solusi dan upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan jaminan kesehatan bagi lansia di Kabupaten Sleman. E. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai : 1. Manfaat teoritis. a. Bahan untuk sumber informasi dalam studi kepustakaan. b. Bahan informasi untuk penelitian baik penelitian lanjutan maupun perbandingan mengenai jaminan kesehatan bagi lansia. 2. Manfaat praktis. a. Bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah Kabupaten Sleman dalam penanganan lansia di wilayahnya. b. Bahan informasi bagi Pemerintah Pusat dan Daerah lain mengenai penanganan lansia di Kabupaten Sleman.